Nasional

Saat Gus Yahya dan Rombongan KKP Dengarkan Permintaan 'Ajal' Warga Warloka NTT

Sen, 15 Mei 2023 | 06:00 WIB

Saat Gus Yahya dan Rombongan KKP Dengarkan Permintaan 'Ajal' Warga Warloka NTT

Warga Desa Warloka, Kecamatan Komodo, Manggarai Barat, NTT saat pertemuan dengan rombongan Kementerian Kelautan dan Perikanan serta PBNU tahun 2022. (Foto: dok istimewa)

Manggarai Barat, NU Online
Pada tahun 2022 yang lalu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia beserta jajaran Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) termasuk Ketua Umum  KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), mengunjungi Desa Warloka Pesisir di Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT).


Rombongan KKP beserta PBNU mengunjungi Desa Warloka guna menyiapkan desa ini sebagai desain percontohan sebagai Kampung Nelayan Maju tahun 2022. Salah satu tujuan diadakannya konsep Desa Nelayan Maju yaitu untuk mensejahterakan kampung-kampung nelayan yang berada di Indonesia.


Ada kisah unik yang menggelitik dari Warga Desa Warloka ketika KKP dan PBNU mengunjungi desa mereka. Begini kisahnya:


"Pak, kami meminta Ajal untuk kemajuan desa kami," kata salah satu warga Desa Warloka kepada rombongan KKP dan PBNU


Tentu saja perkataan itu membuat rombongan KKP dan PBNU kebingungan, sebab kata ajal memiliki konotasi yang tidak baik, identik dengan sebuah musibah dan keburukan bahkan kematian.


Selagi rombongan masih kebingungan, warga tersebut melanjutkan, "Ajal itu singkatan dari Air (minum) yang bersih, jalan yang bagus, dan listrik yang menyala."


Senyum-senyum dan gelak tawa hadirin pun segera meramaikan keadaan.


Perlu diketahui bahwa Desa Warloka merupakan desa pesisir yang berada di Kabupaten Manggarai Barat tepatnya di Kecamatan Komodo. Desa ini termasuk desa yang memiliki kesulitan untuk mengakses air bersih, listrik, dan infrastruktur atau jalan yang buruk.


Setelah mengetahui kebutuhan dari warga Desa Warloka, pihak KKP mengatakan akan melibatkan Kementerian terkait untuk turut mendorong terpenuhinya kebutuhan di desa tersebut.


Selain itu, Ketua Umum PBNU, Kiai Yahya Cholil Staquf pun turut menjelaskan bahwa PBNU terlibat di dalam program pengembangan Kampung Nelayan Maju. "Sehingga hal-hal yang bertujuan untuk memajukan dan mensukseskan program ini didukung penuh oleh PBNU," kata Gus Yahya.

 

Mempertahankan tradisi barter

Dikutip dari victorynews.id, disebutkan Desa Warloka Kecamatan Komodo hingga saat ini masih mempertahankan tradisi barter dalam transaksi jual beli di pasar tradisional. Misalnya, ikan segar dari perahu nelayan dapat ditukar dengan singkong, pisang dan beras milik petani di wilayah itu.

 

Desa Warloka sendiri terdiri dari Kampung Warloka, Kampung Kenari, dan Kampung Cumbi. "Sangat disayangkan akses menuju desa itu sangat sulit," tulis victorynews.id,


Disebutkan, tiap-tiap warga di kampung itu juga masih kesulitan dalam hal akses jalan, air bersih, serta listrik.

 

Hidup berdampingan

Warga Warloka, Ahmad, menceritakan bahwa ketiga kampung di Desa Warloja hidup berdampingan meski memiliki perbedaan keyakinan.Tiap kampung juga memiliki kelebihan yang berbeda.


Di Kampung Warloka mata pencaharian utamanya adalah nelayan. Ada juga Pasar Warloka yang menjadi tempat andalan untuk ketiga penduduk kampung berjualan.Sementara, Kampung Kenari dan Kampung Cumbi berlokasi di dataran yang lebih tinggi sehingga mata pencaharian penduduk kedua kampung umumnya berkebun. Hasil kebun tersebut akan dijual di Pasar Warloka dengan sistem barter.

 

Ahmad menuturkan, desanya masih sulit memiliki ketersediaan air bersih dan listrik, terutama di Kampung Warloka. Di sana, air sumur juga berasa asin karena bercampur dengan air laut, sedangkan jarak mata air berada puluhan kilometer.

 

"Infrastruktur ke sini juga masih jelek. Akses jalan dari Kampung Kenari atau Cumbi ke Kampung Warloka bahkan tidak ada penerangan dan jalannya masih tidak rata," ujar Ahmad.

 

Arsad Kasim, tokoh masyarakat Warloka, mengatakan masyarakat Warloka sangat merindukan kondisi infrastruktur jalan yang memadai, seperti jalan ke kampung lainnya di Kabupaten Manggarai Barat. Akses transportasi darat untuk kendaraan baik bermotor atau mobil dari dan ke Warloka mengalami kesulitan karena kondisi jalan menuju kampung Warloka yang masih rusak.

 

"Kerusakan yang paling parah yakni sepanjang tiga kilometer, seperti dari cabang kampung Kenari menuju Kampung Warloka," kata Arsad Kasim.


Kontributor: Rifki Aritama
Editor: Kendi Setiawan