Nasional

Rais ‘Aam PBNU: Jika Kita Sudah Tidak Butuh Selain Allah, Maka Makhluk Justru akan Tunduk

Sel, 26 September 2023 | 07:30 WIB

Rais ‘Aam PBNU: Jika Kita Sudah Tidak Butuh Selain Allah, Maka Makhluk Justru akan Tunduk

Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar. (Foto: NU Online/Syakir NF)

Jakarta, NU Online

Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar mengungkapkan jika manusia sudah mencapai musyahadah, tidak butuh selain Allah, maka makhluk justru akan tunduk.


“Kalau kita semua sudah musyahadah, sudah tidak butuh selain Allah. Kita sudah tidak butuh selain Allah, karena kita ada Allah, hati kita sudah pada Allah, justru yang lain, bukan hanya manusia, tetapi binatang-binatang akan berkhidmat kepada kita. ” ujarnya pada tayangan Youtube Multimedia KH Miftachul Akhyar  yang diakses oleh NU Online, Senin (25/9/2023).


Kiai Miftach menjelaskan bahwa makhluk-makhluk tersebut melayani pada orang yang sudah mencapai maqom Al-Wasilun, maqam-maqam yang nur itu sudah menjadi miliknya.


“Maka ulama-ulama dulu itu sebelum ada transportasi canggih, sebelum ada kereta api, truk, bus, dan lain sebagainya, bisa jalan-jalan ribuan kilometer, padahal nggak punya transportasi. Kenapa? Karena semua makhluk akan melayani. Saya dulu diceritain oleh Mbah Putri Kedung Pengkol bahwa Mbah Ishaq yang asalnya dari Bagelen Magelang ke Surabaya itu tidak naik kereta. Saat itu belum ada kereta, tidak ada bis. Naik apa? naik macan, naiknya harimau,” terangnya.


Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya tersebut mengingatkan supaya tidak ada kegamangan atau keraguan terhadap Allah, hati harus benar-benar mantap, sebab nilai manusia terletak pada kemantapannya.


“Kurang mantap apa kita pada Allah? Orang Allah memiliki semuanya, maha kaya, tidak pernah kekurangan. Kekurangan kita akan dipenuhi oleh Allah, kebutuhan kita akan dipenuhi oleh Allah. Tetapi Allah nggak akan melarikan diri, Allah maha kaya, Allah yang menciptakan semula tidak ada menjadi ada, mengadakan sesuatu yang semula tidak ada. Itu lebih sulit daripada mengulang barang yang sudah pernah ada, mengulang lebih mudah daripada memulai,” tegasnya.


Lebih lanjut, ia mengungkapkan, taqarrub ilallah diibaratkan seperti perjalanan. “Orang dalam perjalanan butuh bekal, butuh mengetahui di mana saja nanti kita lewat, kendaraan apa, lalu apa persiapan kita. Itu perjalanan, dan perjalanan itu disebut safar. Taqarrub ilallah pakai nur (cahaya)-Nya Allah, berupa sholat, berupa apa yang menjadi perintah, muamalat, memerangi nafsu, dan lain sebagainya,” ujarnya.


Kiai Miftach menjelaskan bahwa perjalanan penuh mukhowif, hal-hal yang mengkhawatirkan, maka untuk taqarrub ilallah butuh persiapan dan keyakinan yaitu kemantapan hati.


“Tentu ini butuh persiapan, butuh keyakinan, bisa semua kita riyadhohi, tahapan pertama mantap. Tetapi ada orang yang dari awal hidupnya sudah mantap, hidupnya sudah yakin. secara umum orang khawatir. Kamu gimana? Nggak mengetahui hidupmu tetapi kamu sudah yakin? Karena punya Allah, Allah sudah ada, hatinya selalu Allah, tangannya bergetar sebagai bentuk dzikir kepada Allah, apalagi lisannya,” pungkasnya.