Daerah

Jawab Kebutuhan Zaman, Assunniyyah Dirikan Ma'had Aly

Sel, 29 Oktober 2019 | 16:30 WIB

Jawab Kebutuhan Zaman, Assunniyyah Dirikan Ma'had Aly

Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Ahmad Zayadi saat menandatangani prasasti peresmian Ma'had Aly Assunniyyah. (Foto: NU Online/Aryudi AR)

Jember, NU Online

Pondok Pesantren Assunniyyah, Kencong, Kabupaten Jember, Jawa Timur, mendirikan ma'had aly. Peresmian satu-satunya ma'had aly di Jember tersebut dilakukan oleh Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Ahmad Zayadi di halaman Pondok Pesantren Assunniyyah, Kencong, Ahad (27/10).

 

Acara peresmian ma'had aly tersebut dirangkai dengan stadium general yang mengusung tema Sosialisasi UU Pesantren oleh Ahmad Zayadi.

 

Dalam pemaparannya, ia menegaskan bahwa dengan adanya Undang-undang Pesantren, pesantren bisa menyelenggarakan fungsi pendidikan sesuai dengan ciri khas, tradisi dan kurikulum masing-masing pesantren. Bahkan lebih dari itu, pemerintah akan semakin memperkuat dukungan pesantren untuk menjalankan beberapa fungsinya.

 

“Termasuk fungsi dakwah dan pemberdayaan masyarakat,” jelasnya.

 

Pada kesempatan yang sama, mudir Ma'had Aly Assunniyyah, Ustadz Akhmad Zaini menyampaikan bahwa ma'had aly merupakan terobosan dari pemerintah dalam mengakomodasi potensi dan keinginan pesantren. Katanya, dengan ma'had aly, pesantren tidak perlu repot-repot mengubah kurikulum dengan campuran mata kuliah formal. Namun cukup dengan kurikulum diniyah tetapi mendapatkan legalitas yang sejajar dengan jenjang pendidikan formal.

 

“Sehingga peluang untuk dakwah bisa semakin cerah dan leluasa bersaing pada level nasional dan internasional,” ungkapnya.

 

Menurutnya, ma'had aly sat ini merupakan kebutuhan yang mendesak mengingat banyaknya tantangan yang dihadapi pesantren. Di antaranya adalah tuntutan peningkatan kualitas lulusan dalam menghadapi persaingan global. Juga, maraknya penyebaran paham radikal yang cukup militan, dan masuk ke berbagai elemen masyarakat.

 

“Semua itu butuh santri yang mumpuni, yang bisa berdakwah untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat,” ucapnya.

 

Untuk penerimaan mahasantri baru sudah berjalan tahun ajaran 1431/32 hijriah. Semester ganjil dilaksanakan bulan Syawal hingga Maulid . Sedangkan semester genap dilaksanakan mulai bulan setelah Maulid sampai Sya'ban.

 

“Sedangkan di bulan Ramadlan mahassantri diberi kegiatan pasanan atau kilatan. Yakni Ikut pegajian kilatan di pondok-pondok salaf yang memang sudah menjadi tradisi pesantren salaf sejak dulu,” terangnya.

 

Sementara itu, penggagas Ma'had Aly Assunniyyah, Agus Iqbal Muhammad Rodli berharap agar para dosen dan mahasantri senantiasa istikamah dalam ber-tafaqquh fiddin wa fi mashalihil halqi.

 

“Bisa secara intensif mengkaji dan mengembangkan dalil-dalil akidah maupun amaliah Ahlussunnah wal Jamaah,” ucapnya.

 

Pewarta: Aryudi AR

Editor: Ibnu Nawawi