Nasional

Tokoh Buruh Berharap NU Lebih Serius Urusi Ketenagakerjaan

Sabtu, 12 September 2015 | 18:02 WIB

Jakarta, NU Online
Tokoh Buruh Indonesia, Dita Indah Sari menilai, Nahdlatul Ulama perlu menancapkan spirit perjuangan keislamannya lebih serius pada urusan ketenakerjaan. Semangat NU yang terbuka, merupakan modal dasar untuk mengambil segmen perjuangan di luar pakem-pakem kegiatan ritual.
<>
"Muktamar telah selesai. NU punya pengurus baru. Penbaharuan mesti dilakukan. Saya punya harapan besar agar Islamnya NU, Islam Nusantara itu mengambil jalur perjuangan warga kaum lapisan bawah. Kebetulan juga NU ini isinya kebanyakan kelas pekerja. Maka perjuangan NU tentu tidak bisa lepas dari golongan mustad'afin, atau kaum yang lemah," ujarnya di Kantor Kementrian Ketenagakerjaan Jakarta, Kamis (10/9).

Dita Indah Sari menyampaikan beberapa hal terkait dengan Nahdlatul Ulama saat menemui perwakilan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Barat di kantornya. Mantan Ketua Front Nasional Perjuangan Buruh Indonesia (FNPBI) yang pernah dipenjara di  LP Wanita Malang dan LP Wanita Tangerang tahun 1997-1998 akibat demontrasi buruh menentang Orde baru ini, mendukung gerakan NU Jawa Barat yang sedang giat memperjuangkan kehidupan warga di kawasan Sungai Citarum dan juga gerakan NU Jawa Barat dalam bidang pengorganisasian di kalangan generasi muda.

"Jadi, di NU memang harus tetap kumpul-kumpul pengajian. Itu sarana efektif untuk sosialisasi, untuk jejaring sosial, dan manfaat lain. Tetapi tentu tidak sebatas itu dalam mengimplementasikan Islam karena Islam harus membawa spirit pembebasan untuk kaum lemah. Berorganisasi, menghimpun kekuatan dan mengusung perjuangan untuk keadilan adalah esensi dari implementasi gerakan Islam yang maju," kata Wakil Sekjen DPP Partai Kebangkitan Bangsa ini.

Menurut perempuan yang sangat ditakuti oleh Rezim Ode baru ini, warga NU merupakan warga yang terbuka sehingga dirinya pun bisa mudah berinteraksi di NU tanpa sekat. Orang NU itu terbuka.

"Dulu saat pertama kali bertemu dengan kiai-kiai saya merasa kikuk harus bagaimana saya bersikap. Takutnya mereka sangat kaku dalam urusan agama. Di luar dugaan, ternyata para kiai itu beragam, dan kebanyakan santai, mudah akrab, rendah hati, dan tidak hitam putih dalam menilai sesuatu," kesannya.

Menurut Dita, NU selalu produktif menghasilkan generasi pemimpin agama yang maju. Di mulai dari Gus Dur, ia berinteraksi secara politik. Dari situlah kemudian mengenal banyak kiai lain, termasuk saat ini Dita mengenal baik sosok Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siradj, yang sangat toleran dan terbuka.

"Saya yakin Kiai Said akan mengapresiasi gerakan dari teman-teman Nahdlatul Ulama dalam sektor perburuhan, ketenagakerjaan, karena Kiai Said juga terus mendorong gerakan Islam dari NU yang arahnya ke jalan pembebasan masyarakat dari ketidakadilan ekonomi, ketidakadilan kelas, dan seterusnya," terang perempuan yang pernah penghargaan Ramon Magsaysay Award tahun 2001 dan Reebok Human Rights Award, tahun 2002 ini. (Yus Makmun/Mukafi Niam)