Nasional

Vaksin Sinovac Tiba di Indonesia, Lansia Harus Jadi Prioritas

Sen, 7 Desember 2020 | 06:30 WIB

Vaksin Sinovac Tiba di Indonesia, Lansia Harus Jadi Prioritas

Kedatangan vaksin Sinovac. (Foto: Facebook pribadi Presiden Joko Widodo)

Jakarta, NU Online
Presiden Joko Widodo mengumumkan bahwa pemerintah Indonesia telah menerima 1,2 juta dosis vaksin Sinovac yang telah lolos uji klinis di Bandung, Jawa Barat. Pengumuman ini disampaikan Presiden Jokowi di semua media sosial pribadinya, Ahad (6/12) kemarin. Kabar baik ini disambut gembira oleh masyarakat Indonesia dan menambah harapan baru para pasien Covid-19.


Menanggapi kehadiran vaksin di Indonesia ini, Ahli Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) dr Syahrizal Syarif meminta kepada pemerintah untuk memprioritaskan usia lanjut atau lansia sebagai orang yang dilakukan vaksinasi. Pasalnya, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan bahwa usia 18-59 tahun lah yang akan diprioritaskan. Padahal, katanya, hal ini jelas bertentangan dengan anjuran World Health Organization (WHO) dan Central of Disease Control (CDC).


Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini menambahkan, tepat hari ini Senin (7/12), Inggris melakukan vaksinasi kepada jutaan penduduknya. Pemerintah Inggris memprioritaskan penerima vaksin adalah mereka yang berusia 80 tahun ke atas. Pemerintah dapat mengikuti kebijakan ini dan tidak semaunya sendiri.


“Jadi kebijakan di Indonesia aneh sendiri,” tutur dr Syahrizal kepada NU Online, Senin (7/12) siang.


Dr Syahrizal pun mempertanyakan terkait vaksin yang dibeli Indonesia, apakah jenisnya sama atau berbeda dengan vaksin yang digunakan oleh Inggris. Artinya, jika sama, maka pemerintah dapat melakukan hal serupa dengan Inggris.


“Dalam daftar vaksin di Indonesia termasuk Pfizzer. Apa Indonesia membeli vaksin Pfizzer yang berbeda dengan yang digunakan Inggris?,” ujarnya.


Selanjutnya, dr Syahrizal menegaskan, tujuan pemberian vaksin yang utama adalah menurunkan angka kematian. Sementara risiko tinggi meninggal dunia adalah usia lanjut atau komorbid (ada penyakit penyerta). Namun, mengapa pemerintah Indonesia masih bersikeras bahwa bukan kelompok ini yang menjadi prioritas vaksinasi.


“Sudah jelas kelompok risiko tinggi untuk meninggal adalah Lansia dan komorbid, ada penyakit penyerta. Kenapa malah bukan kelompok ini yg mendapat prioritas vaksin,” tuturnya.


Dia pun mengingatkan bahwa ibu hamil, orang yang sedang sakit berat dan alergi atas bahan vaksin tidak boleh menerima vaksin Covid-19 ini. Dia berharap, pemerintah mempertimbangkan saran dan masukan dari para ahli.


Untuk diketahui, Presiden Joko Widodo sendiri telah mengumumkan bahwa selain saat ini menerima 1,2 juta vaksin, tepat awal Januari 2021 tahun depan, pemerintah mengupayakan 1,8 juta dosis vaksin ada di Indonesia.


Selain dalam bentuk jadi, kata Jokowi, pemerintah akan mendatangkan 15 juta dosis vaksin dalam bentuk bahan baku pada Desember tahun ini. Serta disediakan 30 juta dosis pada bulan Januari 2021.


“Vaksin-vaksin dalam bentuk bahan baku ini akan diproses lebih lanjut oleh Bio Farma selaku BUMN produsen vaksin,” kata Jokowi


Jokowi menambahkan, terkait jadwal vaksinasi di Indonesia, pemerintah membutuhkan tahapan-tahapan yang ketat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Menurut Jokowi, seluruh prosedur ilmiah persiapan vaksinasi akan dilalui pemerintah dengan baik. Semua itu dilakukan semata untuk menjamin kesehatan dan keselamatan masyarakat serta meningkatkan efektivitas vaksin Covid-19 tersebut.


“Pertimbangan ilmiah serta hasil akhir uji klinis akan menentukan kapan vaksinasi Covid-19 dapat dilakukan,” ujarnya.


Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Muhammad Faizin