Nasional

Sosok Mega Suryani dan Harun Al-Rasyid yang Disebut dalam Debat Capres 2024, Ini Faktanya

Kam, 14 Desember 2023 | 06:00 WIB

Sosok Mega Suryani dan Harun Al-Rasyid yang Disebut dalam Debat Capres 2024, Ini Faktanya

Mega Suryani Dewi dan Harun Al-Rasyid meninggal dunia karena dibunuh. (Ilustrasi: freepik)

Jakarta, NU Online

Calon presiden nomor urut 1 Anies Baswedan menyebut nama Mega Suryani Dewi dan Harun Al-Rasyid dalam debat pertama capres 2024 di Gedung KPU, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (12/12/2023) malam.


Anies menyebut Mega Suryani Dewi merupakan seorang ibu rumah tangga yang meninggal karena mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Mega melapor kepada negara, tetapi tidak diperhatikan, hingga akhirnya meninggal karena mengalami kekerasan. 


Sementara Harun Al-Rasyid, disebut oleh Anies adalah seorang pendukung Prabowo Subianto pada Pilpres 2019 yang menuntut keadilan pada saat itu. Harun melakukan protes hasil pemilu, tetapi akhirnya tewas dan sampai hari ini tidak ada kejelasan.


Kedua nama itu disebut, tatkala Anies tengah menjelaskan kondisi hukum saat ini yang dinilainya bengkok alias tajam ke bawah tetapi tumpul ke atas. Selain itu, Anies menyebut banyaknya aturan yang ditekuk sesuai dengan kepentingan orang yang sedang memegang kekuasaan dan penyelenggaraan pemerintahan juga sering tidak sesuai dengan prinsip hukum.


"Kemudian apakah akan dibiarkan? Tidak ini harus diubah," ujar Anies.


Berikut fakta tentang Mega Suryani Dewi dan Harun Al-Rasyid

1. Mega Suryani Dewi

Seorang ibu muda berusia 24 tahun. Mega tewas di rumah kontrakannya, di Jalan Cikedokan, Desa Sukadanau, Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, 7 September. Sementara mayatnya ditemukan pada dua hari berikutnya, 9 September 2023. Jasad Mega yang sudah tak bernyawa itu terdapat luka sayatan sepanjang empat sentimeter di wilayah leher.


Perempuan yang bekerja sebagai sebagai beauty advisor (BA) sebuah produk kosmetik terkenal itu mengalami kekerasan dalam rumah tangga oleh suaminya, Nando (25), yang mengaku sakit hati dengan perkataan korban.


Dewi (41), pemilik kontrakan tempat tinggal Nando dan Mega, menyatakan bahwa tetangga pasangan suami istri itu pernah memberitahunya mengenai kejadian KDRT yang dilakukan Nando terhadap Mega pada awal Agustus 2023. Kejadian itu terjadi pada dini hari.


"KDRT awal 7 Agustus, dia (korban) nangisnya pelan-pelan. Nangisnya lama. Nah di situ dia minta tolong, makanya tetangga dengar," ujarnya sebagaimana dilansir Kompas.


Menurut hasil pemeriksaan autopsi, kematian Mega disebabkan oleh luka sayatan di leher yang memotong batang tenggorokan dan pembuluh darah utama di sisi kiri lehernya.


Kakak Mega, Deden (27), mengatakan bahwa adiknya pernah pergi ke kantor polisi untuk membuat laporan dan melakukan pemeriksaan medis. Namun, ketika proses sedang berjalan, Nando membantah semua tuduhan yang diajukan oleh Mega kepada polisi.


"Sudah sempat dilaporkan, sudah sempat visum juga, cuma dari pihak pelaku menyangkal dan (polisi) memutuskan buat disetop," ujar Deden.


Sementara itu, Polres Metro Bekasi menyangkal klaim bahwa mereka menghentikan proses laporan mengenai KDRT yang pernah dilaporkan oleh Mega sebelum ia menjadi korban pembunuhan oleh suaminya.


"Kami enggak ada putusan menghentikan laporan KDRT Mega," ujar Kasat Reskrim Polres Metro Bekasi Kompol Gogo Galesung.


2. Harun Al-Rasyid

Harun Al-Rasyid tewas dalam kerusuhan di kawasan Slipi, Jakarta Barat, pada 22 Mei 2019. Hingga detik ini, siapa pembunuhnya masih menjadi misteri.


Menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Dedi Prasetyo, berdasarkan hasil investigasi, Harun ditembak oleh seseorang yang tak dikenal dari jarak sekitar 11 meter.


"Jaraknya cukup dekat antara pelaku yang melakukan penembakan dengan tangan kiri dan korban yang ditemukan di TKP. Jaraknya kurang lebih dari hasil analisis dan rekonstruksi, 11 meter," ujar Dedi. 


Direktur Kriminal Umum Polda Metro Jaya Suyudi Ario Seto mengatakan, hasil uji balistik yang digabungkan dengan kesaksian saksi mata menunjukkan bahwa penembak diduga memegang senjata api dengan tangan kiri di bagian bawah dada, mengarah ke samping. Dalam posisi tersebut, penembak misterius melepaskan tembakan yang mengenai Harun.


"Arah (peluru) lurus mendatar. Karena posisinya Harun di trotoar, agak tinggi. Jadi, diduga pelaku ini agak tinggi karena pelaku pegang senjata api di sini, di bawah dada menembaknya," ujar Suyudi.


Suyudi menyatakan bahwa menurut kesaksian saksi, penembak misterius menembak dari wilayah ruko dekat fly over Slipi. Diduga pelaku memiliki tinggi sekitar 175 sentimeter, tubuhnya kurus, dan memiliki rambut panjang. Tembakan yang dilepaskan mengenai lengan kiri Harun dan menembus ke bagian rongga dadanya.


Teman Harun, Angga menceritakan bahwa awalnya Harun mengajaknya untuk melihat kerusuhan yang sedang terjadi di Jembatan Slipi Jaya. Ketika berada di lokasi, keduanya terkena gas air mata dari polisi. Harun, yang luka di pahanya, kemudian dibawa oleh Angga ke rumahnya untuk diberi pertolongan. 


Saat malam tiba, Angga menyarankan agar Harun pulang. Namun Harun menolak dan mengajak Angga kembali ke lokasi kerusuhan di Slipi. Sekitar pukul 22.00 WIB mereka berdua terpisah di tengah kerusuhan tersebut. Angga berusaha mencari Harun tetapi tak berhasil menemukannya. Pada Kamis (23/5/2019) pagi, Angga mendapat kabar bahwa Harun telah meninggal dunia.