Nasional

Sekilas Perbedaan Profil Pelajar Pancasila dan Pelajar Rahmatan lil Alamin

Rab, 17 Agustus 2022 | 14:00 WIB

Sekilas Perbedaan Profil Pelajar Pancasila dan Pelajar Rahmatan lil Alamin

Mengenal profil Pelajar Pancasila dan Pelajar Rahmatan lil Alamin. (Foto: Istimewa)

Jaakarta, NU Online 
Saat ini pemerintah telah meluncurkan Kurikulum Merdeka yang direncanakan sudah digunakan oleh seluruh Lembaga Pendidikan di seluruh Indonesia pada 2024 yang akan datang. Pada tahun ini, Kurikulum merdeka digunakan secara bertahap dalam rangka pemulihan pembelajaran di tengah pandemi Covid-19.


Yogi Anggraena dari Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, BSKAP, Kemendikbudristek menyebut bahwa pada Kurikulum Merdeka, Pendidikan karakter dan kompetensi menjadi fokus utama yang diwujudkan melalui Profil Pelajar Pancasila.  


Semua ini menurutnya berdasarkan evaluasi yang diperoleh oleh Kemendikbud yang menunjukkan bahwa dalam 20 tahun terakhir, kemampuan pelajar Indonesia dalam kompetensi penalaran belum terbangun dengan optimal. 


“Seringkali perubahan-perubahan kurikulum yang terjadi bukan pada peningkatan kualitas kompetensi, tapi dibangun lebih pada peningkatan dari segi aspek materi saja,” ungkapnya saat menjadi pemateri pada Webinar Kurikulum Merdeka yang diselenggarakan oleh Kementeraian Agama pada Selasa (16/8/2022).


Lalu apa itu Pelajar Pancasila pada Kurikulum Merdeka? Yoga menjelaskan Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama. Enam ciri utama Pelajar Pancasila adalah beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.


Kemudian terkait dengan standar kompetensi kelulusan (SKL) pada sistem pendidikan saat ini, Kemendikbud telah melakukan rervisi dan mencabut standar kompetensi kelulusan yang lama. SKL yang di dalamnya sudah terintegrasi Profil Pelajar Pancasila ini menjadi acuan tiga kurikulum di masa transisi ini, yakni Kurikulum 2013, kurikulum Darurat, dan Kurikulum Merdeka.


“Yang sudah dicabut standarnya, bukan kurikulumnya,” tegasnya.


Sementara Akademisi dari UINSA Surabaya Hanun Asrohah yang juga menjadi pemateri pada acara tersebut menjelaskan Profil Pelajar Rahmatan lil Alamin. Istilah ini merupakan kekhususan di Kementerian Agama yang difokuskan pada penanaman moderasi beragama yang dapat diimplementasikan melalui kegiatan yang terprogram dalam proses pembelajaran maupun pembiasaan dalam mendukung sikap moderat. 


Pembiasaan ini dibentuk dengan membuat suasana pembelajaran yang menitikberatkan pada proses penyucian jiwa (tazkiyatun nufus), dengan proses bersungguh-sungguh dalam memerangi hawa nafsu (mujahadah) dan mendekatkan diri kepada Allah swt, serta melatih jiwa untuk meninggalkan hal buruk yang buruk (riyadlah).


Ia merinci ada 10 nilai yang menjadi dasar pada profil Pelajar Rahmatan lil Alamin yakni: berkeadaban (ta’addub), keteladanan (qudwah), kewarganegaraan dan kebangsaan (muwaṭanah), mengambil jalan tengah (tawassuṭ), berimbang (tawāzun), lurus dan tegas (I’tidāl), kesetaraan (musāwah), musyawarah (syūra), toleransi (tasāmuh), dan dinamis dan inovatif (tathawwur wa ibtikâr).


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Syamsul Arifin