Nasional

Rupiah Tergelincir Digempur Inflasi AS

Rab, 6 Juli 2022 | 22:00 WIB

Rupiah Tergelincir Digempur Inflasi AS

Rupiah Tergelincir Digempur Inflasi AS

Jakarta, NU Online
Ekonom Universitas Indonesia (UI) Ibrahim Khalilur Rahman mengungkapkan salah satu penyebab nilai tukar rupiah tergelincir yaitu Inflasi Amerika Serikat (AS) yang merajalela.


“Jadi, di Amerika terjadi inflasi mulai dari 2021 sampai sekarang. Ini menjadi salah satu inflasi tertinggi dalam empat dekade terakhir,” katanya kepada NU Online, Rabu (6/7/22).


Berdasarkan Biro Statistik Ketenaga Kerjaan (BLS) Amerika Serikat, laju inflasi tersebut melampaui rekor inflasi tertinggi sebelumnya sebesar 8,5 persen (yoy) pada Maret 2022.


Inflasi AS pada Mei 2022 kian melesat ke angka 8,6 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) sekaligus menjadi yang tertinggi dalam empat dekade terakhir.


Meningkatnya inflasi AS ke level tertinggi ini, menurut Ibrahim, juga berdampak pada kenaikan harga gas, pangan dan sebagian besar barang serta jasa lainnya di AS.


“Inflasi ini diperburuk dengan adanya  sumber-sumber kenaikan harga lain, misalnya kenaikan biaya transportasi. Karena inflasinya sudah tidak terjangkau maka The Fed menaikkan tingkat suku bunga yang otomatis berpengaruh pada nilai tukar rupiah,” ungkapnya.


Pengurus Badan Pengembangan Inovasi Strategis (BPIS) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu juga menyebutkan, persoalan naik turunnya nilai rupiah bukanlah persoalan sederhana.


“Banyak faktor yang menjadi penyebab terhadap pelemahan nilai rupiah ini. Gejolak ketidakpastian global, adanya perang, peningkatan hard commodity, krisis energi, dan segala macam. Itu semua membuatnya menjadi kompleks,” terang Ibrahim.


Dalam kondisi ini, lanjut dia, ada dua pilihan, Pertama, menambah cadangan devisa dolar untuk dikeluarkan ke pasar. Kedua, meningkatkan suku bunga.


“Peningkatan suku bunga yang dilakukan The Fed bisa kita ikuti agar seimbang,” kata dia.


Akan tetapi, sambungnya, peningkatan suku bunga juga bisa menjadi masalah baru. Jika suku bunga naik otomatis investasi dalam negeri menjadi lebih mahal, sementara perekonomian pasca Covid-19 belum pulih seutuhnya.


“Jadi memang akan menimbulkan dilema. Intinya langkah-langkah tersebut memiliki dua sisi, negatif dan positif,” jelas Ibrahim.


Seperti diketahui, Nilai tukar rupiah akhirnya menembus Rp 15.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Hari ini, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) berada di Rp 15.015 per dolar AS, melemah 0,17 persen ketimbang posisi kemarin.


Sedangkan kurs rupiah spot ditutup pada Rp 14.999 per dolar AS. Nilai tukar rupiah ini melemah 0,03 persen ketimbang posisi penutupan perdagangan kemarin pada Rp 14.994 per dolar AS. Rupiah spot sempat melemah ke Rp 15.039 per dolar AS tadi pagi sebelum mempersempit pelemahan.


Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Muhammad Faizin