Nasional

'The Power of Emak-emak' Sekadar Komoditas Politik?

NU Online  ·  Selasa, 28 Mei 2019 | 17:30 WIB

'The Power of Emak-emak' Sekadar Komoditas Politik?

Diskusi Radikalisme Agama dan Geliat Emak-emak, Senin (27/5)

Jakarta, NU Online
Maraknya sebutan 'The Power of Emak-emak' pada pesta demokrasi tahun ini ditengarai sebagai bentuk fanatisme kelompok yang dibungkus dalam dokrin tertentu yang memicu munculnya bibit-bibit radikalisme. Kopri PB PMII merespons hal tersebut dengan mengadakan kegiatan diskusi publik tentang pengaruh perempuan khususnya  'kelompok emak-emak' di Auditorium PBNU Kramat Raya Jakarta Pusat, Senin (27/5).

Diskusi ini mengangkat tema Radikalisme Agama dan Geliat Emak-emak dalam Kampanye Politik: Dokrin Agama, Propaganda Politik atau Uang? Diskusi mengahadirkan narasumber Kepala Biro Perempuan dan Anak PGI, Repalita Tambunan, akademisi Universitas Indonesia, Margaretha Hanita, dan Sekum PP Fatayat NU, Margaret Aliyatul Maimunah.

Ketua Pelaksana Diskusi, Khoiriyah mengatakan dalam sambutannya bahwa fenomena yang sangat aktual saat ini yaitu mobilisasi emak-emak dalam upaya meningkatkan perolehan suara kandidat calon kepala negara. Kondisi tersebut menujukkan posisi emak-emak tidak lebih dari sekedar komoditas politik. Doktrin dan rasa fanatisme yang terbangun di golongan emak-emak ini juga memicu tumbuhnya bibit radikalisme karena rasa loyalitas mereka.

"Terbangunnya kesadaran kolektif perempuan dari berbagai unsur terkait pentingnya menyatukan pendapat tentang ancaman radikalisme yang terjadi di Indonesia, yang saat ini mulai dibingkai dalam dokrin agama dan fanatisme kelompok dengan militansi yang kuat menjadi salah harapan dari terlaksannya kegiatan ini," ujarnya. 

Akademisi Universitas Indonesia Margaretha Hanita menuturkan bahwa perempuan mempunyai dua sisi. Posisi perempuan yang memiliki peran strategis dan potensial untuk menjaga perdamaian dan toleransi. Di sisi lain perempuan juga mampu menjadi pelaku kejahatan dengan kekuatan yang besar.

"Maka hati-hati terhadap perempuan, jangan meremehkan," katanya.

Diskusi ini dihadiri oleh perwakilan dari beberapa organisasi kepemudaan seperti Immawati, Kammi dan HMI. Selain itu juga hadir Mahasiswa dari kampus Iprija, Unusia Jakarta, YAI, Paramadina, UBK, UNIJA dan UI. (Red: Kendi Setiawan)