KH A Yasin Asmuni, Ulama Pengarang Ratusan Kitab Itu Telah Wafat
Ahad, 10 Januari 2021 | 22:55 WIB
Syaifullah Ibnu Nawawi
Kontributor
Surabaya, NU Online
Innalillahi wainna ilahi rajiun. Kembali dunia pesantren dan Nahdlatul Ulama berduka. Kali ini yang wafat adalah KH A Yasin Asmuni, tepatnya Senin (11/1) bakda Shubuh.
Kepastian wafatnya kiai kelahiran 1963 tersebut beredar luas di media sosial, termasuk grup WhatsApp. "Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Guru saya, motivator saya, KH Yasin Asymuni, Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Pethuk Semen Kediri ‘irtahala ila rafiqil a'la’, kapundut dateng ngersane Allah," demikian bunyi sebaran kabar yang diterima.
Kepastian wafatnya KH A Yasin Asmuni ini disampaikan Ustadz Dafid Fuadi, Ketua Pengurus Cabang Aswaja NU Center Kabupaten Kediri.
KH A Yasin Asmuni merupakan kiai langka. Di usianya yang belum terlalu sepuh telah menghasilkan tidak kurang dari 200 karya tulis yang 95 persen adalah berbahasa Arab.
"Karyanya lintas perspektif dari tafsir hingga fiqh. Dari tasawuf hingga aqidah dan seterusnya. Di antara ciri khas karyanya, singkat, padat, praktis dan mudah dipahami," kata Rijal Mumazziq Z.
Dalam pandangan Ketua Pengurus Cabang (PC) Lembaga Ta’lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU) Kota Surabaya tersebut bahwa kemampuan dalam menulis kitab Kiai Yasin, sapaan akrabnya lahir karena tempaan dari para Masyayikh Lirboyo. Juga lantaran ketelatenannya dalam mengumpulkan referensi lantas mengolahnya menjadi karya otentik.
Almarhum yang juga Wakil Rais Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur ini dikenal sebagai senior dalam kajian bahtsul masail di level Jawa Timur, maupun nasional. Kiai Yasin, sapaan akrabnya punya kemampuan analisis teks yang mumpuni yang disertai dengan ulasan panjang yang sangat memikat.
"Kebiasaan berdiskusi panjang disertai maraji' komplit ini yang membuat kemampuan Kiai Yasin berkembang. Lebih mudahnya mungkin seperti ini, ada masyarakat bertanya, Kiai Yasin memberikan jawaban yang sangat panjang dan komplit, lalu dikembangkan lagi menjadi sebuah kitab," jelas Rektor Inaifas, Kencong, Jember tersebut.
Karya Kiai Yasin di antaranya Tafsir Bismillahirrahmanirrahim, Tafsir Muawwidzatain, Tafsir Al-Ikhlas, dan Tafsir Ayat Kursi, serta Udhiyyah Ahkamuha wa Fadlailuha. Selain banyak karya, Kiai Yasin yang mengasuh Pondok Pesantren Hidayatut Thullab, Pethuk, Semen, Kediri, ini juga mempopulerkan ‘kitab makno Pethuk’.
"Itu adalah jenis kitab kuning, tebal maupun tipis, klasik maupun kontemporer, yang sudah diberi makna gandul, sudah ‘sah-sahan’, penuh terjemahan antar baris atau interlinear translation," ungkap Rijal.
Harga jualnya lebih tinggi dibandingkan dengan kitab kosongan. Dan, sampai saat ini, di beberapa koperasi pondok pesantren, biasanya juga menyediakan Kitab Makno Pethuk ini.
Pesantren dan NU tentu saja sangat kehilangan atas wafatnya Kiai Yasin. Selamat jalan, Kiai.
Pewarta: Ibnu Nawawi
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Pertemuan KH Hasyim Muzadi dengan Komandan Hizbullah Sayyid Hassan Nasrallah
2
Cara Mengingatkan Anak yang Berisik ketika Khutbah Jumat
3
Kirim 20 Santri ke Amerika Serikat, Dirjen Pendis Dorong Pesantren Kejar Kemajuan
4
Imam Masjid Nabawi Madinah Puji Perkembangan Ilmu Keislaman di Pesantren NU
5
Ini Makna dan Filosofi Logo Hari Santri 2024
6
Hari Santri 2024, Ketua PBNU Ingatkan untuk Terus Berjuang Isi Kemerdekaan
Terkini
Lihat Semua