Refleksi Harlah ke 91 GP Ansor: Menyatukan Barisan, Membangun Negeri
NU Online · Kamis, 24 April 2025 | 20:10 WIB
Ajie Najmuddin
Kolomnis
Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) merayakan hari lahir (harlah) ke-91 pada tanggal 24 April 2025 dengan mengusung tema yang sangat relevan dan visioner: "Satu Barisan Membangun Negeri." Tema ini bukan sekadar slogan, melainkan seruan moral dan strategis untuk memperkuat barisan kader dalam menjawab tantangan zaman serta mempertegas peran pemuda dalam membangun Indonesia Emas.
Di usia 91 tahun, GP Ansor bukanlah organisasi pemuda biasa. Ia adalah penjaga tradisi Islam Nusantara, pelindung nilai-nilai kebangsaan, dan agen perubahan sosial yang telah melalui berbagai ujian sejarah, mulai dari perjuangan kemerdekaan, masa-masa kelam ideologi radikal, hingga era globalisasi dan disrupsi digital. Kini, pertanyaannya adalah: ke mana arah langkah GP Ansor selanjutnya?
Akar Sejarah yang Kuat
GP Ansor lahir dari semangat pemuda Nahdlatul Ulama (NU) yang ingin terlibat aktif dalam perjuangan sosial, keagamaan, dan kebangsaan. Didirikan pada 24 April 1934, GP Ansor mewarisi nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) yang moderat, toleran, dan menghargai kearifan lokal. Tak hanya berorientasi pada doktrin keagamaan, GP Ansor hadir sebagai kekuatan sosial yang mampu merespons isu-isu kerakyatan dengan gerakan nyata.
Dalam perjalanannya, Barisan Serbaguna (Banser), sayap semi-militer GP Ansor, menjadi simbol loyalitas, kesiapsiagaan, dan keberanian. Mereka tidak hanya menjaga keamanan dalam berbagai kegiatan keagamaan, tetapi juga menjadi garda depan dalam menjaga toleransi beragama dan integritas bangsa. Banser hadir di garis depan ketika rumah-rumah ibadah minoritas diganggu, saat bencana melanda, atau ketika masyarakat membutuhkan uluran tangan.
Tema "Satu Barisan Membangun Negeri" mengandung makna mendalam. Pertama, ia menegaskan pentingnya soliditas internal organisasi. Dalam era yang ditandai oleh disrupsi informasi dan konflik identitas, GP Ansor dituntut untuk menjaga kesatuan barisan kadernya, baik dalam pemikiran, visi, maupun aksi.
Baca Juga
Sejarah Berdirinya Gerakan Pemuda Ansor
Kedua, tema ini merupakan ajakan untuk menjadikan GP Ansor sebagai lokomotif gerakan pemuda nasional yang progresif. Kader-kader Ansor harus tampil sebagai problem solver, bukan sekadar pengamat. Mereka dituntut untuk hadir di tengah-tengah masyarakat, menawarkan solusi atas problem sosial seperti kemiskinan, intoleransi, pengangguran pemuda, dan ketimpangan akses pendidikan.
Menjawab Tantangan Zaman
Saat ini, tantangan yang dihadapi GP Ansor tidak hanya bersifat fisik seperti zaman kolonial atau Orde Baru. Kini, tantangannya jauh lebih kompleks. Disinformasi, ekstremisme digital, krisis ekologi, dan alienasi generasi muda dari nilai-nilai kebangsaan adalah beberapa problem yang harus dihadapi dengan pendekatan baru. Generasi Z dan milenial, yang menjadi tulang punggung masa depan organisasi, memiliki cara pandang, cara belajar, dan cara berorganisasi yang berbeda.
GP Ansor harus mampu melakukan transformasi digital organisasi, mengadopsi pola kaderisasi yang lebih adaptif, dan menyasar ruang-ruang baru perjuangan seperti teknologi, ekosistem startup, seni budaya, hingga diplomasi sosial lintas negara. Kader Ansor masa kini harus cakap berdakwah di TikTok, sigap di Twitter, dan cerdas di forum-forum kebijakan publik.
