Nasional

Tips untuk Orang Tua yang Baru Memondokkan Anaknya ke Pesantren

Sel, 26 Juli 2022 | 16:45 WIB

Tips untuk Orang Tua yang Baru Memondokkan Anaknya ke Pesantren

Orang tua perlu saling berbagi pengalaman memondokkan anaknya dengan orang tua lainnya. Terutama orang tua yang belum pernah mondok. (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online

Banyak orang tua yang baru memondokkan anaknya, menitipkan anaknya ke pondok pesantren. Hal ini kerap membuat mereka resah dan kangen karena baru ditinggal.


Dalam hal ini, orang tua perlu mengingat kembali komitmennya dalam menitipkan putra-putrinya ke pesantren. Sebab, hal ini dipercaya dapat membuat orang tua untuk lebih tulus sehingga anaknya lebih nyaman dalam belajar.


"Hawanya jadi yang gak kerasan orang tuanya. Orang tua perlu mengingat komitmennya menyerahkan anaknya ke pesantren itu apa," kata Nyai Hj Hindun Anisah, Sekretaris Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada Selasa (26/7/2022).


Berikutnya, orang tua juga perlu menyampingkan perasaan pribadi demi kesuksesan anaknya. "Itu yang paling penting justru dikuatkan orang tua. Pihak pesantren perlu memberikan penguatan ke orang tuanya" lanjutnya.


Lebih lanjut, Nyai Hindun juga menyarankan agar orang tua juga mengenal orang tua santri lainnya. Komunikasi antarorang tua ini, menurutnya, dapat membangun silaturahim dan saling menguatkan satu sama lain.


"Perlu juga orang tua saling kenal dengan orang tua lainnya. Di pondok ada wa grup orang tua. Itu salah satu cara komunikasi dan menjadi yakin anaknya baik-baik di pondok," katanya.


"Kalau pondoknya belum berinisiatif, orang tuanya bisa mengusulkan," lanjut Pengasuh Pondok Pesantren Hasyim Asy'ari Bangsri, Jepara, Jawa Tengah itu.


Orang tua, menurutnya, perlu saling berbagi pengalaman memondokkan anaknya dengan orang tua lainnya. Terutama orang tua yang belum pernah mondok. "Itu perlu mencari teman dari orang tua lain," katanya.


"Jadi saya kira memang penting jejaring antarorang tua untuk saling menguatkan. Karena kalau dipikir sendiri akan seperti itu. Imbasnya kepada anaknya," lanjut perempuan kelahiran Yogyakarta, 2 Mei 1974 itu.


Sikap terhadap anak yang tidak betah

Namun, terkadang sebaliknya, anak justru kerap bolak-balik telepon orang tuanya untuk menceritakan pengalamannya, bahkan curhat karena merasa tidak betah mengingat lingkungan yang sangat baru bagi anak.


Orang tua tidak boleh mengamini curhatan tersebut, apalagi sampai menarik kembali anaknya hanya karena ketidaknyamanan akibat lingkungan baru. "Orang tua jangan larut terhadap anaknya," kata Nyai Hindun.


Ia meminta orang tua untuk mengingatkan cita-cita anaknya dan aktif menunjukkan contoh tokoh-tokoh yang lulusan pesantren. "Itu jadi motivasi bagi anaknya," katanya.


Hal yang penting, menurutnya, adalah menguatkan anaknya agar betah sesuai dengan usianya.


Karenanya, ia menyarankan agar orang tua berdiskusi terlebih dahulu dengan anaknya sebelum menentukan pesantren mana yang dipilih. Anak-anak perlu diberi pilihan dan diajak untuk mengunjungi atau melihat secara langsung pesantrennya.


"Misalnya, orang tua berdiskusi juga dengan anaknya dalam memilih pondok pesantren. Diberi pilihan. Didiskusikan," katanya.


Dalam mencari pesantren itu juga, orang tua perlu menyesuaikan hobi, minat, atau bakat anak. Pesantren yang dipilih yang bisa menyalurkan hobi, minat, atau bakatnya. Karenanya, orang tua tidak perlu otoriter.


"Itu bisa meminimalisir ketidakbetahan anaknya. Kalau anaknya sudah tahu saya kira akan lebih mudah dalam adaptasi," lanjutnya.


Sikap pesantren 

Nyai Hindun juga meminta pengurus pesantren untuk mengenalkan pesantren semenarik mungkin kepada para santri baru. Santri yang sudah lama di pesantren bisa menjadi kakak bagi santri baru.


"Pesantren sendiri perlu juga mempunyai program yang menarik anak baru sehingga mereka bisa menjadi kerasan (betah)," katanya.


Hal ini, menurutnya, peran jadi pengasuh dan pengurus. Pengasuh bisa berkomunikasi dengan orang tua dan pengurus menguatkan santri tersebut agar betah di pesantren.


Namun, kebetahan anak di pesantren tidak hanya tanggung jawab pesantren, melainkan juga orang tua. "Tidak hanya pondok saja, tetapi juga orang tua. Orang tua harus bekerja sama dengan pesantren," pungkasnya.


Pewarta: Syakir NF

Editor: Fathoni Ahmad