Nasional

Rawat Persatuan Kebangsaan dengan Ramah Bermedia Sosial

Sel, 3 Desember 2019 | 06:07 WIB

Rawat Persatuan Kebangsaan dengan Ramah Bermedia Sosial

Gus Aizudin Abdurrahman (tengah). (Foto: NU Online/Rahman Ahdori)

Depok, NU Online
Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) RI bersama 164 Channel Lembaga Ta’lif wa Nasyr (LTN) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar workhsop Dakwah Islam Ramah di Media Sosial di Hotel Bumi Wiyata, Kota Depok, Jawa Barat, Selasa (3/12).

Pada kesempatan tersebut Ketua PBNU H Aizudin Abdurrahman menginginkan masyarakat terutama warga NU ramah bermedia sosial dengan mengisi konten-konten positif untuk merawat persatuan dan nilai-nilai kebangsaan. 

Ia mengatakan, sejak 2016 PBNU intens mendiskusikan dakwah Islam ramah dalam rangka menyikapi perkembangan media. Bahkan, dakwah di media sosial tersebut dijadikan materi khusus pada kaderisasi NU yaitu Madrasah Kader NU (MKNU). 

“Workhsop media ini adalah kegiatan yang sangat penting, sangat prinsip ada dampaknya terhadap peradaban. Jika kita tidak tidak berperan ikut terlibat dakwah di Medsos kita sebagai anak bangsa akan merasa kecewa ketika dakwah di media sosial justru merugikan bangsa kita. Karena soal kebangsaan tanggung jawab bersama,” kata Gus Aiz.

Perkembangan teknologi, lanjutnya, harus diisi oleh anak bangsa yang ramah menyampaikan pendapat dan gagasannya kapanpun, dimanapun dan dengan siapapun. Dakwah Ramah yang dipahami NU adalah dakwah yang tidak memprovokasi, dakwah yang tidak menimbulkan kegaduhan dan dakwah yang tidak memunculkan ujaran kebencian.

“Coba kalau kita ke Pesantren, sama sekali tidak ada ujaran kebencian. Adanya hal-hal yang kontradiktif (berlawanan) dengan ujaran kebencian,” ucapnya.

Selain itu jika ada persoalan PBNU lebih mengutamakan tabayun sebelum memberikan sikap di ruang publik. Mekipun, ujar Gus Aiz, era kini masalah-masalah yang berkembang di masyarakat menjadi industri oleh sebagian kalangan untuk mengisi platform media sosial.

“Di AS kalau ada masalah, masyarakat nyerang pemerintah habis-habisan. Bahkan bukan masyarakat biasa saja, Artis-artis-pun kadang tidak beradab ketika mengkritik. Kita tidak mau seperti itu, prinsip Pancasila itu punya karakter,” ujarnya.

Sampai berita ini diturunkan kegiatan masih berlangsung, peserta merupakan kalangan santri, mahasiswa dan aktifis dari berbagai daerah. Peserta dilatih memanfaatkan media sosial sebagai media dakwah. Kemudian, mengidentifikasi hoax dan ujaran kebencian di media sosial. 

Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Fathoni Ahmad