Nasional

Rais NU Jateng: Halal Bihalal Tumbuhkan Nasionalisme dan Persatuan Bangsa 

Rab, 17 Juni 2020 | 08:30 WIB

Rais NU Jateng: Halal Bihalal Tumbuhkan Nasionalisme dan Persatuan Bangsa 

Foto: Ilustrasi

Semarang, NU Online 

Tradisi halal bihalal yang sekarang membudaya di masyarakat berkembang menjadi media konsolidasi penguatan nasionalisme yang dapat memperkokoh ikatan persatuan bangsa di tengah suasana saling memaafkan.

 

Rais Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah KH Ubaidullah Shodaqoh mengatakan, ide yang digagas Rais Aam PBNU KH Wahab Hasbullah dan dilaksanakan presiden pertama RI Bung Karno itu pada awalnya memang dirancang untuk menggelorakan semangat persatuan bangsa dengan memanfaatkan momentum idul fitri d awal-awal kemerdekaan RI.

 

"Alhamdulillah agenda ini berhasil, suasana kebersamaan  demi kepentingan bangsa di tengah beragamnya kepentingan pribadi dan kelompok berhasil diwujudkan dalam acara saling bermaafan yang dikemas dalam kegiatan halal bihalal itu," kata Kiai Ubaid di Semarang, Rabu (17/6).

 

Dikatakan, agenda saling memaafkan dan pendeklarasian pengakuan salah oleh tiap orang karena dipastikan tidak bisa lepas dari kesalahan, sebenarnya bisa dilakukan kapan saja, tidak perlu menunggu lebaran tiba.

 

"Namun karena saat itu dibutuhkan momentum untuk berkonsolidasi secara kultural akhirnya dipilihlah momentum usai lebaran untuk memulai tradisi itu yakni suasana saling menaafkan yang oleh mbah Wahab dinilai tepat untuk membangun konsolidasi bangsa," ungkapnya.

 

Ditambahkan, tradisi ini sekarang sudah membudaya dan menjadi bagian aktivitas rutin masyarakat Indonesia saat merayakan idul Fitri. Mestinya warga NU memanfaatkan kegiatan ini, selain untuk menyelesaikan urusan hak adam juga untuk berkonsolidasi organisasi.

 

Budayawan dan politisi NU di DPRD Jateng H Masruhan Samsurie mengatakan, akibat kuatnya arus akulturasi dan toleransi di Indonesia menjadikan tradisi halal bihalal semakin meng-Indonesia. Buktinya juga dilaksanakan warga non Islam.

 

Menurutnya, inti spirit saling memaafkan antara sesama menjadi pelatuk pemicu diterimanya tradisi halal bihalal di kalangan non muslim dengan tanpa adanya proses pencampuradukan antar ajaran agama.

 

"Inilah kecerdasan Mbah Wahab, membangun tradisi yang manfaatnya tidak hanya untuk NU dan Islam saja  tetapi manfaatnya dapat dirasakan oleh seluruh bangsa Indonesia," ujarnya.

 

Ketua Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Jawa Tengah, KH Taslim Syahlan mengatakan, tradisi halal bihalal memang sudah meng-Indonesia alias menjadi milik seluruh warga Indonesia tanpa melihat suku, agama, dan strata di masyarakat.

 

"Banyak orang non muslim ikut berhalal bihalal, mulai dari hanya partisipan saja hingga secara khusus juga menyelenggarakan acara ini dengan dirangkaikan bersama acara lain," pungkasnya.

 

Kontributor: Samsul Huda
Editor: Abdul Muiz