Pustaka

Menengok Isi Kitab Adab Al-Alim wal Muta’allim Karya KH Hasyim Asy’ari

Sel, 12 Mei 2020 | 07:00 WIB

Menengok Isi Kitab Adab Al-Alim wal Muta’allim Karya KH Hasyim Asy’ari

Di bagian belakang kitab ini terdapat catatan beberapa ulama Hijaz yang mengajar di Masjidil Haram

Hadratussyekh Muhammad Hasyim Asy’ari, sebagaimana para ulama dan pesantren secara umum, meneruskan tradisi keilmuan yang bercorak multidisipliner. Ia memiliki keahlian dalam banyak (lintas) bidang keilmuan. Dalam tulisan Kiai Hasyim yang telah dikumpulkan oleh Kiai Ishomuddin Hadziq dalam kompilasi yang diberi nama “Irsyadus Syari”, kita akan melihat bahwa Kiai Hasyim berbicara dan memiliki perhatian dalam banyak hal dari kehidupan masyarakat Islam. Beliau memberikan semacam petunjuk atau wejangan mengenai bagaimana kehidupan islami berbasis kerakyatan dilaksanakan. Kiai Hasyim Asy’ari berbicara dalam berbagai topik seperti pendidikan Islam (tarbiyyah Islamiyyah), teologi (aqaid Islamiyyah), kepedulian sosial (syu’un ijtima’iyyah), dan bahkan persatuan nasional (ittihad wathaniyyah).

 

Kitab Adab Al-‘Alim wal Muta’allim (etika orang berilmu dan pencari ilmu) merupakan salah satu dari kitab Kiai Hasyim Asy’ari yang terdapat dalam Irsyadus Syari. Pembahasan dalam kitab ini setidaknya bisa diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) bagian. Bagian pertama membahas tentang keutamaan ilmu, keutamaan belajar, dan mengajarkannya. Bagian kedua membahas tentang etika seorang dalam tahap pencarian ilmu. Bagian ketiga membahas tentang etika seseorang ketika sudah menjadi alim atau dinyatakan lulus dari lembaga pendidikan.

 

Secara lebih terperinci dapat dijelaskan bahwa dalam kitab ini terdapat 8 (delapan) bab atau pembahasan, ditambah dengan satu lagi khutbah kitab (pendahuluan). Bab pertama membahas tentang keutamaan ilmu, keutamaan belajar, dan keutamaan mengajar. Dalam bab ini terdapat satu pasal yang menekankan bahwa keutamaan-keutamaan tersebut dikhususkan kepada para ulama yang benar-benar mengamalkan ilmunya. Bab kedua menjelaskan mengenai 10 (sepuluh) etika seorang murid terhadap dirinya sendiri.

 

Bab ketiga membicarakan tentang 12 (dua belas) etika seorang murid terhadap gurunya. Bab keempat membicarakan tentang 13 (tiga belas) etika yang harus dipegangi seorang murid dalam kaitannya dengan mata pelajaran yang sedang dipelajari. Bab kelima membahas tentang 20 (dua puluh) etika seorang alim (lulus belajar) terhadap dirinya sendiri. Bab keenam adab seorang alim (lulus belajar) dalam kaitannya dengan bidang ilmu yang sudah ia kuasai dan ajarkan. Bab ketujuh membahas tentang etika seorang alim (lulus belajar) dalam kaitannya dengan murid yang dia mengajarnya. Dan bab kedelapan membahas tentang etika seorang alim terhadap buku pelajaran yang diajarkan.

 

Baca:

 

Dari penjelasan di atas, kita melihat bahwa satu bab pertama berkaitan dengan klasifikasi pertama, yaitu pembahasan pertama tentang keutamaan ilmu, belajar, dan mengajar. Bab kedua sampai bab keempat adalah berkaitan dengan klasifikasi kedua yaitu masalah etika seseorang yang sedang dalam kondisi belajar atau mencari ilmu. Sedang sisanya, yaitu bab lima sampai dengan bab kedelapan, masuk dalam klasifikasi yang ketiga yakni etika seseorang yang telah lulus belajar.

