Pustaka

Mukhtasar Jiddan, Syarah Jurumiyah Ringkas untuk Pemula

Jum, 31 Maret 2023 | 11:00 WIB

Mukhtasar Jiddan, Syarah Jurumiyah Ringkas untuk Pemula

Ilustrasi: Kitab Mukhtashar Jiddan karya Syekh Ahmad Zaini Dahlan (NU Online - Ahmad Muntaha AM).

“Ta’llamul Arabiyyata fainnahu min dinikum, (belajarlah bahasa Arab karena ia bagian dari agama kalian)”.
 

Para santri pondok pesantren mungkin sudah tidak asing lagi dengan kalimat tersebut. Kalimat motivasi dari Umar bin Khattab ra untuk mempelajari bahasa Arab dan biasa ditemukan di awal kitab-kitab gramatika bahasa Arab, terutama fan nahwu dan sharaf yang menjadi dasar darinya.
 

Ada banyak kitab dasar nahwu dan sharaf yang biasa menjadi bahan ajar dalam lingkungan pesantren. Kitab Mukhtasar Jiddan adalah salah satunya. Kitab karangan Syekh Ahmad Zaini Dahlan ini merupakan kitab syarah (komentar) atas kitab Matan Al-Ajurumiyah karya Muhammad bin Dawud as-Shanhaji. Meski terbilang ringkas sebagai kitab syarah, namun Mukhtasar Jiddan cukup komprehensif dalam menjelaskan isi kandungan Matan Al-Ajurumiyah di dalamnya.

 

Sekilas Profil Syekh Ahmad Zaini Dahlan

Kitab Mukhtasar Jiddan ditulis oleh Syekh Abul Abbas Ahmad bin Sayyid Zaini Dahlan, seorang mufti Syafi’iyah di Makkah Al-Mukarramah yang lahir pada tahun 1232 H. Sebagaimana ulama lainnya, Syekh Ahmad banyak belajar keilmuannya dari guru-gurunya yang tersebar di Makkah, Yaman, Damaskus, Mesir dan lainnya. (Muqaddimah Syarah ‘ala Matnil Ajurumiyah, halaman 3).
 

Syekh Ahmad Zaini Dahlan juga termasuk ulama produktif. Ada banyak karya yang dapat menjadi bukti kealimannya. Karya-karya Syekh Ahmad Zaini Dahlan di antaranya ialah: Sirah Nabawiyah, Tarikh Thabaqatil Ulama, Al-Jadwalul Mardhiyyah fi Tarikhid Daulah Al-Islamiyah, Syarah Alfiyah Ibnu Malik dan juga Syarah Matan Al-Ajurumiyah atau yang dikenal juga dengan kitab Mukhtasar Jiddan. (Ahmad Zaini Dahlan, Mukhtasar Jiddan, [Beirut, Syirkah Darul Masyari, 2014 M], halaman 3).
 

Syekh Ahmad Zaini Dahlan wafat pada tahun 1304 H dalam umur 72 tahun dan dikebumikan di tanah Haram, Makkah. 
 

 

Alasan Penulisan Kitab Mukhtasar Jiddan

Alasan di balik penulisan Kitab Mukhtasar Jiddan ialah keinginan Syekh Ahmad Zaini Dahlan untuk dapat memberi manfaat kepada para pelajar yang hendak mempelajari gramatika bahasa Arab, terutama fan ilmu nahwu. Karenanya di akhir kitab, sebagai penutup Syekh Ahmad Zaini Dahlan memberi sedikit penjelasan terkait harapannya terhadap kitab yang , juga disertai proses penulisan kitab ini.
 

Syekh Ahmad Zaini menjelaskan, ia diberi kemudahan oleh Allah dalam menulis kitab ini. Disebutkan bahwa ia selesai menuliskan kitab ini pada Rabiul Awwal 1291 H di masjid Abdullah bin Abbas, Thaif. 
 

Berikut ini di antara penjelasannya dalam penutup kitab:
 

كتبت ذلك مع زمان يسير فى الطائف عند مسجد سيدنا عبد الله بن عباس رضي الله عنهما, وكان وقت فراغه فى ربيع الأول سنة إحدي وتسعين ومائتين بعد الألف من الهجرة النبوية
 

Artinya: “Aku menulis kitab ini dalam tempo yang singkat di Thaif di dalam masjid Sayyidina Abdullah bin Abbas ra, dan selesai pada Rabiul Awwal tahun 1291 H”. (Ahmad Zaini Dahlan, 140).
 

Selain berharap Allah memberi kemanfaatan kitab ini kepada para pelajar, ia juga berharap Allah menjadikannya murni karena mengharapkan ridha-Nya. Syekh Ahmad Zaini juga berharap bagi siapa saja yang mendapati kesalahan dalam kitab untuk menutupinya dan memperbaikinya setelah mempelajarinya. Karena ia tahu tidak menutup kemungkinan sebuah karya terdapat cacat di dalamnya. 
 

