Masdar F. Mas’udi*
Memasuki bulan suci Ramadhan saya mendapat banyak SMS ucapan tahniah, yang anatara lain berbunyi: selamat menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Insya Allah semua dosa kita diampuni Allah SWT, dan terlahirlah kembali kita sebagai manusia suci.”
Pesan singkat (SMS) itu memang tidak mengarang. Ada landasan hadisnya yang kurang lebih artinya sbb: “Barang siapa menunaikan ibadah puasa Ramadhan dengan iman dan ihtisab, maka diampuni segala dosa yang telah lewat." Hadis ini antara laib diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, alias hadis sahih.
Membaca hadis tersebut terkesan, alangkah dimanja orang-orang yang berpuasa. Alangkah murahnya ampunan Allah SWT. hanya dengan tidak makan-minum di siang hari selama sebulan, seluruh dosa diampuni. Di dalam hadis itu tidak ada batasan (qayid) dosa yang bakal diampuni dengan puasa, alias semua dosa diputihkan.
Maka ada yang bertanya; apakah karena ajaran ampunan dosa yang sederhana itulah, tindakan korupsi di negeri muslim terbesar ini tidak pernah berkurang (?). para koruptor seolah tidak merasa khawatir sedikit pun akan ancaman di akhirat kelak, karena hanya dengan puasa, seluruh dosa dapat dicuci habis.
Rapel Ampunan
Tidak perlu sedikitpun meragukan hadis di atas. Lebih-lebih apabila kita perhatikan maknanya secara seksama. Bahwa yang bakal mendapat rapel ampunan (maghfirah) adalah mereka yang menunaikan puasa dengan penuh iman (imanan) kepada Allah dan penuh perhitungan akan konsekuensi-konsekuensinya sebagai seorang mukmin yang berpuasa (ihtisaban).
Konsekuensi puasa adalah mengimplementasikan nilai-nilai luhur yang diajarkan oleh puasa itu sendiri, yakni: kejujuran, pengendalian diri, dan kesediaan berbagi dengan sesama, terutama yang tidak punya. Ketiga nilai itulah yang harus diaktualisasikan di hari-hari dan di bulan-bulan sesudahnya, sepanjang tahun sampai bulan puasa kembali tiba.
Oleh sebab itu, dalam bahasa yang lebih cool atau lebih kalem Alquran menegaskan sbb: “Wahai orang-orang beriman, telah diwajibkan atas kalian berpuasa seperti telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, kiranya kalian bisa menjadi orang-orang yang bertaqwa” (Al-Baqarah [2]: 183).
Penegasan Alqur’an itu sangat lugas, datar, dan tanpa iming-iming pemutihan dosa. “berpuasalah agar kalian menjadi orang bertaqwa, atau dalam bahasa awamnya menjadi orang baik,orang saleh”. Artinya, sangat boleh jadi bahwa sebagian (besar atau kecil) di antara mereka yang berpuasa nyatanya tetap tidak berubah kelakuannya. Walhasil, berpuasa atau tidak, sama saja.
Maka anggapan dalam hati, hanya dengan puasa (menahan lapar dan dahaga) seseorang secara otomatis akan menjadi manusia suci, adalah satu kesombongan belaka yang justru semakin memperburuk hati dan perilaku yang bersangkutan. Alih-alih dengan puasa menjadi orang baik, malah sebaliknya.
Apakah puasa Ramadhan merupakan cara pengampunan dosa dalam Islam? Kalau baca hadis di atas memang ya. Tapi, mengacu kepada konsep dasar tentang dosa sebagai pelanggaran atau penyangkalan baik, sebenarnya harus dibedakan antara dosa sebagai pelanggaran hak Allah (haqqullah) dan dosa sebagai aksi pelanggaran hak sesama manusia (haqqul adam).
Jika yang dimaksud adalah dosa pelanggaran terhadap hak Allah, puasa Ramadhan memang cara yang ampuh untuk penebusan dosa-dosa tersebut. Hak Allah adalah hal-hal yang diperintahkan Allah kepada manusia semata-mata karena Dia adalah Allah. misalnya, perintah salat, puasa, atau haji. Tapi, apabila dosa yang diamksud adalah akibat pelanggaran hak sesame manusia (al-huquq al-adamiy), puasa Ramadhan pun tidak akan bisa menebusnya.
Dalam hadis Rasullah dikatakan sbb: tahukah kalian siapa si bangkrut sejati (al-muflis)? Para sahabat menjawab, “si bangkrut adalah orang yang htidak punya uang dan tidak punya harta.” Rasullah berkata, “bukan itu. si bangkrut sejati adalah orang yang datang di akhirat kelak dengan puasa pahala puasa, salat, haji, zakat, dan lain-lain. Tapi, dia gemar melakukan kezhaliman terhadap orang lain, denga mencacinya, menyakitinya, dan memakan atau mengkorupsi hartanya.
Maka pahala salat, puasa, haji, dan amal saleh lainya diambil untuk diberikan kepada korban kezalimannya tadi. Jika masih kurang, dosa si korban kezalimannya ditimpahkan kepada orang tadi. Lalu diapun di lempar ke neraka (HR Bukhari).
Subhanalah… bagaimana kal
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Jadilah Manusia yang Menebar Manfaat bagi Sesama
2
PBNU Soroti Bentrok PWI-LS dan FPI: Negara Harus Turun Tangan Jadi Penengah
3
Khutbah Jumat Hari Anak: Didiklah Anak dengan Cinta dan Iman
4
Khutbah Jumat: Ketika Malu Hilang, Perbuatan Dosa Menjadi Biasa
5
Khutbah Jumat: Menjadi Muslim Produktif, Mengelola Waktu Sebagai Amanah
6
Khutbah Jumat: Jadilah Pelopor Terselenggaranya Kebaikan
Terkini
Lihat Semua