 

 

Mencermati isi dari kitab Adab Alim wal Muta’allim akan tampak bagi kita bahwa Kiai Hasyim Asy’ari banyak dipengaruhi oleh pemikiran etika Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali. Pengaruh tersebut kiranya sangat terlihat seperti dalam pernyataan Kiai Hasyim Asy’ari dalam kitab ini: Pertama bahwa ketuamaan ilmu hanya akan didapatkan oleh seorang yang belajar dengan tujuan meraih keridhaan dan kemuliaan di sisi Allah. Dan bukan karena tujuan duniawi (halaman 22). Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan oleh Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumiddin juz pertama.

 

Kedua bahwa seseorang yang sedang dalam kondisi belajar harus sederhana dalam gaya hidupnya yang ditunjukkan dengan makan dan berpakaian sederhana (halaman 25). Hal ini koheren dengan apa yang dikatakan Imam Al-Ghazali dalam kitab Mauidhah Al-Mu’minin yang mengatakan: “Ilmu adalah pengabdian terbaik. Dan adalah baik jika seseorang telah merasa cukup dalam hidupnya hanya dengan mendedikasikan dirinya pada ilmu.” Secara umum, dapat dikatakan bahwa pemikiran pendidikan Kiai Hasyim Asy’ari masih mempertahankan kebudayaan dan ideologi pendidikan Islam yang mengutamakan kecintaan dan kemuliaan ilmu dan sumbernya.

 

Kiai Hasyim mengatakan dalam bab ketiga: “Seyogianya seorang murid memikirkan secara mendalam dan beristikharah terlebih dahulu, kepada sia ia akan mencari lmu (belajar)….” (halaman 29). Kiranya hal ini semakin relevan untuk diterapkan saat ini di era media sosial di mana banyak orang dibingungkan dengan berbagai ajaran agama dan hanya belajar via media sosial, youtube dan sebagainaya.

 

Pengakuan Ulama Ahlussunnah wal Jamaah atas Kitab Ini

 

Tradisi keilmuan Islam di masa dulu (dan kini masih tetap dijalankan di Al-Azhar Mesir) adalah bahwa setiap karya akan diakui sebagai karya yang layak disebarkan untuk khalayak umum ketika sudah mendapatkan semacam pengakuan dari para ulama lainnya. Kitab Al-Muwattha’ Imam Malik adalah contoh yang dapat diajukan dalam hal ini. Kitab Taqrib bahkan telah banyak yang memberikan ulasan (syarah) terhadapnya. Kitab Kifayah Al-Akhyar juga banyak dari kalangan ulama yang mengakui bahwa sistematikanya adalah nafisah (indah sekali).

 

Hal ini juga berlaku bagi kitab Adab al-Alim wal Muta’allim. Di bagian belakang kitab ini terdapat catatan beberapa ulama Hijaz yang mengajar di Masjidil Haram yang dikarenakan kondisi pemberontakan kaum Wahabi maka mereka pindah dan tinggal (nazil) di Jawa (Nusantara). Catatan-catatan itu bahkan berasal ada yang berasal dari kalangan ulama Hanafiyyah. Komentar tersebut yaitu berasal dari (1) Syekh Said Muhammad Al-Yamani; (2) Syekh Abdul Hamid Sunbul Hadidi (Hanafiyyah); (3) Syekh Hasan bin Said Al-Yamani; (4) Syekh Muhammad Ali bin As-Said Al-Yamani.

 

Peresensi adalah R. Ahmad Nur Kholis, Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang

 

Identitas Kitab

Judul : Adab al-Alim wal Muta’allim fi Ma Yajibu ilaihi al-Muta’allim fi Ahwali Ta’limihi wa Ma Yatawaqafu alaihi al-Mu’allim fi Maqamati Ta’limihi.

Penulis : Hadlratus Syekh Hasyim Asy’ari

Tebal : 110 halaman

Penerbit : Maktabah At-Turats Al-Islamy Tebuireng Jombang Jawa Timur

Tahun : 1415 H