Nasional

Satu Keinginan Gus Dur yang Belum Terlaksana

Rab, 17 Februari 2021 | 23:55 WIB

Jakarta, NU Online

KH Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur ternyata memiliki satu keinginan yang belum terlaksana hingga akhir hayatnya.

Ā 

Hal ini diungkapkan Priyo Sambadha, salah satu asisten Gus Dur dulu saat menjadi Presiden Keempat Republik Indonesia melalui twitnya pada Kamis (18/2).

Ā 

"Ketika Gus Dur masih sugeng dulu, beliau berniat membangun Pondok Pusat Kajian Islam Asia Tenggara di sepetak tanah kosong yg terletak persis mepet di belakang kediaman Ciganjur Jaksel. Tetapi hingga beliau wafat, keinginan itu belum sempat terlaksana," tulis Priyo.

Ā 

Menurutnya, hal itu dianggap pihak keluarga sebagai wasiat Gus Dur yang harus diwujudkan. Nyai Hj Sinta Nuriyah Wahid dan putri-putrinya selama ini sudah berusaha untuk mewujudkannya, tetapi belum berhasil.Ā 

Ā 

"Karena belum sempat terlaksana maka oleh ahli waris (keluarga inti) hal ini dianggap sbg wasiat Gus Dur yg harus dilaksanakan," tulis Ketua Barisan Kader (Barikade) Gus Dur itu.

Ā 

Priyo menjelaskan bahwa pondok tersebut dimaksudkan sebagai tempat orang-orang untuk memperdalam agama Islam yang damai serta RahmatanĀ lilĀ alamin. Pondok itu juga dapat digunakan sebagai tempat berkumpulnya masyarakat dari berbagai kalangan dan agama untuk bisa saling mengenal dan berdiskusi dalam bingkai kebangsaan.

Ā 

Selain sebagai pusat kajian, Nyai Sinta juga ingin sekaligus menempatkan perpustakaan dan museum kecil-kecilan yang memajang barang-barang pribadi Gus Dur di pondok itu. Pondok juga akan dilengkapi dengan beberapa ruang kecil tempat beribadah bagi semua agama dan keyakinan.

Ā 

Sudah sejak lama, Priyo ditugaskan Nyai Sinta untuk mengumpulkan barang-barang pribadi Gus Dur seperti sarung, baju batik, peci, hingga keris. Semua barang-barang itu dikumpulkan dan disimpan di satu ruangan khusus. Ibu Sinta menyampaikan kepadanya bahwa hal itu dilakukan agar tidak perlu mencari lagi jika bangunannya sudah siap.

Ā 

Dengan menyaksikan langsung barang-barang pribadi beserta koleksi Gus Dur, jelasnya, Nyai Sinta berharap masyarakat bisa lebih memahami dan lebih merasakan keberadaan Gus Dur, terutama para generasi muda belia.

Ā 

Lebih lanjut, Priyo juga menyampaikan bahwa rencananya pondok itu akan disinergikan dengan kegiatan Yayasan Puan Amal Hayati, yayasan yang diasuh oleh Nyai Sinta dalam berkhidmat di bidang pemberdayaan perempuan/anak dan Kajian Kitab Kuning.

Ā 

"Selama ini Yayasan juga menyediakan safehouse bagi korban KDRT/kekerasan thd perempuan," tulisnya.

Ā 

Nyai Sinta, terangnya, selama ini memang terkesan ingin mengatasi masalahnya secara mandiri dalam melaksanakan wasiat Gus Dur itu.

Ā 

Tentang sikap Nyai Sinta yang demikian itu, ia tak terlalu heran. Pasalnya, ia memang mengenal Nyai Sinta Nuriyah Wahid sebagai sosok perempuan 'perkasa', tetapi di sisi lain juga lemah lembut mengingat dedikasinya untuk kemanusiaan, persis seperti Gus Dur.

Ā 

"Perempuan bersahaja murah senyum yang setiap hari sepanjang tahun tanpa putus berpuasa ini, memang selalu punya sesuatu yang bisa kita pelajari dan teladani.Ā Lagi, persis Gus Dur," pungkas penulis buku Presiden Gus Dur The Untold Stories Kiai di Istana Rakyat itu.

Ā 

Pewarta: Syakir NF
Editor: Muhammad Faizin


Ā