Opini

KMNU dan Tantangan Industri 4.0

Sen, 14 Januari 2019 | 23:50 WIB

Oleh Murdianto An Nawie

Tulisan ini merupakan Catatan Menyambut MUNAS V KMNU di Surabaya. Globalisasi yang hampir tidak lain adalah proses hilangnya batas-batas geografis akibat perkembangan tekhnologi informasi, transportasi dan komunikasi. Namun tidak bias dikatakan bahwa globalisasi adalah kebutuhan alamiah (natural) manusia, atau sebentuk keniscayaan.

Globalisasi bagaimana punhanya akan menguntungkan mereka yang menguasai tiga pilar diatas. Dan dapat dipastikan akibat proses ini adalah proses marginalisasi (peminggiran) individu, komunitas masyarakat atau bahkan suatu bangsa akibat mereka tidak menguasai pilar inti globalisasi.

Kini Globalisasi telah mencapai fase mutakhir yang disebut dengan revolusi 4.0. Selain marginalisasi, muncul ekses negatif globalisasi seperti maraknya radikalisme yang melintas batas negara, masalah kerusakan lingkungan hidup yang sampai pada tahap paling mencemaskan dan persoalan lainnya.

Dalam situasi demikian, warga Nahdlatul Ulama mendapatkan tantangan besar. Revolusi 4.0 membutuhkan sumberdaya manusia yang unggul yang dapat mengolah sumberdaya alam yang terbatas. Sementara sebagian besar NU warganya berlatar pendidikan pesantren.

Secara sosial berasal dari masyarakat pedesaan yang masih lekat dengan nilai dan kearifan lokal, secara ekonomi banyak bergantung dari sumberdaya pertanian, kelautan dan sumber daya alam yang bersifat given, tentu revolusi 4.0 bukanlah semata-mata peluang, namun juga ancaman marginalisasi. Oleh karena itu keberadaan kelas menengah pada warga NU menjadi tempat warga NU melabuhkan harapan akan masa depan warga NU maupun jamiyyah Nahdlatul Ulama. 

Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) adalah salah satu organisasi kekeluargaan (Forum Silaturrahmi) bagi mahasiswa NU yang berdiri di beberapa Perguruan Tinggi dengan sejarah dan latar belakang yang berbeda. Namun, KMNU memilikitujuan yang sama, yakni untuk menghimpun mahasiswa NU di Perguruan Tinggi di Indonesia maupun Luar Negeri untuk bersama-sama menguatkan Islam Ahlussunnah wal Jama'ah.

Arah perjuangan KMNU sejalan dalam arah perjuangan Nahdlatul Ulama, yaitu sosial keagamaan dengan menyinergikan kemampuan IMTAQ dan IPTEK. Beberapa hal penting yang perlu dipikirkan bersama para eksponen anak muda NU yang tergabung dalam KMNU adalah hal-hal sebagai berikut:

Pertama, KMNU harus memperkuat sistem kaderisasi dengan menata ulang konsep (kurikulum dan praktik) kaderisasi, dengan mengadaptasi perkembangan yang terjadi dalam tubuh jamiyyah Nahdlatul Ulama maupun kecenderungan perubahan yang bersifat global, nasional maupun lokal, khususnya perkembangan yang diakibatkan revolusi 4.0.

Kedua, KMNU harus memperkuat penggunaan kemampuan kader dalam penguasaan instrumen revolusi 4.0 baik jaringan internet dan big data, berbagai aplikasi untuk mendapatkan informasi-informasi yang lebih lengkap terkait dengan perkembangan situasi global maupun nasional, agar menjadi pertimbangan dalam perencanaan di bidang internal organisasi (kaderisasi dan kelembagaan) dan bidang eksternal (jaringan dan respon sosial) sebagai bagian dari kerja perjuangan KMNU dan khidmahnya pada jamiyyah dan jamaah NU khususnya, bangsa Indonesia secara umum.

Ketiga, Era revolusi industri 4.0 ini memberikan kemudahan bagi mahasiswa dalam menyusun strategi penyebarluasan pokok-pokok masalah (isu-isu sentral) kepada masyarakat, khususnya yang terkait dengan warga NU sebagai warga jamiyyah maupun sebagai warga bangsa. Dengankemajuanteknologidaninformasitersebut KMNU harus lebihcepat dalam merespon masalah kerakyatan yang muncul pada akar rumput untuk disampaikan pada pengambil keputusan (negara) dan pihak lain yang terkait.

KMNU harus mempertegas keberfihakannya kepada persoalan warga jamiyyah NU dan kaum mustadhafin dengan melakukan kerja-kerja pendampingan kelompok-kelompok masyarakat pinggiran, pesantren-pesantren dan lembaga pendidikan di pedesaan, dan institusi yang paling menyentuh masalah yang dirasakan pada masyarakat ditingkat akar rumput.

Keempat, KMNU harus dapat merebut wacana Keislaman yang beredar di masyarakat, baik secara langsung melalui forum pengajian, seminar ilmih dan penyebarluasan gagasan yang langsung, maupun di dunia maya dan media digital. KMNU harus mampu membawa nilai dasar Keislaman ahlussunnah wal jamaah dalam merespon berbagai masalah kehidupan dengan wacana dan sikap, serta perilaku yang mengedepankan prinsip tawasuth, tasamuh, tawazun dan i’tidal. KMNU harus menjadi kawah candradimuka bagi lahirnya agamawan, intelektual maupun aktivis yang membawa spirit Ahlussunnah wal Jama'ah dalam seluruh bidang kehidupan.

Beberapa agenda diatas dirasa penting untuk memastikan bahwa KMNU akan terus eksis dan dapat ‘berbareng bergerak’ dengan berbagai unsur dalam jamiyyah maupun jamaah Nahldatul Ulama, utamanya dalam menyambut semangat nahdlah ats-tsaniyah (kebangkitan kedua) NU, di usianya yang menjelang satu Abad. Wallahu a’lam bishawab.


Penulis adalah Sekretaris PCNU Ponorogo, dosen tetap Program Pascasarjana INSURI Ponorogo