Nasional

Tantangan Perkuliahan Online di Indonesia Menurut Prof M Nasir

Kam, 29 April 2021 | 00:00 WIB

Tantangan Perkuliahan Online di Indonesia Menurut Prof M Nasir

"Tidak sedikit mata kuliah yang membutuhkan praktikum menjadi terhambat karena ketiadaan kuliah tatap muka," kata Ketua LPTNU Prof M Nasir saat Webinar, Selasa (27/4) .

Surabaya, NU Online

Ketua Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) Prof Mohamad Nasir mengatakan pelaksanaan kuliah online yang bisa dilakukan dari mana saja, dinilai sebagai sebuah keunggulan. Mahasiswa yang akan menghadapi perkuliahan tatap muka terbatas, dengan menggunakan e-learning masih terus bisa mendalami perkuliahan, sehingga diharapkan semua orang bisa kuliah, sehingga kualitas sumber daya manusia menjadi meningkat.


Namun, di tengah-tengah keunggulan tersebut, kuliah online juga memiliki tantangannya tersendiri, yaitu dari segi fasilitas pembelajaran. Tidak sedikit mata kuliah yang membutuhkan praktikum menjadi terhambat karena ketiadaan kuliah tatap muka.

 

"Sebenarnya solusi teknologi untuk permasalahan tersebut memang sudah ada. Di antaranya menggunakan Artificial Inteligence (AI), Virtual Reality (VR), dan mekanisme pembelajaran yang telah diotomatisasi lainnya. Akan tetapi, fasilitas tersebut  belum dapat dijangkau seluruh lapisan masyarakat karena harganya yang cukup mahal," dalam Webinar yang diadakan Komunitas Sevima pada Selasa (27/4) bertajuk Strategi Perguruan Tinggi Menghadapi Kuliah Tatap Muka.

 

Nasir mencontohkan di Kanada, mahasiswa kedokteran bisa menggunakan VR Box (Kacamata Virtual Tiga Dimensi), lalu seolah-olah menghadapi pasien langsung dan bisa mempraktikkan keahliannya. "Tapi harus diakui bahwa fasilitas ini mahal, prohibitively expensive. Oleh karena itu, solusi kita adalah meningkatkan pemanfaatan e-learning sembari tetap kuliah tatap muka terbatas," lanjut Nasir.

 

Prosedur tepat melakukan kuliah tatap muka terbatas

Untuk memastikan kuliah tatap muka terbatas, Nasir menyarankan bahwa protokol kesehatan harus dipastikan dapat berlangsung dengan baik. Sederhananya, melaksanakan protokol 5M yang senantiasa diimbau oleh Pemerintah melalui Gugus Tugas Covid-19, yaitu mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas.

 

"Jika sudah bisa menerapkannya dengan baik, maka perguruan tinggi tersebut bisa mengadakan perkuliahan tatap muka terbatas," ungkapnya.

 

Senada dengan Nasir, pakar kesehatan Sukadiono juga merekomendasikan empat hal yang harus disiapkan jika kampus siap mengadakan kegiatan tatap muka terbatas ini. Antara lain, mengurangi kelas fisik dan menggantinya dengan ruang yang lain, mempersiapkan desain efektif untuk mobilitas atau aktivitas fisik dalam institusi pendidikan, menyiapkan perangkat pembelajaran online yang mumpuni, dan wajib mengaplikasikan protokol kesehatan dengan ketat. 

 

Kampus harus benar-benar memahami empat hal yang harus disiapkan antara lain mengurangi kelas fisik dan menggantinya dengan ruang yang lain, mempersiapkan desain efektif untuk mobilitas atau aktivitas fisik dalam institusi pendidikan, menyiapkan perangkat pembelajaran online yang mumpuni, dan wajib mengaplikasikan protokol kesehatan dengan ketat.

 

"Jika berhasil dilakukan, maka kampus sudah siap menjalankan kuliah tatap muka tersebut," ungkap Sukadiono.

 

Melalui saran-saran tersebut, Sugianto Halim, Direktur Utama Sevima berharap bahwa makin banyak lagi perguruan tinggi yang memanfaatkan teknologi. "Sehingga kuliah tatap muka yang berkualitas dapat kita gelar, dengan dukungan teknologi pembelajaran daring yang mumpuni, dan kita bisa bersama-sama mencerdaskan kehidupan bangsa," pungkas Halim.

 

Editor: Kendi Setiawan