Opini

Gus Muwafiq dan Deskripsi Kemuliaan Rasulullah

Kam, 5 Desember 2019 | 03:00 WIB

Gus Muwafiq dan Deskripsi Kemuliaan Rasulullah

KH Ahmad Muwafiq atau Gus Muwafiq. (Foto: istimewa)

Oleh Fathoni Ahmad

Jika menggambarkan atau mendeskripsikan kemuliaan Nabi Muhammad SAW dari berbagai sisi, maka umat Islam bahkan umat manusia akan banyak memperoleh teladan yang baik. Basis akhlak dan teladan ini menjadi ruh dakwah Nabi Muhammad selain kejujuran dan karakter kepemimpinannya yang kuat serta kebijaksanaannya sehingga disegani semua golongan. Rasulullah juga dihormati oleh Najasyi, Raja Habasyah yang beragama Nasrani, juga dihormati oleh Raja Romawi Heraclius. Dua kerajaan besar dan masyhur kala itu.

Besarnya pengaruh Rasulullah di dunia juga dijelaskan oleh Michael E. Hart, Sejarawan sekaligus penulis buku tersohor dari Amerika Serikat yang pernah bekerja sebagai guru besar Astronomi dan Fisika di Universitas Maryland, Amerika Serikat. Ia menulis buku The 100. Buku tersebut mendeskripsikan 100 tokoh paling berpengaruh di dunia dan Michael E. Hart menahbiskan Rasulullah di posisi nomor wahid atau nomor satu.

Hart menempatkan Nabi Muhammad sebagai manusia berpengaruh sepanjang sejarah melebihi tokoh lainnya. Lahir dari keluarga sederhana yang jauh dari pusat peradaban, Nabi Muhammad menjadi seorang yang terjaga dan tidak terlibat dalam tindakan penyimpangan sosial yang menjadi kebiasaan masyarakat Arab pada masa jahiliyah. Muhammad menjalani hidup sesuai dengan tuntunan Tuhan. Tidak pernah sekalipun Muhammad berbohong, menipu, berzina, atau mabuk-mabukkan sebagaimana yang dilakukan oleh masyarakat Arab di masa itu.

Pentahbisan Hart terhadap sosok Nabi Muhammad sebagai tokoh paling berpengaruh di dunia identik dengan penegasan ulama muda Nahdlatul Ulama KH Ahmad Muwafiq atau Gus Muwafiq. Penulis buku Islam Rahmatan lil ‘Alamin (2019) ini menjelaskan, Nabi Muhammad diutus untuk semua umat manusia di dunia. Jangkauannya tidak hanya satu suku, satu wilayah, atau satu negara, namun jangkauannya seluruh manusia di seluruh wilayah dan negara di dunia.

Dalam buku yang ditulisnya itu, Gus Muwafiq menerangkan bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi akhir zaman, yang jangkauannya bukan lagi jangkauan negara, baukan jangkauan satu bangsa, tetapi jangkauan Nabi Muhammad untuk menjadi rahmatan lil alamin. Ini perbedaaan Nabi Muhammad  dengan Nabi-Nabi lainnya.

Nabi Adam as menjadi nabi mengurus satu keluarga. Itu saja ribetnya sudah luar biasa merujuk pada peristiwa antara habil dengan qabil. Nabi Nuh menjadi nabi jangkauan satu kaum itu saja ribetnya luar biasa. Nabi Ibrahim satu bangsa, itu saja ribetnya sudah luar biasa. Makanya dibekali oleh Allah mukjizat-mukjizat yang luar biasa.

Nabi Musa mengurus satu negara, negara Mesir itu saja dibekali oleh Allah dengan bekal-bekal yang luar biasa. Punya tangan masuk saku keluar jadi listrik. Punya tongkat dilemparkan bisa jadi naga. Punya tongkat dipukulkan ke laut jadi ‘jalan tol’.

Nabi Daud diutus mengurusi satu negara tapi mempunyai kemampuan yang luar biasa. Tangan masuk tanah, keluar menjadi logam, bisa dijadikan pedang, bisa juga dijadikan baju. Nabi Sulaiman jangkauan satu negara kelebihannya luar biasa. Nabi Sulaiman mampu membangun kota besar dengan menggunakan tenaga jin. Lalu bisa berbicara dengan semut, berbicara dengan burung, bahkan angin pun bisa diajak berbicara.

Nabi Isya as pun demikian, jangkauannya satu negara, satu bangsa sekitar Romawi. Akan tetapi kemampuannya luar biasa. Manusia yang buta dipegang matanya bisa melek kembali, orang mati bahkan bisa dibangunkan.

Gus Muwafiq menyatakan, Nabi Muhammad menjadi Nabi ketika manusia sudah menjadi bangsa-bangsa, menjadi suku-suku dan itu harus dijangkau semuanya. Maka dari situlah Nabi Muhammad dilahirkan di Kota Mekkah. Kenapa Nabi tidak lahir di Bogor, tidak lahir di China, tetapi lahir di Makkah? Karena Makkah adalah guidance, Makkah adalah tempat dimana manusia pertama kali mengenal Allah SWT.

Juga karena di Makkah ada monumen paling tua di muka bumi. Yang Allah sebut, Inna awwala baitin wudhi’a linnasi lalladzi bibakata mubarakan wa huda lil ‘alamin (QS Ali Imran: 96), di situ dibangun bangunan tua, bahkan ada yang mengkaji itu sesungguhnya itu adalah petilasan pertama ketika Nabi Adam turun ke muka bumi. Memberikan tanda di situ agar manusia mempunyai guidance akalau harus kembali kepada Allah.

Makkah adalah kunci di mana manusia harus dikembalikan ke jalan Allah. Itulah kemudian mengapa Rasulullah SAW lahir di Kota Makkah untuk mengembalikan simbol kenabian dari awal sampai akhir sebagai wujud khatamul anbiya’ wal mursalin. Makanya ketika terjadi sengketa dengan agama-agama sebelumnya, maka kemudian Allah mengutus Rasulullah sebagai guidance kenabian, lalu Rasulullah diangkat ke langit. Rasulullah ditunjukkan jejak para pendahulunya.

Keterangan Gus Muwafiq juga berupaya dikontekstualisasikan dengan perkembangan Islam di seluruh dunia dengan corak berbeda-beda, baik model dakwah maupun peradaban yang berusaha dibangun. Ini prinsip Rahmatan lil ‘Alamin yang dibawa oleh Nabi Muhammad.

Di sini masyarakat bisa memahami bahwa prinsip pemahaman Islam yang ingin dibangun Gus Muwafiq ialah spirit Rahmatan lil ‘Alamin berangkat dari teladan Rasulullah. Prinsip ini tidak hanya menjangkau kalangan Muslim, tetapi juga membangun pemahaman bahwa setiap peradaban yang dicipta manusia saling terkait sehingga masyarakat tidak harus bersikap antipati terhadap perbedaan. Bahkan prinsip Rahmatan lil ‘Alamin bisa berangkat dari kondisi asli suatu bangsa.
 

Penulis adalah Nahdliyin kelahiran Brebes, Jawa Tengah