 

Sekilas tentang Mukhtasar Jiddan

Sebagaimana namanya, Mukhtasar Jiddan memiliki arti “ringkasan yang teramat ringkas”. Kitab yang merupakan kitab komentar atau syarah atas Matan Al-Ajurumiyah ini menjelaskan isi kandungan Kitab Al-Ajurumiyah secara ringkas namun cukup komprehensif. 
 

Mukhtasar Jiddan Terdiri dari 23 bab mengikuti bab matannya plus satu penutup dari muallif. Secara garis besar 23 bab itu terbagi menjadi lima pembahasan global meliputi: pembahasan kalam dan i’rab, pembahasan fi’il, marfu’atil asma (isim-isim yang dibaca rafa’), mansubatil asma (isim-isim yang dibaca nashab), dan makhfudhatil asma (isim-isim yang dibaca khafd).
 

Berikut adalah 23 bab dan penutup yang menjadi isi dari kitab Mukhtasar Jiddan:

  1. I’rab.
  2. Fi’il.
  3. Marfu’atil asma.
  4. Fa’il.
  5. Naibul fa’il.
  6. Mubtada khabar. 
  7. Amil-amil yang masuk pada mubtada dan khabar. 
  8. Na’at.
  9. Athaf.
  10. Taukid. 
  11. Badal. 
  12. Mansubatil asma. 
  13. Maf’ul bih. 
  14. Masdar. 
  15. Dharaf zaman dan makan. 
  16. Hal.
  17. Tamyiz. 
  18. Istisna’. 
  19. La. 
  20. Munada.
  21. Maful min ajlih. 
  22. Maf’ul maah. 
  23. Makhfudhatil asma. 
  24. Khatimah (penutup dari muallif).
 

Keunggulan Mukhtasar Jiddan sebagai Syarah

Mukhtasar Jiddan memiliki keunggulan sebagai syarah atas Al-Ajurumiyah. Di antaranya dalam menjelaskan setiap kalimat dari Matan Al-Ajurumiyah, Syekh Ahmad Zaini Dahlan dalam Kitab Mukhtasar Jiddan memuat penjelasan, baik secara definitif perkalimat maupun permisalan yang kadang tidak ditemukan pada matannya.
 

Pada setiap pembahasan, Syekh Ahmad biasanya menggunakan kata يعني yang memiliki arti ‘maksudnya’, ketika mendapati matan yang memerlukan penjelasan, baik yang bersifat definitif, pembagian maupun lainnya; atau menggunakan kata نحو yang artinya ‘contoh’ untuk permisalan, seperti contoh berikut:
 

(الكلام هو اللفظ المركب المفيد بالوضع) يعني أن الكلام عند النحويين هو اللفظ إلى أخره
 

Artinya, “(Kalam merupakan lafal yang murakkab, mufid dengan wadha’). Maksudnya bahwa kalam menurut ulama ahli nahwu ialah lafal ...” (Ahmad Zaini Dahlan, halaman 14).
 

Contoh lainnya:
 

ثم ذكر جملة من حروف الخفض فقال: (وهي: من وإلى) نحو: سرت من البصرة إلى الكوفة
 

Artinya, “Kemudian pengarang menyebutkan sebagian dari huruf-huruf khafd dan berkata: ‘(Huruf khafd ialah min dan ila). Sontohnya sirtu minal Basrah ilal Kuffah (saya bepergian dari Bashrah menuju Kuffah”. (Ahmad Zaini Dahlan, halaman 17).
 

Meski terbilang ringkas, tak jarang pula Syekh Ahmad Zaini dalam kitab ini menggunakan contoh  yang diambil langsung dari Al-Qur’an. Di antaranya ketika Syekh Ahmad mencontohkan fi’il mudhari’ yang bertemuan dengan nun taukid tsaqilah dan khafifah (nun penguat yang bertasydid dan sukun), sebagai pengecualian dari fi’il mudhari’ yang dihukumi mu’rab dengan mengutip surat Yusuf ayat 32. (Ahmad Zaini Dahlan, 26).
 

Syekh Ahmad Zaini juga terkadang mengutip syair Alfiyah dari Ibnu Malik, sebagaimana yang dapat ditemukan pada bab yang menjelaskan isim-isim yang dikhafadkan. (Ahmad Zaini Dahlan, 139). 
 

Dengan demikian, meski sangat ringkas, Kitab Mukhtasar Jiddan sangat memudahkan bagi pemula untuk mempelajari Kitab Al-Ajurumiyah sebagai dasar dalam mempelajari ilmu alat. 
Wallahu a’lam.
 

 

Ustadz Alwi Jamalulel Ubab, Alumni Pesantren KHAS Kempek Cirebon dan Mahasantri Ma'had Aly Saidussidiqiyah Jakarta.