Nasional LSN 2017

Screening Pemain Diperketat, Penyelenggaran LSN 2017 Lebih Baik

Rab, 25 Oktober 2017 | 02:41 WIB

Bandung, NU Online
Direktur Pertandingan Liga Santri Nusantara (LSN) 2017 M. Kusnaeni menilai penyelenggaran kompetisi sepak bola antarpesantren tahun ini lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. LSN yang diselenggarakan Kemenpora bekerja sama dengan Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama ini memasuki tahun ketiga.

Menurut dia, tim-tim kaum sarungan sudah kelihatan lebih siap. Tahun ini tidak ada panitia penyelenggara tidak menemukan kesebelasan yang bermasalah dengan seragam. Mereka sudah rapi. Bahkan beberapa tim sudah ada yang menggunakan sponsor.  

“Itu artinya dari segi penyelenggaraan pertandingan sudah menunjukkan kesiapan tim-tim peserta mengikuti seri nasional,” katanya di stadion Siliwangi, Bandung (23/10).  

Dari sisi screening pemain misalnya, lanjut pria yang akrab disapa Bung Kus ini, Liga Santri tahun 2017 lebih diperketat. Beberapa pemain dicoret karena tidak masuk standar.

“Harus diakui ada beberapa tim yang harus dicoret pemainnya karena kami memperketat screeningnya itu. Mungkin bisa jadi pembelajaran bagi tim-tim tiap tahun mereka harus siap ke seri nasional dengan screening yang ketat.

Pemain yang dicoret karena secara formal tidak memenuhi syarat, misalnya dari segi batasan usia dan kelengkapan dokumen mereka.

“Kan pemain harus membuktikan mana kartu santrinya, mana ijazahnya, mana akta kelahirannya, mana kartu keluarganya. Kalau itu semua tidak bisa dilengkapi, terpaksa kami coret, atau data-data yang tidak konsisten, kalau yang satu A, yang lain B, bagi kami meragukan, labih baik kami meninggalkan yang meragukan, begitu kan filosofinya. Kami lakukan dalam upaya untuk memperketat peserta seri nasional,” jelasnya.

Namun, lanjutnya, untuk secara keseluruhan panitia penyelenggara masih belum puas pada tingkat pelaksanaan di daerah atau seri regional. Standar-standar yang ingin diterapkan belum seluruhnya diimplementasikan.

“Banyak persolannya ya, dari mulai keterbatasan sumber daya finansial, prasarana lapangan di daerahnya, ada juga keterbatasan panitia pelaksana di daerah. Kalau persoalannya itu, kami berharap pengalaman Liga Santtri tiga tahun kami harapkan up grade, tapi kaau keterbatasannya dari segi sarana, kami mau bilang apa. Kami hanya menyarankan tahun depan cari tempat yang lebih baik,” pungkasnya. (Abdullah Alawi)