Nasional HAUL GUS DUR 2017

Ternyata, Gus Dur Punya Jimat untuk Memperlancar Persalinan

Jum, 29 Desember 2017 | 11:32 WIB

Ternyata, Gus Dur Punya Jimat untuk Memperlancar Persalinan

KH Abdurrahman Wahiid bersama Khofifah Indar Parawansa (Foto: Ist)

Jombang, NU Online
Di balik sikap KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang dikenal sederhana, memiliki keilmuan yang dalam, suka memperjuangkan kaum lemah dan seterusnya. Ternyata ia juga mempercayai kekuatan mistis, kekuatan yang datangnya dari Allah melalui benda-benda mati. 
 
Cucu Khadratus Syekh KH Hasyim Asy'ari, pendiri NU ini pernah memiliki jimat yang berfungsi mempermudah kaum hawa yang hendak melahirkan. Jimat itu berupa jarek yang harus dipakai ibu-ibu saat proses persalinan. 

Perihal ini diungkapkan Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa saat didapuk menjadi pembicara sebagai kesaksian Gus Dur di haulnya ke-8, Kamis (28/12) malam. Khofifah yang saat itu sedang hamil diperintahkan Gus Dur untuk memberitahukan dirinya saat sudah mau melahirkan.

"Mbak, nanti kalau dekat dekat melahirkan, kasih tahu ibunya anak-anak (istri Gus Dur), saya itu punya jarek yang kalau melahirkan kemudian pakai jarek itu, itu akan membantu memperlancar kelahiran," ujarnya menirukan Gus Dur di halaman Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. 

Saat sudah hamil tua, Ketua PP Muslimat NU ini kemudian pinjam jareknya Gus Dur kepada istrinya. Benar saja apa yang pernah dikatakan Gus Dur sebelumnya, proses persalinan dirinya diberikan kemudahan saat memakai jarek tersebut. 

"Dan itu betul (mempermudah proses persalinan). Saya pada waktu itu pinjam ke Bu Sinta," beber salah satu mantan kabinet kerja Gus Dur ini.

Gus Dur pun yang saat itu menjabat sebagai presiden lantas menceritakan perihal jimatnya itu pada Hari Keluarga Nasional. Termasuk pembuktian saat dipakai Khofifah waktu hendak melahirkan. 

Karena ini yang menyampaikan presiden, yang namanya Kepala Kepala BKKBN saat it, sehari itu saya bisa dapat 100 telpon atau SMS. Namun saya tidak tahu jarek itu sekarang ada dimana," pungkasnya. (Syamsul Arifin/Zunus)