Nasional

Shalawat Badar Menggema di Indonesian Idol 2018

Sel, 6 Maret 2018 | 09:35 WIB

Jakarta, NU Online 
Ayu Putrisundari, salah satu finalis Indonesian Idol 2018 menyanyikan Shalawat Badar di ajang pencarian bakat di salah stasiun televisi swasta, Senin (5/3). Peserta asal Yogyakarta ini menyanyikan sembari memainkan piano. 

Penampilan gadis kelahiran Cilegon 1998 ini langsung menuai pujian, hingga Arman Maulana, salah seorang dewan juri, sepertinya gatal jika tidak turut serta. Ia pun bernyanyi bersama Ayu. Tak hanya mereka berdua, penonton lain, termasuk dewan juri juga turut mengikuti alunan merdu suara Ayu. 

Shalawat itu, bagi warga NU, demikian akrab bagi mereka. Pada permulaan acara, biasanya warga dan pengurus NU menyanyikannya setelah Indonesia Raya. Kini kemudian populer juga Ya Lal Wathan, syair yang digubah KH Wahab Hasbullah.  

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Said Aqil Siroj pernah mengatakan, Shalawat Badar menjadi bagian penting dari Nahdlatul Ulama sejak periode 1960-an. Shalawat itu memiliki spirit perjuangan ahli Badar dalam membantu perjuangan Rasulullah dalam perang pertama umat Islam dan Quraisy.   

Menurut Kiai Said, NU memang tidak punya mars khusus. Shalawat Badar kemudian mengisinya, sehingga dilantunkan di acara-acara resmi organisasi NU atau kegiatan kultural warga NU. Semuanya terjadi secara alamiah. 

"Tidak ada yang mewajibkan, tapi telah menjadi wajib-wajib sendiri," katanya.  

Pada hari lahir ke-85 NU di Gelora Bung Karno, pada 2011 shalawat itu bergema dinyanyikan puluhan ribu Nahdliyin yang hadir. 

Masyarakat juga mungkin masih ingat ketika Ketua Umum PBNU 1984-1999 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) terpilih menjadi Presiden RI pada 1999. Para wakil rakyat, itu tanpa komando khusus, menyanyikan Shalawat Badar.

Gus Dur pada saat Muktamar NU ke-28 di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta (26-11-1989) menyebutkan bahwa penggubah syair dan lagu Sholawat Badar adalah alm. KH Muhammad Ali Manshur Shiddiq Basyaiban. Konon ia menggubah syair itu saat ia Ketua PCNU di Banyuwangi. 

Pada Oktober tahun lalu, PBNU menganugerahkan penghargaan kebudayaan kepada KH Ali Manshur, penggubah shalawat itu. (Abdullah Alawi)