Nasional

Semakin Memprihatinkan, Santri Diminta Ikut Serta Selamatkan Alam

Kam, 31 Oktober 2019 | 11:30 WIB

Semakin Memprihatinkan, Santri Diminta Ikut Serta Selamatkan Alam

Para santri di acara Sosialisasi Eco-Islam bertajuk Love Humans, Love Nature di Pesantren Luhur Al-Tsaqafah di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Kamis (31/10). (NU Online/Ahdori)

Jakarta, NU Online
Sebagai generasi penerus bangsa banyak kalangan yang menaruh harapan kepada santri yang belajar di Pesantren. Dalam situasi ekosistem bumi yang tidak sehat seperti sekarang ini, sudah saatnya santri jadi pelopor kelestarian lingkungan. Dimulai dari hal terkecil misalnya mengurangi penggunaan sampah plastik, energi, dan penggunaan kendaraan berbahan bakar yang tak ramah lingkungan. 
 
Kepala Departemen Asia DW Indonesia Debarati Guha menuturkan, alam merupakan sumber kehidupan bagi umat manusia. Oleh karenanya, harus ada kurikulum pendidikan yang menjurus pada kelestarian alam sebagai bahan ajar untuk siswa-siswi di sekolah, termasuk santri di pesantren.  
 
Menurutnya, keadaan alam saat ini terlihat memprihatinkan karena terus diancam pemanasan global (global warming). Hal itu menjadi masalah yang serius karena bisa berdampak terhadap populasi makhluk hidup di dunia. Umat manusia, termasuk kalangan santri, harus ikut serta menyelamatkan alam dengan cara ikut serta menghijaukan atau menanam pohon di pesantren atau lingkungan sekitar.

Dijelaskan, global warming yang dimaksud adalah pemanasan global yang disebabkan oleh penggundulan hutan, polusi udara, sampah plastik, pemborosan air, pemborosan energi, dan beberapa kerusakan bumi yang tidak ramah terhadap kelestarian alam tersebut.  

“Salah satu upaya agar alam kita tetap sehat yakini kurangi sampah plastik dan hemat energi. Temen-temen jadi bagaimana caranya melakukannya? Kalaupun kalian harus menggunakan sampah plastik, coba kalian daur ulang karena plastik bisa menjadi karya seni,” kata Guha di hadapan ratusan santri yang hadir dalam acara Sosialisasi Eco-Islam bertajuk Love Humans, Love Nature di Pesantren Luhur Al-Tsaqafah di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Kamis (31/10).

Hal-hal kecil yang dilakukan santri, lanjut Guha, bisa berpengaruh terhadap alam kita. Misalnya soal energi, jika penggunaannya tidak berlebihan maka keadaannya tidak akan begitu mengancam. Pemborosan air dan energi juga bisa merusak lingkungan karena sumber energi terus digunakan.  

“Hindari sebisa mungkin penggunaan mobil atau pesawat itu yang bisa kita lakukan untuk menjaga planet kita,” ucapnya. 

Di sisi lain, udara yang tidak sehat dan terus dihirup oleh umat manusia bisa berakibat fatal karena akan merusak kesehatan manusia seperti tidak berfungsinya usus pada anak-anak. Ia memperingatkan, udara yang tidak sehat dan sampah plastik menjadi tantangan besar yang belum ditemukan  solusi terbaiknya sehingga harus terus hati-hati. 

“Sampah plastik misalnya dia membutuhkan waktu ribuan tahun untuk mengurainya, mungkin yang kecil cukup 150 tahun. Jadi bayangkan berapa generasi yang akan menanggung sampah plastik, pada saat itu saya sudah meninggal, anak saya meninggal, cucu saya, meninggal, semuanya,” tuturnya. 

Ia berpesan kepada santri untuk terus menghormati dan mencintai alam. Jika belum bisa mencintai alam, maka cintailah diri sendiri dengan menjaga kesehatan dari berbagai ancaman penyakit. 

“Intinya kita cintai manusia, cintai alam, itu juga harus kita lakukan dengan mencintai teman menghormati guru menghormati semuanya. Paling utama mencintai alam karena mencintai alam adalah menghormati Tuhan,” katanya. 

Acara Sosialisasi Eco-Islam terselenggara atas kerja sama Wahid Foundation, DW media Jerman, dan kantor Luar Negeri Jerman. Acara ini digelar dalam rangka mempromosikan Eco-lslam kepada khalayak luas. Pada acara ini juga dilakukan penanaman pohon di beberapa titik pelataran Pesantren asuhan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj. 

Kontributor: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Muchlishon