Nasional

RMI Jatim: Cara Pandang Kebersihan Pesantren Harus Diubah

Rab, 1 Januari 2020 | 20:00 WIB

RMI Jatim: Cara Pandang Kebersihan Pesantren Harus Diubah

Ketua PW RMINU Jatim, Gus Zaki (Foto: NU Online/Hanan)

Surabaya, NU Online
Ketua Pengurus Wilayah (PW) Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI NU) Jawa Timur KHM Zaki Hadziq mengajak pesantren untuk mengubah cara pandang mengenai kebersihan di pesantren. 
 
“Pesantren harus menanamkan pandangan bahwa kebersihan itu membawa barakah. Sebab sampai saat ini masih ada kesan bahwa tidak apa-apa kumuh yang penting barakah,” ujarnya.
 
Ia menyampaikan hal ini pada acara peluncuran 'Program Kampus Mengaji' pada Sabtu (28/12) di gedung Rektorat Intitut Teknologi Sepuluh Nopeber (ITS) Surabaya.
 
Menurut cucu dari Hadratussyekh KH M Hasyim Asy’ari, pandangan semacam ini malah akan menimbulkan pandangan yang salah kaprah. Sebab cara pandang semacam ini akan membawa dampak yang sangat buruk.
 
“Saya khawatir dengan pandangan itu, akan ada mafhum mukhalafah. Kalau kumuh barakah, kalau bersih tidak barakah,” beber pria yang akrab disapa dengan panggilan Gus Zaki ini.
 
Dikatakan, seharusnya pesantren mengedepankan dan mengubah cara pandangnya sehingga kebersihan pesantren bisa terus terjaga. “Harusnya ada pikiran an-nadhafatu minal iman. Cinta kebersihan itu adalah bagian dari iman. Kalau kumuh saja barakah, apalagi kalau tidak kumuh, mesti bakal lebih barakah,” jelasnya. 
 
Selain itu, dirinya sangat berharap dengan diadakan kegiatan di kampus yang berada di Surabaya Timur ini adalah agar bisa terjalinnya kerjasama antara ITS dengan pesantren dalam rangka penerapan teknologi di pesantren-pesantren.
 
“Kami berharap ITS bisa mengaplikasikan teknologinya agar pesantren-pesantren efektif dan efisien dalam pengelolaan sampah dan limbah,” tukas adik KHM Ishomuddin Hadziq ini.
 
Kepada NU Online, Selasa (31/12) Gus Zaki memberikan contoh teknologi yang telah diterapkan ITS dalam pengelolaan limbah, yakni pengolahan air bekas wudlu menjadi air yang bisa dikonsumsi.
 
“Contoh saja, masjid ITS (Masjid Manarul Ilmi. red), air wudlunya kemudian diolah kemudian bisa menjadi air minum. Bahkan ITS tidak ada air yang terbuang,” ungkapnya.
 
Dirinya berharap, jika selama ini di pesantren air bekas wudlu selalu terbuang, agar ITS bisa membagikan pengalamannya dan teknologinya sehingga tidak ada lagi cerita pesantren kesulitan air minum.
 
Kontributor: Ahmad Hanan
Editor: Abdul Muiz