Opini

Angka Cantik Dayah Aceh

NU Online  ·  Rabu, 21 November 2018 | 20:00 WIB

Angka Cantik Dayah Aceh

Foto: jaringanpelajaraceh.com

Oleh Tgk. Muslem Hamdani

Ini angka cantik. Satu titik satu kosong dan satu. Dia yang satu adalah yang esa, meski tidak terlihat, tapi nyata adanya. Sayangnya ini bukan angka untuk membangun tafsir religi. Ini angka sementara, total dayah di Aceh. Jika tidak ada sanggahan sampai 19 November 2018, maka data ini akan dijadikan data tunggal yang dijadikan landasan kebijakan pembinaan dan pengembangan dayah di Aceh. 

Satu Data Dayah ini menarik, apalagi jika angkanya bertahan, 1.101 dayah atau digenapkan dengan total 1.111 dayah. Secara angka saja, ini bisa dijadikan spirit yang menegaskan misi utama dayah di Aceh. 

Kira-kira rumusnya: setiap dayah di Aceh mengemban satu misi utama yaitu melalui pendidikan di dayah, menjadikan kesadaran ketuhanan sebagai dasar menebar rahmatan lil alamin di bumi yang satu. 

Sayangnya, untuk menghadirkan Satu Data Dayah Aceh ini dasarnya bukan tafsir bebas, melainkan fakta di lapangan. Masalahnya, karena belum ada data tunggal maka data dayah sebelumnya sangat mungkin berbeda-beda. 

Dinas Pendidikan Dayah Aceh punya data sendiri. Begitu juga dengan Kantor Wilayah Kementerian Agama, juga punya data sendiri. Bahkan Dinas Pendidikan Dayah di Kabupaten/Kota, juga punya pegangan data sendiri. 

Maka, wajar bila ada yang bertanya, mengapa data saat ini berbeda, dengan sebelumnya? Bukankah dulu, tahun 2016 jumlah dayah di Aceh ada 1.495 dayah. Apa 394 dayah di Aceh sudah pada tutup? 

Begitulah konsekuensinya di ruang publik. Namun, karena Satu Data Dayah Aceh penting sebagai evident based planning, maka mau tidak mau pendekatan Satu Data Dayah di Aceh harus pijakannya objektivitas. 

Artinya, landasan untuk disebut dayah minimal ada ulamanya, ada santrinya, ada bilik atau asramanya, dan ada aktivitas belajar mengajarnya, berdasarkan kurikulum. 

Dengan kata lain, ada syarat primer dan sekunder yang melekat pada lembaga yang disebut dayah. Dari sinilah secara pendekatan data keluar tipe-tipe dayah setelah diukur sesuai interval nilai. 

Jadi, perbedaan jumlah data hasil survei saat ini dan sebelumnya bukan menunjukkan adanya penurunan dayah di Aceh, apalagi tutupnya dayah di berbagai daerah di Aceh. Perbedaan terjadi, lebih karena potensi tumpang tindih data karena masing-masing pihak memiliki database sendiri. 

Jumlah data sementara dayah dengan total 1.101 dayah di seluruh Aceh adalah hasil pemutakhiran data melalui tujuh tahapan, yaitu pengisian kusioner, verifikasi faktual terhadap kusioner, uji kesahihan, rapat koordinasi dengan lembaga terkait dan uji publik melalui media (tabayun/klarifikasi). 

Langkah transparansi ini dilakukan untuk menghasilkan data ril yang dapat dipertanggungjawabkan. Manfaat dari Satu Dayah Aceh adalah dapat meningkatkan kualitas kebijakan pemerintah, meningkatkan akuntabilitas badan publik, peningkatan layanan publik, menghadirkan inovasi dan nilai ekonomi, menghadirkan efisiensi dan efektivitas. 

"Data ibarat kompas, yang memandu pelayaran pembangunan. Bila data salah, maka salah pula perencanaan dan keliru juga kegiatan pembangunan sehingga tidak tepat sasaran, ujungnya adalah visi misi pemerintahan tidak bisa tercapai," sebut Usamah El Mady, Kepala Dinas Pendidikan Dayah Aceh, seraya mengajak pimpinan atau pengurus dayah atau juga publik untuk memberi masukan terkait data sementara 1.101 Dayah di Aceh.