Nasional

Terima Direktur HAM Burma, Gus Yahya Tegaskan Akan Bantu Pulihkan Situasi Muslim di Myanmar

Jum, 13 Januari 2023 | 15:30 WIB

Terima Direktur HAM Burma, Gus Yahya Tegaskan Akan Bantu Pulihkan Situasi Muslim di Myanmar

Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf menerima kunjungan Direktur Eksekutif Jaringan Hak Asasi Manusia (HAM) Burma sekaligus Juru Bicara Jaringan Organisasi Muslim Myanmar Kyaw Win. (Foto: NU Online/Aru)

Jakarta, NU Online

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menerima kunjungan Direktur Eksekutif Jaringan Hak Asasi Manusia (HAM) Burma sekaligus Juru Bicara Jaringan Organisasi Muslim Myanmar Kyaw Win.


Kunjungan itu diterima oleh Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, Ketua PBNU Hj Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid, dan Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PBNU H Suleman Tanjung, di lantai 3 Gedung PBNU Jalan Kramat Raya 164 Jakarta, Jumat (13/1/2023). 


Win dengan Gus Yahya berdiskusi dengan sangat serius mengenai situasi terkini yang dihadapi umat Islam di Myanmar atau Burma. Dijelaskan bahwa di Myanmar saat ini terdapat enam kelompok Muslim, salah satunya adalah Rohingya.


“Ada 6 kelompok Muslim, salah satunya adalah Rohingya. Semuanya menghadapi kondisi keterbatasan sebagai minoritas, bahkan tekanan,” tutur Alissa Wahid melalui instagram dikutip NU Online. 


Pada kesempatan itu, Gus Yahya menyampaikan bahwa NU akan berupaya dengan sangat maksimal untuk membantu memulihkan situasi di Myanmar agar bisa membaik. Tak lupa, Gus Yahya juga menyampaikan soal peran NU di kancah internasional. 


“Beliau (Gus Yahya) juga menyampaikan pandangan bahwa dunia ini memerlukan satu pendekatan universal untuk mengatasi persoalan peradaban, terutama terkait agama-politik. Itu yang sedang menjadi fokus NU dalam kancah global,” jelas Alissa. 


Strategi peradaban dunia

Ditemui NU Online, Gus Yahya mengatakan bahwa saat ini PBNU tengah melakukan inisiasi strategi untuk membangun gerakan internasional demi mencari jalan keluar dari berbagai konflik antar-identitas yang hingga kini masih terjadi di berbagai negara. 


Salah satu strategi yang dilakukan adalah dengan menggelar Forum Religion Twenty (R20), pada 2-6 November 2022 lalu. Pada forum itu, PBNU mempertemukan para pemimpin agama dari seluruh dunia untuk membahas solusi dari berbagai konflik yang terjadi di dunia, atas nama agama. 


“Alhamdulillah pemerintah berkenan menjadikan (R20) sebagai salah satu rangkaian acara utama dari G20,” ucap Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu. 


Tak hanya itu, Gus Yahya menegaskan PBNU melakukan inisiasi strategi untuk dunia Islam. Sebab, ia menekankan bahwa PBNU membutuhkan transformasi dunia Islam secara keseluruhan. 


Karena itu, PBNU akan menggelar Muktamar Internasional Fiqih Peradaban di Surabaya pada 6 Februari 2023 mendatang. Agenda ini bakal digelar rutin setiap tahunnya. PBNU mengundang 400 ulama, dari dalam dan luar negeri. 


“Kami mengundang tidak kurang dari 200 ulama dari berbagai dunia, sekitar 50 negara. Kita sudah mendapatkan komitmen dari sejumlah tokoh untuk menjadi pembicara kunci,” ucap Gus Yahya.


Di antara tokoh yang akan hadir dan menjadi pembicara kunci adalah Grand Syekh Al-Azhar Muhammad Ath-Thayyeb, Mufti Agung Mesir Syekh Syauqi Ibrahim Allam, Sekretaris Jenderal Rabithah Alam Islami Muhammad bin Abdul Karim Al Issa, dan Sekretaris Jenderal Akademi Fiqih Internasional Organisasi Kerjasama Islam (OKI) Koutoub Moustapha Sano.


“Insyaallah akan dibuka oleh Wakil Presiden (KH Ma’ruf Amin) yang sekaligus akan memberikan pidato kunci. Kami akan mengundang 200 lagi dari ulama domestik, Indonesia,” jelas Gus Yahya.


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni Ahmad