Nasional

Sudah Saatnya Pesantren Terapkan Konsep Profesionalisme

Sab, 9 Juli 2022 | 21:00 WIB

Sudah Saatnya Pesantren Terapkan Konsep Profesionalisme

Para santriwati di sebuah pesantren.

Jakarta, NU Online
Kasus pencabulan santriwati oleh Moch Subchi Azal Tsani (MSAT), alias Mas Bechi (42), anak kiai Pesantren Majma'al Bahrain Shiddiqiyyah, Jombang, dinilai sebagai peringatan bahwa konsep profesionalisme penting diterapkan dalam pengelolaan pesantren.


Hal itu disampaikan Iim Fahima Jachja, aktivis sosial sekaligus cucu salah satu ulama kharismatik Nahdlatul Ulama (NU) KH Ahmad Abdul Chamid Kendal, kepada NU Online, Sabtu (9/7/2022).


“Jika ingin pesantrennya berkelanjutan, manajemennya harus profesional,” kata Iim, sapaan akrabnya.


Ia menegaskan, pesantren tidak boleh menutup diri dari perubahan dan perkembangan sosial yang sedang berlangsung. Profesional adalah salah satu titik pangkal antisipatif keberhasilan dan kemajuan.


“Pemilik pesantren jangan pernah takut untuk melakukan otokritik dan introspeksi terhadap sistem yang dijalankan pesantrennya,” tegas Iim.


Iim Fahima juga berpendapat, sudah saatnya pesantren menerapkan kultur sosial antara santri dan pengasuh yang egaliter.


“Perlahan menghapus budaya kultus individu dan bergerak menjadi organisasi yang lebih egaliter, tidak anti kritik dan lebih adaptif,” terang perempuan yang masuk dalam Business Week 25 Asia Best Young Entrepreneurs itu.


Kultur egaliter sangat bisa dilakukan oleh setiap pondok pesantren. Kultur tersebut akan membawa banyak dampak positif di lingkungan pesantren.


Dari kultur tersebut, terjalin kedekatan antar para santri dan pengasuhnya tak ubahnya seperti dalam sebuah keluarga. Begitu juga sebaliknya, kedekatan pengasuh kepada masing-masing santrinya.


“Banyak yang pesimis apakah pesantren bisa membangun environment yang seperti itu. Tapi itu sangat bisa dilakukan,” ucap Iim.


“Saya tumbuh di lingkungan NU yang egaliter, tokoh-tokoh NU yang saya kenal semuanya juga egaliter dan progresif. Jadi artinya, menjadi egaliter, adaptif, dan progresif itu sangat mungkin,” sambungnya.


Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Musthofa Asrori