Nasional

Rais 'Aam PBNU: Efek Disrupsi, Pemegang Amanah Kalah Dipercaya dari Pendusta

Ahad, 8 Oktober 2023 | 19:30 WIB

Rais 'Aam PBNU: Efek Disrupsi, Pemegang Amanah Kalah Dipercaya dari Pendusta

Rais 'Aam PBNU KH Miftachul Akhyar (tengah), Katib Syuriyah PBNU Habib Luthfi (kanan), Ketua PBNU Prof M Mukri (kanan), Asisten Deputi Pemajuan dan Pelestarian Kebudayaan Kemenko PMK Andre Notohamijoyo (kiri), dan Ketua PBNU H Chaerul Shaleh Rasyid di Pondok Pesantren Miftachussunnah, Kedutarukan, Surabaya, Jawa Timur, Ahad (8/10/2023). (Foto: LTN PBNU)

Surabaya, NU Online

Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar sangat khawatir akan dampak negatif dari masa-masa penuh disrupsi yang kini melanda masyarakat. Demikian negatifnya masa penuh ketakmenentuan itu, hingga sebagian masyarakat lebih percaya kepada para pendusta dibanding kepada pemegang amanat.


Pengasuh Pondok Pesantren Miftachussunah, Kedungtarukan, Surabaya, Jawa Timur itu menyampaikan bahwa masa penuh disrupsi dipenuhi dengan kesamaran antara yang benar (haq) dengan yang batil. Seorang pembohong bisa lebih dipercaya, tapi yang berkata jujur justru tidak dipercaya.


"Zaman disrupsi menjadikan sahibul amanah (orang yang bisa dipercaya, justru kalah dengan para pembohong. Umat Islam, terutama kaum santri, harus bisa mengekang, mengendalikan diri, zaman disrupsi itu dengan mengedepankan akhlak. Akhlak menjadi pijakan kita bermasyarakat di tengah zaman yang terus berubah," kata Kiai Miftach di Surabaya, Jawa Timur, Ahad (8/10/2023).


Kiai Miftach mengungkapkan hal tersebut saat membuka "Ngaji Revolusi Mental", digelar PBNU bekerja sama dengan Kementerian Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), di Pondok Pesantren Miftachussunnah, Kedungtarukan, Surabaya, Jawa Timur. Ngaji ini mengangkat sejumlah tema Revolusi Mental terkait nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia, seperti gotong royong, etos kerja, dan integritas kepribadian.


Tampil sebagai narasumber antara lain Andre Notohamijoyo (Asisten Deputi Pemajuan dan Pelestarian Kebudayaan, Kemenko PMK); KH Nurul Yakin Ishaq (Katib Syuriyah PBNU); Prof M Mukri (Ketua PBNU); KH M Ma'ruf Khozin (Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur). Kegiatan ini dimoderatori oleh Riadi Ngasiran dan Khudori Faraby.


Dalam sambutannya, Ketua Penyelenggara PBNU H Choirul Shaleh Rasyid, menjelaskan kegiatan "Ngaji Revolusi Mental" merupakan perwujudan kerjasama PBNU dengan Pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo. "Kegiatan ini  rangkaiannya diadakan di pesantren-pesantren dan madrasah-madrasah," tuturnya. 


Sementara itu, Prof Mukti menekankan pentingnya sikap gotong-royong dan menjaga persatuan. Persatuan yang kokoh akan menjadikan bangsa kita tidak mudah tercerai-berai. 


"Islam sangat mementingkan persatuan dan saling menolong, sebagaimana diamanahkan KH Hasyim Asy'ari dalam Qanun Asasi Nahdlatul Ulama dan Risalah Ahlussunnah wal Jamaah. Ini merupakan modal kita menuju masa depan yang lebih baik," tutur Prof Mukri, yang juga Ketua PBNU. 


Adapun Andre Notohamijoyo menegaskan pentingnya menjaga identitas bangsa, termasuk dalam hal kreativitas. Pengaruh yang jelas bisa dilihat dari gandrungnya masyarakat terhadap produk asing, seperti drama Korea dan film animasi dari negeri jiran Malaysia, Upin Ipin.


"Dengan menjaga identitas dan menghargai budaya kita kita menemukan jati diri. Dengan menjaga identitas dan budaya kita sendiri kita akan mencapai tujuan yang dicita-citakan para Pendiri Bangsa, " tuturnya.