Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Pusat Asosiasi Pesantren Nahdlatul Ulama (Rabithah Ma’ahid Islamiyah) KH Abdul Ghaffar Rozin mengatakan, pesantren jangan sampai 'terjual' murah-murah kepada para politisi. Menurutnya, pesantren memiliki posisi yang sangat menggiurkan bagi siapa saja karena jumlahnya yang begitu banyak.
“Jumlah pesantren NU ada sekitar dua puluh tiga ribu dengan santri hampir empat juta. Hampir semua kelompok masyarakat, partai politik memiliki organ yang menggarap pesantren. Yang melakukan pendekatan khusus kepada pesantren,” kata Gus Rozin saat memberikan sambutan dalam acara Seminar dan Rapat Kerja bertema Peran Pesantren Untuk Penguatan Ekonomi Umat di Lantai 8 Gedung PBNU Jakarta, Kamis (27/4).
“Biasanya mereka datang lima tahun sekali. Kemudian ditinggalkan dan pura-pura lupa,” lanjutnya.
Gus Rozin menjelaskan, pesantren bisa menjadi agensi dalam menggerakkan dan mendorong ekonomi umat. Menurut dia, persoalan ekonomi umat adalah persoalan yang sangat krusial bagi Indonesia, umat Islam, Nahdliyin, dan santri. Maka dari itu, ia menilai, ketika berbicara tentang ekonomi umat maka itu sangat relevan dengan penguatan ekonomi santri dan pesantren.
Pengasuh Pondok Pesantren Maslakul Huda Pati itu mengatakan, mayoritas masyarakat Indonesia masih berada di perdesaan meski urbanisasi berjalan besar-besaran. “Dan mereka yang ada di desa mayoritas muslim. Irisan di pedesaan dan muslim berarti (masyarakat) Nahdliyin. Jadi kalau kita bicara mereka maka kita bicara NU,” jelasnya.
Lebih jauh, Gus Rozin mengungkapkan, peran pesantren dalam mengawal dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Baginya, santri selalu menjaga keutuhan Indonesia baik diminta maupun tidak.
“Baik diuntungkan secara politik ataupun tidak,” tegasnya.
“Menjaga NKRI itu butuh pengorbanan. Santri dan NU melakukan itu walaupun ruginya entek amek (habis-habisan),” lanjutnya.
Ia mengakui, banyak lulusan pesantren yang sudah menjadi kalangan kelas menengah. Namun demikian tidak sedikit pula dari mereka yang masih lemah ekonominya. “Di sinilah peran pesantren. Pesantren adalah partner yang sangat strategis dalam pengembangan ekonomi umat,” urainya.
Ia juga mendorong pesantren-pesantren untuk berperan aktif dalam kebijakan-kebijakan pemerintah yang menyasar kepada kepentingan pesantren seperti pendistribusian lahan-lahan yang tidak terpakai oleh pemerintah dan legalisasi aset-aset atau tanah pesantren.
“Beberapa statemen dan kebijakan presiden menunjukkan bahwa pesantren sekarang ditoleh pemerintah. itu harus disambut kita semua dan diwujudkan menjadi langkah-langkah nyata,” pungkasnya. (Muchlishon Rochmat/Fathoni)