Nasional

Sejak Kapan Tradisi Bedug Diganti Lonceng

Jum, 9 Juni 2017 | 16:19 WIB

Jakarta, NU Online
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Sekjen PBNU) A Helmy Faishal Zaini berhasil meluncurkan buku terbarunya, “Miqat Kebinekaan: Sebuah Renungan Meramu Pancasila, Nasionalisme, dan NU sebagai Titik Pijak Perjuangan” di gedung PBNU, Jakarta, Jumat (9/6).

Peluncuran tersebut menghadirkan narasumber Pendeta Andreas Yawangoe (PGI), Romo Agus Uluhayana (KWI), dan Biksu Dutavira Mahasthravira.

Di sela-sela sambutannya, Helmy mengungkapkan alasannya mengapa menggunakan kata peluncuran bukan kata ‘launching.’ 

Menurut dia, pada acara Pra-Muktamar NU Makasaar, ia pernah dikritik oleh Wakil Rais ‘Aam karena menggunakan istilah ‘launching’ dalam menyelenggarakan suatu acara.

“Sengaja kami menggunakan peluncuran Pak, tidak launching karena pernah dikritik oleh Wakil Rais ‘Aam,” ungkapnya. “Sejak kapan tradisi bedug diganti lonceng?” ucapnya menirukan ucapan Wakil Rais ‘Aam saat itu yang mungkin salah dengar. Sontak hadirin tertawa berderai.

Maka dari itu, imbuh Helmy, sejak itu NU tidak pernah menggunakan istilah ‘launching’ lagi saat mengadakan sebuah acara yang bertemakan peluncuran. 

Buku Miqat Kebinekaan itu mengangkat tiga tema besar, yaitu Pancasila, Islam, dan NU. (Muchlishon Rochmat)