Nasional

Sarbumusi Jelaskan Tiga Problem Ketenagakerjaan

Rab, 28 September 2022 | 07:00 WIB

Sarbumusi Jelaskan Tiga Problem Ketenagakerjaan

Ilustrasi: Sarbumusi NU. (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online

Konfederasi Sarikat Buruh Muslimin Indonesia (Sarbumusi) menggelar Kongres Akbar ke-6 di Sidoarjo, Jawa Timur pada Senin (27/9/2022), tepat pada Harlahnya yang ke-67 dan di tempat pendiriannya.


Dalam sambutannya, Presiden Konfederasi Sarbumusi 2016-2022 Syaiful Bahri Ansori yang diwakili Juru Bicara Djazim Asyari menyampaikan bahwa ada tiga problem mendasar dalam dunia dewasa ini yang terangkum dalam C3, yaitu Covid-19, climate change (perubahan iklim), dan conflict (konflik).


“Ketiga hal ini menurut pesan Pak Presiden harus diantisipasi karena dampaknya ke depan, sekarang terjadi inflasi. Pertumbuhan ekonomi dunia melambat. Kisaran 2-3 persen,” katanya.


Hal tersebut sudah tampak karena saat ini rantai pasokan energi dan pangan yang sulit. Lonjakan harga energi dan pangan memicu inflasi. Industri dengan bahan baku dari impor hari ini mengalami kesulitan.

 

“Naiknya bahan baku memicu serapan pasar lemah sehingga mengurangi tenaga kerja. Ini menakutkan teman-teman di perburuhan,” katanya.


Hal ini tidak saja terjadi di negeri orang, melainkan juga di Indonesia yang tidak jauh berbeda. Menurutnya, Sarbumusi harus memahami betul kondisi ini. “Kalau tidak, akan menghambat kestabilan sosial dan dampak buruk bagi saudara-saudara kita,” ujarnya.


Oleh karena itu, Sarbumusi akan bersikap kritis dan mengedepankan dialog sosial dengan mengacu pada fikrah Nahdliyah.


Pertama, tawasuth. Sarbumusi perlu mencari jalan tengah untuk mendapati satu titik temu terbaik dalam menyelesaikan konflik industri dan buruh. Kedua, lanjutnya, tawazun, yaitu keseimbangan dalam memahami persoalan. Ketiga, tasamuh atau bertoleransi.


Ketiga hal tersebut, lanjutnya, perlu dilengkapi dengan fikrah lainnya, yaitu amar makruf nahi munkar dan keadilan. Keadilan ini tentu saja harus dibangun di antara industri dan perburuhan demi keluar dari tiga masalah di atas.


Sementara itu, Ketua Pelaksana Kongres Akbar ke-6 Sarbumusi Sarbumusi Soeharjono menyampaikan bahwa di era disrupsi saat ini banyak jenis pekerjaan yang hilang. Namun, disrupsi sebagai sebuah keniscayaan tidak dapat dicegah dan dihalang-halangi. Karenanya, hal tersebut harus dilewati. Sebab, menurutnya, perubahan merupakan hal yang abadi. Jika tidak mau berubah, tentu akan ditinggalkan zaman sendiri.


Pada kesempatan tersebut, Soeharjono juga menyampaikan bahwa Kongres ke-6 Sarbumusi ini dihadiri oleh 500 peserta. Sarbumusi telah terbentuk di 11 wilayah, 120 cabang, dan empat cabang internasional, yakni di Kuwait, Taiwan, Hongkong, dan Malaysia.


Terakhir, ia berharap Sarbumusi terus tumbuh dan membangun hubungan industrial yang berkeadilan.

 

“Semoga Sarbumusi terus ikut membangun hubungan industrial yang Harmonis, dinamis, berkeadilan, ditambah pesan kiai kita, menjunjung tinggi filosofi Ahlussunnah wal Jamaah,” pungkasnya.


Kegiatan ini dihadiri oleh Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H Saifullah Yusuf, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Listianto Dardak, Dirjen  Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Ditjen Binwasnaker & K3) Haiyani Rumondang mewakili Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah, Bupati Sidoarjo Ahmad Muchdor Ali, dan Wakil Bupati Mojokerto Muhammad Albarraa.


Pewarta: Syakir NF

Editor: Fathoni Ahmad