Opini

Peran Strategis GP Ansor di Abad yang Berlari

Kam, 27 April 2023 | 15:00 WIB

Peran Strategis GP Ansor di Abad yang Berlari

Gerakan Pemuda Ansor. (Foto: NU Online)

Abad yang berlari. Budawayan Sujiwo Tejo menggambarkan abad saat ini. Semua diminta hadir dengan cepat. Dengan internet, dengan jalan tol, dengan Artificial Intelligence (AI), blockchain, dengan kemajuan-kemajuan yang lain. Di Indonesia, bahkan sebentar lagi akan ada kereta cepat pertama yakni kereta cepat Bandung-Jakarta.


Bagi Gerakan Pemuda (GP) Ansor yang pada 24 April lalu genap berusia 89 tahun, saat ini bukan hanya tentang abad yang berlari, tapi juga tentang tantangan-tantangan di abad kedua Nahdlatul Ulama (NU) yang baru saja diperingati secara besar-besaran pada 7 Februari lalu di Sidoarjo.


Kita tahu, GP Ansor adalah salah satu badan otonom (banom) NU yang mempunyai peran strategis. Dengan tidak mengecilkan peran banom yang lain, GP Ansor yang juga menaungi Banser, mempunyai peran strategis, dalam hemat penulis karena berbagai hal.


Pertama, karena jumlah kader yang begitu besar, yakni kurang lebih 7-10 juta kader GP Ansor. Kedua, organisasi ini bisa dibilang ’jembatan’ dari berbagai kader yang merupakan mantan aktivis di organisasi keislaman. Seperti Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dan sejumlah organisasi kepemudaan yang lain.


Disebut jembatan, karena mayoritas para pengurus pemimpin NU, pernah ‘mengenyam’ menjadi pengurus GP Ansor terlebih dahulu. Ini tampaknya berlaku di semua tingkatan. Sangat jarang, misalnya, alumni aktivis IPNU yang langsung menjadi pengurus Tanfidiyah Nahdlatul Ulama (NU).


GP Ansor bisa dibilang sebagai kawah chandradimuka sebelum para aktivis benar-benar menjadi pemimpin di NU. Maka, tak salah jika berulang kali Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas menyebut bahwa kader GP Ansor adalah kader massa depan NU.


Peran strategis lain adalah sesuai namanya, GP Ansor menaungi para pemuda. Menurut data Bappenas, pada tahun 2030, penduduk produktif Indonesia mencapai 64 persen dari total 297 juta jiwa. Jumlah yang sangat besar ini mafhum disebut sebagai bonus demografi yang akan terjadi di Indonesia.


Bonus demografi ini bisa menjadi peluang ketika semua angkatan kerja kita produktif. Sebaliknya, akan menjadi beban Negara jika angkatan kerja kita menjadi beban alias tidak produktif.


Dengan sistem kaderisasi yang berjenjang dan disiplin, GP Ansor mempunyai peran strategis untuk ikut serta menjadikan anak-anak muda sebagai angkatan kerja yang produktif di era serba digital. Di GP Ansor, kita diajarkan tidak hanya cinta tanah air dan Islam, tapi juga diajarkan menjadi kader militan yang tangguh. Di Ansor, kita tidak boleh mengeluh, apalagi melawan perintah atasan, senyampang perintah atasan itu tidak melanggar aturan Organisasi, Agama dan Negara.


Dengan sikap militansi yang luar biasa, bisa dibilang kader Ansor sudah bisa terhindar dari menjadi kategori Strawberry Generation atau generasi stroberi. Dalam bukunya, Rhenald Kasali menyebutkan bahwa layaknya buah stroberi, generasi ini sangat enak dipandang karena sikap kreatif dan ide yang cemerlang.


Tapi, layaknya sebuah Strawberry, generasi ini mudah sekali layu dan hancur. Ketika mendapatkan tekanan mereka mudah sekali mengeluh dan putus asa. Generasi ini cenderung tidak mau bekerja keras untuk mencapai mimpi-mimpi mereka.


Dalam menangani tim siber di Pengurus Wilayah GP Ansor Jawa Timur, penulis merasakan betul bahwa generasi saat ini benar-benar super kreatif. Bahkan, saya kadang harus mengimbangi sifat kreatif mereka dengan update pengetahuan-pengetahuan baru.


Yang saya syukuri, tim saya ini jauh dari sifat putus asa dan layu sebelum sepenuhnya berkembang. Di bawah bimbingan Ketua PW GP Ansor Jatim Gus Syafiq Syauqi, para tim siber benar-benar tahan banting, loyal dan tidak pernah mengeluh. Setelah saya pelajari lebih lanjut, bisa jadi pengaderan GP Ansor yang ketat dan keras, membuat para insan kreatif ini terhindar dari menjadi generasi stroberi.


Selanjutnya, peran strategis GP Ansor yang lain adalah, saat ini GP Ansor mempunyai Ketua Umum yang juga menteri agama yakni Gus Yaqut Cholil Qoumas. Sangat jarang sebuah organisasi kepemudaan, yang mempunyai Ketua Umum menjabat sebagai menteri.


Posisi strategis Ketua Umum ini juga bisa sebagai sarana menyebarkan nilai-nilai Ansor seperti nilai moderat di dunia pemerintahan kita. Apalagi, posisi beliau adalah Menteri Agama. Kita tahu, Gus Yaqut menekankan agar semua umat selalu menghormati segala bentuk perbedaan. Ini sebagaimana himbauan beliau dengan tegas ketika Muhammadiyah menjalankan idul fitri lebih cepat satu hari dari pemerintah, Gus Yaqut memberi tone dalam setiap statement-nya untuk menghormati perbedaan itu.


Begitu juga dalam kerukunan antar umat beragama, Gus Yaqut selalu menekankan pentingnya menghormati perbedaan. Beliau begitu senang ketika Badan Kerjasama Gereja-Gereja (BKSG) di Kabupaten Purwakarta mengirim surat terima kasih kepada Kementrian Agama karena sudah merawat kondusifitas kerukunan antar umat beragama. "Saya sulit menyembunyikan kebahagiaan saat mendapati jajaran dan staf Kemenag mulai memiliki tone yang sama dalam melayani umat,” demikian komentar atas surat tersebut, sebagaimana beliau unggah di Instagram beliau.


Menghormati perbedaan adalah salah satu nilai-nilai yang ada di GP Ansor, dan dengan menjadi Menteri Agama, nilai-nilai tersebut ditampilkan dengan langgam yang begitu indah oleh Gus Yaqut.


Dengan banyaknya nilai strategis yang dimiliki GP Ansor, tentu saja GP Ansor harus terus mawas diri agar semakin relevan dengan perkembangan zaman. Kita bisa banyak belajar dari runtuhnya peradaban-peradaban, runtuhnya perusahaan-perusahaan besar, dan juga raja-raja besar, karena tidak mampunya pengelola dan para pimpinan di setiap tingkatan menyesuaikan dengan perkembangan zaman.


Sebagaimana seruan Gus Yaqut yang diunggah di media sosial GP Ansor pada 25 April kemarin, sebagai kader kita harus terus belajar tidak lelah mencintai Indonesia. Kita juga harus bersiap dengan peran tanggungjawab yang lebih besar. Digdaya GP Ansor, Digdaya Indonesia. Selamat datang abad kedua NU, selamat datang abad yang berlari.


Mahdi Kherid, Ketua Badan Siber Ansor Jawa Timur