Nasional

Ziarah Makam Pendiri, Alissa Wahid: Berkat Beliau Kita Bisa Tahu Cara Ber-NU

Jum, 21 Januari 2022 | 07:05 WIB

Ziarah Makam Pendiri, Alissa Wahid: Berkat Beliau Kita Bisa Tahu Cara Ber-NU

Ziarah pendiri NU di Pesantren Tebuireng, Jombang. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online 
Majma Buhuts An-Nahdliyah menziarahi makam pendiri Nahdlatul Ulama (NU) yakni KH Wahab Chasbullah, KH Bisri Syansuri, dan Hadlratussyekh KH Hasyim Asy’ari dengan dua keturunannya yaitu KH Abdul Wahid Hasyim dan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), pada Rabu (19/1/2022). 


Agenda ziarah ke makam para pendiri NU itu dipimpin oleh KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus). Pertemuan itu dihadiri oleh Rais 'Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, Rais Syuriyah PBNU KH Abd A’la Basyir, Katib 'Aam PBNU KH Akhmad Said Asrori, Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin), KH Mu’adz Thohir Kajen, dan KH Mohammad Dian Nafi (Gus Nafi) Al-Muayyad Windan Sukoharjo.


Putri sulung Gus Dur, Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid juga hadir membersamai rombongan tersebut. Ia mengatakan bahwa agenda itu dilakukan sebagai bagian dari wujud rasa syukur atas terselenggaranya Muktamar Ke-34 NU Lampung yang sejuk.
 

Selain itu, dimaksudkan sebagai upaya menghormati para muassis yang menjadi peletak dasar NU sehingga mewarnai kehidupan Nahdliyin dalam berjamaah dan berjamiyah NU. 


“Berkat beliau-beliau yang mendirikan NU, meletakkan dasar ke-NU-an sehingga kita tahu caranya harus ber-NU dan hidup sebagai umat Islam di Indonesia, cara kita berkhidmah, dan menjaga Indonesia melalui NU. Jadi kita kemarin itu mendoakan dan bersyukur diberikan karunia punya masyayikh yang hebat seperti beliau-beliau,” ungkap Alissa, dihubungi NU Online melalui telepon, Kamis (20/1/2022).


“Kita kan ber-NU karena ada yang mendirikan NU, dan mendirikan NU itu dengan prinsip-prinsip dan panduan-panduan yang jelas,” imbuh salah satu ketua PBNU masa khidmah 2022-2027 itu.

 

Baca juga: Rais 'Aam dan Mustasyar PBNU Ziarah ke Masyayikh NU di Jombang


Ia mengutip ungkapan Gus Mus yang selalu mengingatkan bahwa NU merupakan organisasinya para ulama yang memiliki panduan dan prinsip akhlak mulia, sehingga mampu mengayomi serta membimbing umat.


“Kalau panduannya adalah akhlak karimah yang memang menjadi garis, maka dalam mengelola NU atau dalam ber-NU, juga harus beraklakul karimah. Itu yang sering diingatkan oleh Gus Mus. Semoga kita mampu merawat warisan beliau-beliau,” ucap Alissa.


Majma Buhuts An-Nahdliyah adalah forum kajian ke-NU-an yang berada di luar struktural organisasi NU. Forum ini dibuat oleh ulama sepuh untuk menjadi ruang berdiskusi guna membahas berbagai persoalan-persoalan ke-NU-an. 


Sebelum Muktamar Ke-34 NU di Lampung digelar, Majma Buhuts An-Nahdliyah pernah mengadakan pertemuan. Para kiai sepuh yang terdapat di dalam forum ini berikhtiar untuk mempertemukan semua pihak, antara lain KH Miftachul Akhyar, KH Yahya Cholil Staquf, dan KH Said Aqil Siroj. 


Di antara para pendiri forum ini adalah KH Mohammad Ahmad Sahal Mahfudh, KH Maimoen Zubair, KH Dimyati Rois, KH Muadz Thohir, dan Gus Mus. Para ulama kharismatik tersebut telah membuat dan mengembangkan Majma Buhuts An-Nahdliyah. 


Kiai-kiai sepuh di Majma Buhuts An-Nahdliyah itu berkumpul dengan tujuan untuk menyerap aspirasi dari jamaah atau warga NU. Lalu mendiskusikannya dan disampaikan aspirasi tersebut kepada pengurus NU di level struktural. 


Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Syamsul Arifin