Opini

Meneladani Kepemimpinan Bisnis Rasulullah

Sab, 31 Oktober 2020 | 02:00 WIB

Meneladani Kepemimpinan Bisnis Rasulullah

Rasulullah merupakan pribadi pekerja keras, mandiri, dan profesional dalam dunia bisnis.

Oleh Muhammad A Nasir


Seremoni yang melengkapi rangkaian sebulan peringatan kelahiran Rasulullah atau Maulid Nabi semarak di hampir seluruh penjuru negeri, utamanya saat sebelum pandemi. Di kampung-kampung diadakan bermacam rangkaian lomba bernapaskan keislaman seperti qira’ah, shalawatan, pembacaan Maulid Barzanji, dan banyak lagi macamnya. Rangkaian lomba ini biasanya dipuncaki dengan pengajian yang dipenuhi masyarakat kemudian pulang saling membawa berkat.


Di lingkungan pondok, bulan maulid merupakan bulan yang benar-benar mendatangkan berkah. Banyak santri berpindah dari satu mushala atau pondok untuk mengikuti peringatan maulid di lokasi-lokasi berbeda. Berkah dari tausiyah para penceramah didapat, berkat sebagai hidangan makan gratis pun diperoleh. Saat pulang pun kadang masih membawa oleh-oleh makanan dari tempat acara.


Bulan Maulid menjadi bulan yang penting jika ditinjau dari pergerakan ekonomi, utamanya bagi para pegiat bisnis yang bergerak di bidang makanan dan minuman. Bulan maulid merupakan satu dari beberapa bulan peak season dalam setahun, karena akan dipastikan mendatangkan kenaikan omzet dibanding dengan bulan bulan biasa.


Mengiringi peringatan seremonial yang selalu semarak tersebut, tentu selalu ada yang istimewa di perjalanan bulan kelahiran Baginda Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yakni hikmah keteladanan yang bisa diambil. Makna Maulid tak boleh tertutupi atau terlupakan oleh semarak simbol-simbol selama perayaan.


Rasulullah sebagai suri teladan (uswatun hasanah) sudah ditegaskan dalam Al-Qur’an:


لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا 


“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allâh dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allâh” (al-Ahzâb: 33: 21)


Dari segala aspek Rasulullah adalah kiblat bagi umat untuk diteladani. Tak terkecuali terkait kepemimpinan beliau dalam hal bisnis. Rasulullah merupakan panutan berkenaan dengan nilai kepemimpinan bisnis (business leadership values).


Salah satu nilai yang bisa kita cermati dari Rasulullah dalam bidang bisnis adalah jiwa kewirausahaan beliau. Jiwa bisnis ini beliau pupuk mulai dari umur 8 tahun, persisnya saat Rasulullah menempa kemandirian dengan menggembala kambing hingga menginjak usia 12 tahun. Setelahnya Rasululah mulai berdagang bukan hanya lintas daerah tetapi juga merambah ke lintas negara. 


Pada usia 12 tahun, Rasulullah memulai mengikuti perniagaan kafilah sebagai pedagang menuju ke Syiria, hingga hampir 13 tahun lamanya. Saat berumur 25 tahun, beliau sudah melakukan perjalanan dagang luar negeri hingga 18 kali. Mulai dari Lebanon, Yaman, hingga Jorash. Perjalanan bisnis Rasulullah ini yang menghasilkan keuntungan besar, sehingga menjadikan beliau sebagai eksekutif muda tersohor di zamannya.


Sebagai pengelola bisnis yang andal, Rasulullah membangun aliansi strategis (strategic alliance) dalam praktik bisnis. Beliau berpartner dengan Siti Khadijah, seorang investor yang tersohor kaya dan sudah terbukti sukses menjadi investor dengan membiayai serombongan kafilah untuk berdagang ke luar negara dengan mendapatkan imbal hasil yang tinggi (Abdulloh, Rich, dan Laode Masihu Kamaludin, Rasulullah's Business School: 2011).


Siti Khadijah memilih pemuda bernama Muhammad sebagai salah satu partner bisnisnya yang akan mengolah dana investasinya. Di kemudian hari, beliau menikahi Siti Khadijah dengan maskawin berupa 20 ekor unta muda. Pemberian maskawin sebanyak itu hanya bisa dilakukan oleh seorang lelaki yang sudah mapan secara finansial. Rasulullah mendapatkan itu dari bisnis yang dijalankan beliau selama ini.


Yang menarik adalah bagaimana Rasulullah yang lahir secara yatim dan pernah menjadi penggembala kambing ini lantas sangat dipercaya dalam mengelola bisnis dan kemudian menjadi seorang pengusaha muda yang sukses. Modal utama beliau bukanlah uang atau materi, melainkan modal imaterial yang menjadi syarat yang tak kalah penting untuk menjadi sukses dalam bisnis. 


Modal itu adalah kepemimpinan dalam bisnis (business leadership). Kepemimpinan bisnis Rasulullah ada pada level kepercayaan yang sangat tinggi. Level kepercayaan yang tinggi ini didapatkan oleh Rasulullah karena besarnya tekad beliau dalam mengelola dan menjalankan bisnis, serta juga kerendahan hati yang dimiliki. 


Tekad kuat ini beliau bangun dari kondisi di mana beliau terlahir sebagai yatim dan dalam perjalanan menjadi penggembala kambing hingga tidak lama kemudian belajar menjadi saudagar dengan bergabung dengan kafilah yang berdagang hingga ke luar negeri. Dan tak lama kemudian beliau menjadi pemimpin kafilah.


Kerendahan hati terpancar kuat dari dalam kepribadian Rasulullah. Misalnya pada kisah peletakan Hajar Aswad. Saat terjadi perselisihan di masyarakat Arab tentang siapa yang paling berhak untuk meletakkan kembali Hajar Aswad di posisi semula, setelah Ka’bah dibangun kembali karena terserang musibah banjir, Rasulullah mengusulkan, “Siapa pun yang keesokan harinya menjadi orang pertama yang datang di tempat perbaikan, maka dialah yang berhak untuk menempatkan kembali Hajar Aswad di tempat semula.” Usulan ini disepakati oleh para tokoh Quraisy lainnya.


Ternyata, keesokan harinya Rasulullah-lah yang hadir terlebih dahulu. Dengan demikian, sesuai kesepakatan, Rasulullah paling berhak untuk meletakkan Hajar Aswad. Tetapi, apa yang Rasulullah putuskan? Beliau justru membentangkan serbannya dan meminta perwakilan dari tokoh Quraisy lainnya untuk bersama membawa Hajar Aswad tersebut ke tempatnya. (A Khoirul Anam, “Kisah Peletakan Hajar Aswad”: 2012).


Keputusan yang telah diambil Rasulullah dalam kisah peletakan Hajar Aswad itu menunjukkan Rasullah bukanlah pribadi egois. Beliau menunjukkan kerendahan hati dan kedewasaan sikap yang mementingkan kemaslahatan banyak orang.


Tekad kuat dan kerendahan hati itulah yang membentuk kepercayaan tinggi, sehingga Rasulullah sangat dipercaya oleh siapapun yang berbisnis dengan beliau. Baik itu investor, partner kerja, ataupun pelanggan beliau. Ini adalah ciri dan kunci  seorang pemimpin bisnis yang andal dan sangat patut diteladani.


Dalam “Good to Great” (Jim Collins, 2001), yang merupakan salah satu buku acuan business leadership paling populer, Jim Collins melakukan penelitian terhadap perusahaan top dunia yang sukses itu karena dipimpin oleh pemimpin yang dikategorikan sebagai pemimpin atau eksekutif level 5. Pemimpin pada level yang dikategorikan sebagai level tertinggi kepemimpinan bisnis ini memiliki ciri khusus sebagai pemimpin yang memiliki tekad kuat dan kerendahan hati.


Jauh berabad abad sebelum buku ini terbit dan menjadi acuan banyak eksekutif dunia dalam hal kepemimpinan, Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sudah meneladankan terlebih dahulu.

 

Muhammad A Nasir, Gusdurian dan Pegiat Bisnis