Opini FORUM R20

G20 dan R20: The Wealth of Nations dan The Wealth of Religions

Rab, 2 November 2022 | 09:00 WIB

G20 dan R20: The Wealth of Nations dan The Wealth of Religions

Forum Religion of Twenty (R20) tahun 2022 di Bali. (Foto: NU Online/Fathoni)

Adam Smith menulis buku yang populer disebut The Wealth of Nations (1776). Buku ini berisi tentang penelitian tentang sifat dan sebab kekayaan bangsa-bangsa. Di antara teorinya menyatakan bahwa organisasi keagamaan bergantung pada kekuatan pasar, insentif, dan masalah persaingan sebagaimana sektor ekonomi lainnya. 


Kini pada tahun ini (2022) muncul Forum Religion of Twenty (R20) yang diinisiasi oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf. NU adalah sebuah organisasi keagamaan terbesar di Indonesia bahkan di dunia. NU menurut sebuah survei berada pada tingkat paling besar: dipilih oleh responden sebesar 49,5 persen, sedangkan runner-upnya 4,3 persen.  


Menjadi menarik adalah saat besaran persentase NU tersebut dibandingkan organisasi-organisasi keagamaan lainnya di bawahnya yang dikenal lebih kaya secara ekonomi. Menurut logika linear fenomena NU ini menolak teori Adam Smith di atas. Kalaupun tidak dikatakan menolak, bisa dikatakan memperjelas bahwa pasar, insentif, dan persaingan yang berpengaruh kepada organisasi keagamaan tidak selalu bersifat material.


Sehingga memang selayaknya NU menginisiasi R20. Misi utama R20 adalah mewujudkan kerja sama semua agama dan bangsa di dunia untuk mendorong terciptanya struktur politik dan ekonomi global yang selaras dengan nilai-nilai luhur setiap agama. Secara sederhana, kalau Adam Smith mengagas The Wealth of Nations, maka Gus Yahya mengagas The Wealth of Religions.


G20 dan R20

Melihat waktu lahirnya R20, tampak terilhami adanya Group of Twenty (G20). G20 lebih dulu lahir dibentuk pada tahun 1999, sedangkan R20 lahir pada tahun 2022 ini. Pelaksanannya KTT juga berdekatan waktu dan tempanya. KTT G20 atau Bali Summit The 17th G20 akan dilaksanakan 15-16 November 2022, sedangkan pelaksanaan Forum R20 dilaksanakan pada 2-3 November 2022, juga di Bali.


G20 dibentuk untuk membahas kebijakan-kebijakan dalam rangka mencapai stabilitas keuangan internasional, sedangkan R20 dibentuk untuk mendorong terciptanya struktur politik dan ekonomi global yang selaras dengan nilai-nilai luhur setiap agama.


Ide R20 luar biasa: keuangan yang secara seloroh kadang disebut: “keuangan mengatur segala aktivitas manusia” dan “kekuasaan politik yang menentukan kesejahteraan manusia’ akan diluruskan dengan mengintegrasikan nilai luhur agama. Sebagai sebuah strategi mendekatkan R20 dengan G20 yang sedang dipimpim Indonesia tahun ini adalah seperti menemukan momentun, kalau di dunia akademik disebut Summa Cum Laude. 


Momentum ini juga disambut sangat baik oleh Pemerintah RI dan Ketua. Menurut Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf, pemerintah mendukung penuh inisiasi adanya forum R20 dan Presiden RI juga sudah memastikan bahwa beliau akan hadir memberikan arahan dan membuka secara resmi forum R20 (NU Online, 22 September 2022). 


Momentum ini juga disambut dengan sangat baik oleh Rabithah ‘Alam Islami (Liga Muslim Dunia). Hal ini ditunujukkan dengan R20 ini diketuai secara bersama oleh PBNU dan Liga Muslim Dunia.


R20: Integrasi, Islamisasi, atau Approachment?

Dalam ranah ilmu pengetahuan, perjuangan membawa nilai-nilai Islam berpengaruh lebih luas bagi umat modern adalah memberikan penjelasan atas fenomena sains dan teori-teori sosial yang dikenal dengan Islamisasi ilmu pengetahun. Hal ini dipandang salah oleh Muhammad Arkoun karena hal ini mengakibatkan Islam akan hanya sebatas ideologi.

 

Di antara sebab lain adalah Islamisasi hanya sebatas “kerja kreatif” dari kerja ilmu pengetahun ilmiah, bukan menjadikannya sumber. Hal ini memunculkan ide bahwa islamisasi ilmu pengetahuan harus menyeluruh dari filosofi, paradigma hingga proses pembelajarannya yang menyesuaikan dengan karakteristik keilmuan Islam.


Perjuangan dengan pendekatan lainnya adalah integrasi ilmu dan nilai-nilai Islam yang digagas oleh Seyyed Hosein Nasr pada tahun 1976. Ziauddin Sardar yang menyebutkan bahwa integasi ilmu penting karena dalam konsep integrasi ilmu menekankan bahwa sains dalam peradaban Islam memiliki keunikan yang terletak pada metodologi dan epistemologinya.


Ide dari ilmuwan Indonesia dikemukakan oleh Muhammad Amin Abdullah (2003) dengan mengagas Approachment yaitu gerakan lapang dada menerima perbedaan Islam dan Ilmu pengetahuan dan kemudian saling melengkapi dengan mendialogkannya.


Penulis berasumsi bahwa perjuangan-perjuangan di atas dapat diperkaya dengan pendekatan Tauhid sebagai ontologi, Al-Alamin sebagai epistimologi, dan Rahmatan lil ‘Alamin sebagai axiologinya.

 

Inspirasi ide ini adalah QS. Ibrahim ayat 24, “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,” QS. Al-Fatihah ayat 2, “Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam”, dan QS. Al-Anbiya’ ayat 107 yang ditafsirkan oleh Muhammad Quraish Shihab, “Kami tidak mengutusmu, wahai Nabi, kecuali sebagai perwujudan kasih sayang yang menyeluruh untuk alam semesta.”


Pada gelaran R20 tidak mungkin membawa kesemua atau sebagian pendekatan di atas karena alasan perbedaan agama peserta. Namun hal ini tetap dapat diambil sebagian sebagaimana kaidah fikih yang sangat terkenal مَا لَا يُدْرَكُ كُلُّهُ لَا يُتْرَكُ كُلُّهُ yaitu “Jika tidak didapati seluruhnya, jangan tinggalkan seluruhnya”. 


Momentum R20 yang mengharmonisasi dengan G20 pengambilan keputusan sangat mungkin terkait dengan kaidah fikih تَصَرُّفُ الْأِمَاِم عَلَى الرَّاعِيَّةِ مَنُوْطٌ بِالْمَصْلَحَةِ yaitu “Tindakan atau keputusan pemimpin terhadap rakyat harus terkait dengan kemaslahatan”.


Bagaimana R20 akan berkiprah? Tentu umat manusia sangat menantikannya kemaslahatan apa yang muncul dari forum ini. Apalagi di tengah kekhawatiran resesi. Apakah bisa menghasilkan The Wealth of Religions? Wallahu a’lam


Lukman Ahmad Irfan, Dosen Universitas Islam Indonesia dan alumnus Pondok Pesantren Al-Muhibbin Bahrul Ulum Tambakberas