Pustaka

Urgensi Taman Perlindungan Para Malaikat Kecil

Sab, 12 September 2020 | 05:05 WIB

Urgensi Taman Perlindungan Para Malaikat Kecil

Buku Taman Perlindungan Anak Indonesia karya Ai Maryati Sholihah.

Saat ini, kasus kekerasan seksual marak terjadi. Berita-berita terkait kekerasan baik terhadap perempuan dan anak berseliweran di media. Di antaranya dugaan kasus pelecehan seksual yang dilakukan pegawai kedai kopi ternama kepada pelanggannya. Kemudian, ada pula kasus anak di bawah umur di Denpasar yang diperkosa hingga hamil kemudian dinikahkan dengan pemerkosanya, ironisnya setelah melahirkan korban malah diperkosa mertuanya. 


Yang lebih miris lagi, kisah remaja korban pemerkosaan yang dititipkan di rumah aman milik lembaga pemerintah Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan Dan Anak (P2TP2A) Lampung Timur. Korban yang sepatutnya mendapat perlindungan dan pendampingan justru malah kembali mengalami kekerasan seksual oleh oknum UPT P2TP2A.  


Kasus-kasus kekerasan yang menimpa anak ini menjadi salah satu permasalahan yang sepatutnya jadi perhatian bersama. Apalagi, setelah  ditelusuri persoalan anak semakin menggurita dan mendasar serta butuh penyelesaian secara komprehensif.


Terkait hal ini, Pengurus Pusat Fatayat Nahdhatul Ulama (NU) yang juga menjabat sebagai Komisioner KPAI, Ai Maryati Sholihah mencetuskan buku bertajuk Taman Perlindungan Anak Indonesia. Buku dengan ketebalan 171 halaman ini berisi permasalahan anak di Indonesia, dan faktor-faktor yang mempengaruhi serta dampak buruknya terhadap tumbuh kembang anak.  


Tidak hanya sekadar memaparkan masalah, perempuan yang akrab disapa Teh Ai ini juga memberi pilihan-pilihan solusi yang bisa diimplementasikan untuk mengatasi masalah yang ada. Sebagai praktisi lapangan, Teh Ai merefleksikan gagasan-gagasan sebelum dan sesudah menjabat sebagai Komisioner KPAI.


Dalam bukunya dipaparkan tentang bagaimana membangun sistem perlindungan anak di tengah banyaknya tantangan dan ancaman baru yakni kasus kejahatan anak lintas transnasional yang semakin maju dan modern. Dia juga menguliti kekurangan-kekurangan sistem pendidikan yang ada, namun secara detail juga memberikan wacana pengembangan pendidikan yang menciptakan anak yang tidak hanya lulus nilai, tapi juga lulus perilaku.


Sehingga pendidikan diharapkan memiliki standar nasional yang berorientasi pada perlindungan anak dengan visi dan misi pendidikan ramah anak. Hal ini bisa terukur dari mulai standar kompetensi kelulusan, standar isi kurikulum, standar proses, standar tenaga kependidikan, standar sarana prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian yang semuanya harus berorientasi anti kekerasan. 


Tidak hanya sebatas sektor pendidikan, upaya perlindungan anak yang ada dalam buku terbitan Damar Institut ini juga memaparkan berbagai hal menyangkut karakter anak, pola pengasuhan hingga kasus-kasus pernikahan dini, trafficking, psikologi anak, eksploitasi anak hingga eksploitasi seksual pada anak. Dalam 1 buku dibagi tiga bagian yakni bagian Akar Budaya, bagian Pohon Perlindungan serta yang terakhir bagian Daun Kasih Sayang.


Selain menyajikan data-data realitas, buku ini semakin berbobot dengan pemaparan solusi-solusi yang dijabarkan oleh penulis. Sayangnya, klasifikasi tulisan yang tidak runtut dari satu bagian ke bagian lainnya membuat pembaca seakan-akan melompat-lompat antara satu topik ke topik lainnya. Hal ini tentu saja berdampak pada rumitnya mengambil kesimpulan dari keseluruhan isi buku. 


Misalnya saja, pada bagian II sudah dijelaskan panjang lebar tentang beberapa kasus eksploitasi seksual, kemudian di bagian III kembali dibahas lagi terkait masalah ini meski dengan perbedaan kasus lapangan yang diangkat.


Selain itu, banyak pula kesalahan-kesalahan redaksi yang ada di buku. Hal ini langsung terlihat pada sampul depan buku dalam penulisan jabatan Menteri Pemberdayaan Perlindungan Perlindungan (ditulis dua kali) dan Anak 2014-2019. Selain itu masih banyak lagi penulisan kata yang tidak sesuai dengan pedoman Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).


Tentunya, dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada, buku Taman Perlindungan Anak Indonesia ini patut dibaca sebagai bahan acuan melihat kondisi perlindungan anak serta bagaimana upaya mendidik anak secara mandiri baik di rumah maupun di sekolah.


Karena sejatinya, pendidikan anak yang paling mendasar adalah berbasis nilai-nilai kemanusiaan sehingga tercipta sekolah-sekolah ramah anak yang tidak hanya sekadar tempat menuntut ilmu tapi juga wahana bereksplorasi untuk mewujudkan anak Indonesia yang sehat, ceria, berkualitas dan berakhlak mulia. Semoga.


Judul: Taman Perlindungan Anak Indonesia

Penulis: Ai Maryati Sholihah

Penerbit: Damar Institute

Tahun: Cetakan I, 2019

ISBN: 478-602-72997-7-5

Tebal: 171 halaman

Peresensi: Nidhomatum MR