Nasional

Sempat Terjang Banjir, Aktivis Fatayat NU Rembang Ini Akhirnya Jadi Petugas Haji

Ahad, 28 Mei 2023 | 18:30 WIB

Sempat Terjang Banjir, Aktivis Fatayat NU Rembang Ini Akhirnya Jadi Petugas Haji

Hannah Nurshobahi, aktivis Fatayat NU Rembang usai apel jelang keberangkatan sebagai petugas haji tahun 2023 di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, Sabtu (27/5/2023). (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online

Hannah Nurshobahi (36) sangat terharu ketika dinyatakan lolos sebagai petugas haji tahun 2023. Selama proses pendaftaran, banyak drama yang ia lewati seperti menerjang banjir dan kemacetan parah sepanjang perjalanan dari rumahnya di Rembang hingga Semarang.


Hanna, sapaan akrabnya, mengaku bahwa keinginannya untuk berangkat haji kuat sekali sejak tahun kemarin. Dorongan itu antara lain dari cerita temannya. Sementara antrean hajinya masih sangat lama.


“Tahun 2022, entah mengapa keinginan ke Haramain sangat kuat. Ditambah seorang sahabat bercerita bahwa Saudi tidak lagi seperti dulu. Saudi telah berubah. Sebentar lagi kiamat. Fenomena-fenomena tak lazim dan aneh terjadi di Saudi,” tuturnya kepada NU Online, Sabtu (27/5/2023).


“Kamu harus segera ke Saudi untuk umrah atau haji sebelum perang terjadi,” sambung aktivis bidang dakwah Fatayat NU Rembang, Jawa Tengah, ini menirukan sahabatnya menjelang keberangkatan menuju Tanah Suci.


Akhirnya, muncul niat dalam benak Hanna untuk mendaftar sebagai petugas haji. Ia pun mencari informasi kepada teman-temannya yang bekerja di Kementerian Agama (Kemenag) tentang tata cara menjadi petugas haji.


Sayangnya, ia tidak mendapatkan jawaban memuaskan dari koleganya di Kemenag. Ia pun pasrah. “Sudahlah. Sulit katanya menjadi petugas haji, hanya untuk kalangan PNS Kemenag saja,” ungkapnya.


Namun, wajah Hanna sontak berbinar ketika mendapat kabar di WhatsApp Group (WAG) alumni mahasiswi Libya. Ya, di grup itu ada kabar seleksi untuk Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi.


“Tiba-tiba seorang teman yang kakaknya bekerja di Kemenag Pusat memberi informasi bahwa ada pembukaan seleksi PPIH Arab Saudi,” ujar sarjana jebolan International Islamic Call College Tripoli, Libya, ini.


Menerjang banjir

Setelah melengkapi persyaratan, Hanna bersama sang suami mengendarai motor langsung mendaftar ke Semarang. Sepanjang perjalanan, drama pun terjadi. Saat itu, sedang terjadi banjir di sepanjang Pantura (Pantai utara Jawa).


“Kami pun menerjang banjir dan kemacetan Rembang-Pati. Sampai di Semarang dan masuk Kantor Kanwil Kemenag Jateng, Kabid PHU mengatakan, daftar di Rembang bisa kok, kan online daftarnya,” tuturnya mengisahkan.


Setelah berhasil daftar secara daring, Hanna pun mendapatkan kartu ujian. Kemudian dirinya browsing (melakukan pencarian) di internet tentang kisi-kisi soal ujian PPIH, membaca buku-buku manasik haji, dan soal-soal ujian PPIH.


“Ternyata ujian ditunda, waktu pendaftaran diperpanjang. Alhamdulillah, masih banyak waktu untuk belajar,” ungkap perempuan kelahiran Cirebon, 11 Juni 1986, ini seraya bersyukur.


Waktu ujian pun tiba. Ujian menggunakan aplikasi petugas CAT. Materinya seputar tugas dan fungsi (tusi) akomodasi, manasik haji, sejarah haji, wawasan kebangsaan, moderasi beragama.


Alhamdulillah, nilai memuaskan. Akhirnya saya lolos tes dan mengikuti tes tahap 2 serta wawancara. Soal-soalnya 75% sama dengan tes tahap 1. Wawancara tes tulis lisan ayat Al-Quran, moderasi beragama, dan tusi akomodasi,” paparnya.


Hanna pun bersyukur setelah dirinya dinyatakan lulus pada tahap kedua dan menjadi bagian petugas PPIH bagian akomodasi yang diakomodir oleh Kanwil Kemenag Jawa Tengah.


“Setelah tes, masih ada syarat lagi menjadi PPIH, yaitu Bimtek selama 10 hari di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur,” kata Hanna.


Pewarta: Musthofa Asrori 
Editor: Muhammad Faizin