Nasional

Setahun Pembelajaran Daring, Fenomena 'Learning Loss' Menggejala

Ahad, 30 Mei 2021 | 02:00 WIB

Setahun Pembelajaran Daring, Fenomena 'Learning Loss' Menggejala

Fenomena ini adalah suatu keadaan di mana peserta didik malas belajar dan cenderung melupakan sekolahnya.

Jakarta, NU Online
Pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau yang biasa disebut pembelajaran daring akibat pandemi Covid-19 di berbagai daerah sudah berlangsung lebih dari satu tahun. Walaupun dinilai efektif dan menjadi solusi mencegah penyebaran Covid-19, pelaksanaan model pembelajaran daring ini ternyata memunculkan berbagai kendala dan efek negatif.


Selain tidak maksimalnya sistem daring dalam mengajarkan aspek afektif seperti kepribadian, sikap, dan karakter, pembelajaran daring juga mengakibatkan fenomena yang disebut sebagai learning loss. Fenomena ini adalah suatu keadaan di mana peserta didik malas belajar dan cenderung melupakan sekolahnya.


Para siswa seakan sudah jenuh dan bosan dan mengalami zoom vertigo atau kelelahan mengikuti zoom. Belakangan ini menurut Direktur GTK Madrasah Kementerian Agama Moh Zain, fenomena ini menggejala dan mengakibatkan angka putus sekolah meningkat akibat pandemi Covid 19.


Hal ini menurutnya harus menjadi perhatian serius seluruh elemen terkait khususnya pendidik dan tenaga pendidikan untuk terus berinovasi dan meningkatkan kapasitas serta kompetensi dirinya. Tahun-tahun ini menurutnya harus disadari oleh para guru karena sangat berbeda dengan dengan tahun-tahun sebelumnya.


"Para guru harus mengubah mindsetnya agar tidak tergagap-gagap menghadapi situasi new normal ini," katanya beberapa waktu lalu di Semarang dikutip dari laman Kemenag, Ahad (30/5).


Terkait dengan kebijakan tatap muka yang akan segera dilakukan pada tahun ajaran baru ini, Zain berharap pada para guru untuk meningkatkan kemampuan dalam melakukan blended learning atau mengombinasikan pembelajaran tatap muka dan daring.


"Guru harus dapat memanfaatkan media digital, dan juga membuat konten pembelajaran yang inovatif," harapnya.


Efek negatif lain dari pembelajaran daring


Selain learning loss yang muncul, pembelajaran daring juga memunculkan efek psikologis lain bagi para pelajar. Di antaranya diungkapkan Praktisi Pendidikan Konseling Lampung, Siti Aminah yang menyebut pembelajaran daring atau online dapat memicu dan pernikahan dini para pelajar.


Pernikahan pelajar akibat sistem pembelajaran online ini lanjutnya diakibatkan banyak faktor, di antaranya lemahnya kontrol atau pengawasan baik oleh orang tua maupun pendidik.


“Penegakkan disiplin dan peraturan yang lemah di rumah juga berdampak pada kepribadian anak. Anak jadi punya peluang melakukan hal-hal negatif, bebas memegang smartphone dan tanpa pengawasan orang tua. Berselancar di dunia maya dengan mengakses hal-hal negatif. Orang tua harusnya mengarahkan anaknya untuk berinternet dengan cerdas dan bijak,” jelasnya.


Dengan lemahnya pengawasan juga, anak-anak bisa terjerumus pada pergaulan remaja yang bebas. Padahal mereka belum memahami akan dampak-dampak negatif yang muncul dari pergaulan bebas yang diawali dengan aktivitas pacaran bahkan berani melakukan seks pra-nikah.


Memiliki waktu luang dan libur yang banyak di era Covid-19 ini idealnya diisi dengan kegiatan positif. Namun generasi rebahan sekarang ini menurut Aminah sangat perlu untuk diawasi, didampingi, dan diarahkan dalam menyikapi banyaknya waktu luang.


“Efek pembelajaran daring terlihat menimbulkan rasa malas atau slow response pada anak dan cenderung menjadi generasi anti sosial yang tidak peduli pada lingkungan sekitar,” tambah Aminah yang juga aktivis Fatayat NU di Lampung ini.


Belum lagi, rendahnya nilai karakter siswa yang memang sulit untuk diajarkan menggunakan sistem pembelajaran daring. Siswa merasa tidak punya kebutuhan untuk belajar sehingga tidak ada rasa tanggung jawab dalam belajar.


“Sifat masa bodo dan cuek terhadap info penting dari sekolah di WA group pun muncul. Adab dan sopan santun terhadap guru rendah serta berbagai hal lain seperti tampilan fisik yang tidak mencerminkan seorang pelajar,” tambahnya.


Ia pun sering mendapatkan keluhan dari orang tua terkait dengan hal ini. Para orang tua banyak yang mengaku menyerah dan tak sanggup untuk totalitas memantau anak dalam kegiatan tugas belajar dari sekolah dengan berbagai alasan seperti kerja dan tidak memiliki keahlian mengajar.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan