Opini Catatan Sumpah Pemuda 28 Oktober

Mengembalikan Citra Pemuda Sebagai "Agen Of Change"

Rab, 24 Oktober 2007 | 12:20 WIB

Oleh : Miftahul A’la

Mencermati perjalanan dan kiprah para pemuda akhir-akhir ini, agaknya tidaklah menyakitkan jika mengatakan, bahwa mereka sudah jauh dari tugas yang seharusnya berada di pundak mereka masing-masing yaitu yang diyakini sebagai agen perubahan (agen of change) yang paling kondusif. Hal tersebut dapat kita saksikan dari semakin merosotnya perjuangan serta peranannya para pemuda dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Padahal kita tahu, sepanjang perjalanan sejarah peradaban bangsa-bangsa di belahan dunia, peranan para pemuda dalam menciptakan tatanan ekonomi-sosial menuju ke arah yang humanistik menempati posisi yang sangat strategis.

<>

Peristiwa runtuhnya Perez Jimenes di Venezuela pada tahun 1958, perlawanan terhadap Diem di Vietnam pada tahun 1963, lengsernya Ayub Khan di negara Pakistan pada 1956, dan gerakan anti penindasan untuk rakyat Chekoslavia pada tahun 1968 merupakan sebagian kecil bukti yang riil dari rekaman sejarah yang membuktikan bahwa memang pada realitasnya peranan para pemuda sangat berpengaruh besar sebagai pembawa perubahan di suatu wilayah.

Begitu pula di negara Indonesia ini. Perkembangan sejarah pembentukan bangsa Indonesia pun juga tidak terlepas dari peran serta perjuangan keras gerakan kaum muda. Para pemuda merupakan mobilisator utama sekaligus pembakar semangat perjuangan untuk melakukan perlawanan habis-habisan pada kolonialisme-imperialisme barat. Sebuah momentum bersejarah yang pada akhirnya membuahkan kemerdekaan bagi kita semua. Demikian juga runtuhnya orde lama, serta tumbangnya orde baru hingga bergulirnya reformasi juga merupakan bukti nyata, semuanya tak lepas campur tangan para pemuda. Betapa keberadaan pemuda bangsa ini menempati posisi yang sangat utama.

Dapat kita saksikan dengan mata telanjang, sejak awal kebangkitan nasional pada tahun 1908 sampai pembentukan orde baru pada pertengahan tahun 1966 para pemuda memegang peranan yang sangat vital, perjuangannya mengambil tempat yang utama dalam perjalanan sejarah Indonesia. Dalam masa-masa yang sangat kritis mereka selalu sigap tanggap dalam mengambil keputusan dan prakarsa untuk mempelopori perjuangan tanpa menunggu perintah dari siapa pun, dan tanpa meminta pamrih sedikit pun.

Pada tanggal 15 Agustus 45 para pemuda mengadakan rapat pertemuan, mendesak Soekarno memproklamsikan kemerdekaan pada hari itu juga. Juga membagi tugas kepada para mahasiwswa untuk merebut kekuasaan dari jepang. Setelah itu pada pukul 22, Wikana dkk menemui Soekarno, tetapi Soekarno menolak dengan alasan menunggu berita resmi menyerahnya Jepang. Para pemuda tidak putus asa dengan penolakan, dan kemudian Wikana membawa soekarno ke kediamannya, di samping itu para mahasiswa menekan agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Kebanyakan dari mereka rata-rata terdiri dari anak yang masih muda-muda. Dengan sangat gagah perkasa dan suara lantang mereka berani untuk mengangkat senjata, serta mempertaruhkan nyawa dalam perang gerilya melawan para penjajahan, demi mendapat kemerdekaan bersama. Meskipun pada awal mulanya kelompok-kelompok seperti yang tergabung dalam komunitas jong java, jong sumatera, jong sunda dan lain sebagainya terbentuk dan tergerak berdasarkan kepentingan lokal semata, namun dalam perkembangannya lokalisme dan regionalisme berkembang menjadi satu kesatuan yang utuh tak terpisahkan sebagaimana yang digambarkan dalam organisasi sosial yang menggunakan nama Pemuda Indonesia. Aktivitas dan semangat juang para pemuda Indonseia itu pada gilirannya menjadi cikal-bakal lahirnya Sumpah Pemuda di kota Jakarta pada tanggal 28 Oktober 1928.

Kami putera dan puteri Indonesia mengaku bertumpah-darah yang satu : tanah Indonesia. Kami putera dan puteri Indonesia mengaku berbangsa yang satu : bangsa Indonesia. Kami putera dan puteri Indonesia menjunjung bahasa yang satu : bahasa Indonesia. Itulah yang menjadi ruh dan jargon terpenting pada hari Sumpah Pemuda tersebut, disamping juga menjadi mobilisator serta pembakar semangat kolektif nasional bagi seluruh masyarakat indonesia, secara bersamaan juga dapat memperkuat solidaritas para pemuda Indonesia untuk membangun kolektivitas sosial sebagai bentuk manifestasi integrasi antar etnik. Semangat nasionalisme generasi muda yang tertuang dalam Sumpah Pemuda itulah yang kelak sanggup merebut kemerdekaan dari jerat kolonialisme-imperialisme dan mampu menyatukan nusantara yang awalnya terdiri dari berbagai kerajaan besar-kecil menjadi satu kesatuan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Namun Ironisnya, sekarang ini para pemuda pada era pasca reformasi dengan perombakan-perombakan kepemimpinan dan perubahan paradigma yang terdapat dalam pemerintahan, ternyata juga menyusutkan semangat juang dan patriotisme pemuda. Generasi muda kali ini mengalami pergeseran serta kemerosotan yang cukup signifikan. Hal ini memang menjadi suatu keniscayaan yang tak bisa dihindari. Sebab, apa yang di terjadi di Indonesia masa lalu dan masa sekarang jauh sangat berbeda, karena tantangan tiap generasi nyaris tidak sama. Kalau dewasa ini semangat pengorbanan para pemuda tidak lagi berkobar dan menggelora, itu dikarenakan kolonialisme telah tergusur dari bumi nusantara. Sehingga generasi muda masa kini sama sekali tidak mampu mewarisi perjuangan pemuda masa lalu.
Pada era penjajah saat itu para pemuda dituntut untuk memegang senjata dan berperang mati-matian. Jika pada pada pemerintaha orde baru kita dihadapkan pada politik tidak etis yang hanya menyulam politik demi mempertahankan status quo, maka di saat yang bersamaan sebagai tanggung jawab pemuda adalah melawan militerisme. Maka pada pada saat ini yang menjadi agenda tepenting bagi para pemuda bangsa bagaimana cara efektif dalam memberantas korupsi di negara indonesia, mengurangi angka kemiskinan, serta memperluas lapangan kerja, agar para pengangguran semakin berkurang.

Melalui Sumpah Pemuda kali ini, sudah saatnya bagi para pemuda berusaha untuk sadar serta introspeksi diri. Apakah yang telah mereka sumbangkan untuk bangsa dan negara yang telah membesarkan serta mencerdaskan mereka. Kini saatnya para pemuda untuk mengalihkan energi menuju pada penggalangan kekuatan gerakan anti korupsi serta memperbaharui kebobrokan yang terjadi di negara Indonesia. Agar negara Indonesia kembali subur dan makmur seperti harapan para founding father kita terdahulu. Dan semoga saja semua harapan serta cita-cita mulia kita itu bisa terlaksana dengan segera dan sempurna.
 
Penulis adalah Pemerhati Masalah Sosial-Politik tinggal di Yogyakarta