Dari Kultural ke Struktural
GP Ansor juga harus melakukan lompatan strategi. Jika selama ini gerakan cenderung berbasis kultural dan sporadis, saatnya bergerak ke arah yang lebih struktural dan terukur. Pendirian Asta Cita Center, penguatan Badan Usaha Milik Ansor (BUMA), serta pembentukan Dewan Kaderisasi Nasional adalah langkah awal yang patut diapresiasi. Namun, langkah ini harus ditopang oleh konsolidasi data kader, peningkatan kapasitas manajerial, serta sinergi yang lebih erat dengan NU dan pemerintah.
Selain itu, GP Ansor juga perlu menjadi mitra kritis dalam kebijakan publik. Bukan berarti menjadi oposisi, tetapi sebagai pengingat bahwa pembangunan harus berpihak pada keadilan sosial. Dalam isu lingkungan, misalnya, GP Ansor bisa menjadi pelopor gerakan hijau berbasis pesantren. Dalam dunia pendidikan, GP Ansor bisa memperkuat gerakan literasi digital dan pendidikan karakter di kalangan santri dan pemuda desa.
Kembali ke Akar: Khidmah dan Keikhlasan
Namun, dalam semua langkah besar dan agenda strategis, GP Ansor tidak boleh melupakan ruh dasarnya: khidmah (pengabdian) dan keikhlasan. Inilah yang membuat organisasi ini tetap bertahan dan dicintai. Ketika organisasi lain saling berebut panggung, Ansor justru hadir di pelosok-pelosok, di tempat orang tidak melihat, di saat orang lain abai.
Kekuatan spiritual inilah yang harus terus dipelihara. Karena ketika organisasi kehilangan nilai dasar, ia mudah terjebak pada pragmatisme dan kehilangan arah perjuangan. Oleh sebab itu, penguatan spiritualitas kader menjadi penting. Pelatihan kader bukan hanya tentang teori dan manajemen organisasi, tetapi juga harus membentuk jiwa sosial, empati, dan komitmen moral untuk berkhidmah tanpa pamrih.
Menuju Satu Abad GP Ansor
Harlah ke-91 ini juga merupakan titik persiapan menuju satu abad GP Ansor di tahun 2034. Dalam rentang waktu sembilan tahun ke depan, organisasi ini harus menyiapkan roadmap jangka panjang yang meliputi konsolidasi ideologi, transformasi digital, perluasan jaringan internasional, serta penguatan kemandirian ekonomi organisasi.
Visi GP Ansor ke depan adalah menjadi organisasi pemuda Islam terbesar di dunia yang mampu menjadi pelopor perdamaian global, penggerak keadilan sosial, dan penjaga kelestarian bumi. Ini bukan ambisi kosong, tapi cita-cita besar yang bisa diraih jika semua kader bersatu dalam satu barisan — satu niat, satu visi, satu tindakan.
Di usia ke-91, GP Ansor telah membuktikan bahwa organisasi ini tidak hanya mampu bertahan, tapi juga berkembang dan menjadi garda terdepan dalam membela bangsa, agama, dan kemanusiaan. Tema "Satu Barisan Membangun Negeri" bukan hanya pernyataan simbolik, tapi harus menjadi arah gerak bersama.
Mari kita jadikan harlah ini sebagai momentum untuk memperkuat soliditas, memperluas jejaring kolaborasi, dan mempertegas peran GP Ansor sebagai pelopor perubahan sosial. Karena hanya dengan menyatukan barisan, kita bisa membangun negeri ini menjadi rumah bersama yang adil, damai, dan berkemajuan.
Selamat Harlah ke-91, Gerakan Pemuda Ansor. Tetap berkhidmah, tetap menjadi cahaya di tengah kegelapan zaman.
Ajie Najmuddin, Wakil Ketua PC GP Ansor Boyolali
Terpopuler
1
Air Irigasi Dipakai Memandikan Babi: Apakah Sawah dan Hasil Panen Jadi Najis?
2
Bill Gates Pilih Indonesia Jadi Lokasi Uji Coba Vaksin TBC, Ketua LK PBNU: Ini Dilema Sekaligus Momentum Introspeksi
3
Rais Aam PBNU Tekankan Pentingnya Dalil dan Tafakkur untuk Menaikkan Derajat Keimanan
4
Cegah Kepadatan dan Jamaah Tersesat, Sektor Bir Ali Siapkan Skema Singgah
5
55 Dapur Sajikan Menu Nusantara untuk Jamaah Haji Indonesia Selama di Makkah
6
Senyum Jamaah Haji Embarkasi Lombok Tiba di Makkah
Terkini
Lihat Semua