Seni Budaya

Achmad Mushoffa, di Antara Popularitas Sabyan dan Kesetiannya terhadap Habib Syech

Sen, 1 Juli 2019 | 07:30 WIB

Jakarta, NU Online
Ungkapan klasik yang menyatakan, setiap masa ada orangnya dan setiap orang ada masanya sepertinya patut disematkan kepada band beraliran gambus, Sabyan. Sepanjang dua tahun terakhir di bulan Ramadhan, lagu-lagu yang dibawakan Sabyan nyaring terdengar di setiap titik keramaian. Tak hanya di pusat perbelanjaan, lagu-lagu seperti Deen Assalam, Ya Maulana, Ya Habibal Qolbi hingga Ya Asyiqol Mustofa, tak pernah absen masuk daftar lagu yang diputar pihak manajemen hotel maupun cafe.

Kelompok musik gambus yang beranggotakan Khoirunnisa alias Nissa (vokalis),  Ahmad Fairuz alis Ayus (keyboard), Sofwan Yusuf atau Wawan (perkusi), Kamal (darbuka), Tubagus Syaifulloh alias Tebe (biola), dan Anisa Rahman (backing vokal), ini telah menyejajarkan diri di antara deretan nama-nama beken yang sudah lebih dulu terkenal, seperti Via Vallen, Siti Badriah, Anji, band musik Armada atau Noah.  

Media infotainment, TABLOIDBINTANG, pernah merilis lagu-lagu yang sempat viral sepanjang tahun 2018. Deen Assalam yang dibawakan ulang Sabyan bertengger di urutan ke-4 dengan 185 juta penonton, satu trip di atas Meraih Bintang - Via Vallen yang mendapat pengunjung 114 juta. Lebih dari itu, "Deen Assalam" tercatat sebagai lagu kedua terbanyak yang dicari melalui mesin pencarian Google Indonesia di tahun 2018. 

Lagu Deen Assalam pada mulanya dibawakan penyanyi asal Uni Emirat Arab, Sulaeman Al Mughny. Namun berkat suara lirihnya Nissa, serta penyegaran pada aransemen musiknya, lagu ini langsung melejit dalam waktu tak lama, kemudian menjadi viral dengan meraup jutaan views di YouTube.  Sampai saat ini, setidaknya dari mulai diunggah pada Mei 2018, video musik Deen Assalam versi Sabyan telah ditonton sebanyak 236 juta kali.  

Selain Deen Assalam, peraih penghargaan Anugerah Musik Indonesia 2018 kategori Karya Produksi Lagu Spiritual Islami Terbaik, ini juga punya beberapa lagu lain yang viral. Seperti Habibal Qalbi, yang telah dilihat lebih dari 305 juta kali di YouTube, juga lagu Ya Maulana berhasil menorehkan angka 262 juta views. Persepsi publik yang selama ini menilai lagu-lagu beraroma islami hanya bertahan di musim Ramadhan, telah gugur berkat kehadiran Sabyan.  
     
  
Mendayung Popularitas Sabyan dan Habib Syech

Di antara deretan lagu yang dibawakan oleh Sabyan, ada satu lagu yang juga ngehit di kancah musik Indonesia.  Lagu Ya Asyiqol Mustofa yang dirilis di YouTube pada bulan April 2018 telah meraup penonton hingga di atas 210 juta.    

Banyak yang menduga bahwa lirik shalawat Ya Asyiqol Mustofa ditulis musisi asal Timur Tengah. Padahal, lagu yang menggambarkan tentang para perindu Nabi ini ditulis pemuda asal Kudus, Jawa Tengah, bernama Achmad Mushoffa.  

Bagi masyarakat sekitaran Kudus, nama Achmad Mushoffa sudah tidak asing lagi di pendengaran pencinta shalawat.  Selain menciptakan puluhan lagu pujian kepada Nabi, pemilik suara merdu ini telah lama bergabung di grub hadrah Al-Mubarok sebagai vokalis. 


(Achmad Mushoffa. Foto: pribadi)

Kepada NU Online, Shofa, begitu biasa disapa, mengisahkan awal mula ketertarikannya kepada musik-musik islami.  Ia mengaku sejak kecil lingkungan keluarga telah mengenalkan sekaligus membentuk pribadinya mencintai sholawat.

"Di rumah, sering  memutar lagu shalawatan, ayah dan ibu saya suka lagu-lagu shalawat,"  kata Shofa, di kediamannya, Demangan, Kudus, Sabtu, (29/6).

Karir musisi Shofa  dimulai  saat bergabung dengan grup shalawat di kampungnya. Hingga kemudian, ketika duduk di bangku kelas 6 Madrasah Ibtidaiyah (setingkat SD) tahun 1999, ia diajak bergabung grup hadrah Al-Mubarok, di bawah lembaga pendidikan Madrasah Qudsiyyah.

"Anggota Al-Mubarok ini kan laki-laki semua, saya yang masih kecil saat itu, diambil untuk mengganti suara perempuan, menjadi backing vokal," jelasnya.

Sejak itu, Shofa mulai terbiasa tampil di depan umum melantunkan shalawat di berbagai acara. Tak hanya di forum pengajian, melainkan juga sering dapat undangan upacara pernikahan hingga walimatul khitan

Pada tahun 2005, setelah beberapa kali grub hadrahnya melakukan regenerasi, Shofa akhirnya ditunjuk sebagai vokalis utama. Menurutnya, dalam setiap angkatan Grup Al-Mubarok dituntut melahirkan album baru.

"Saya bersama teman-teman seangkatan saat itu,  bekerja keras untuk bisa membuat album," kenangnya.

Berkat usaha yang gigih, album shalawat yang berisikan tujuh lagu itu selesai digarap dengan baik.  Di antaranya, Ya Assiqal Musthafa, Sholatun Bissalamil Mubin, Ya  Rasulullah ya Man, dan Ya Laitani.

Lagu-lagu ciptaan Shofa kemudian direkam menggunakan kaset pita. "Untuk lagu shalawat, satu kaset pita biasanya cukup dengan maksimal enam sampai tujuh lagu," jelasnya.

Album dalam bentuk kaset audio itu dipasarkan di wilayah Kudus. Selain pemasarannya menggunakan jaringan alumni Madrasah Qudsiyyah yang tersebar di Jepara, Demak, dan Pati. Tak disangkanya, album religi itu juga diminati oleh para peziarah Sunan Kudus. 

"Mungkin dari sini, banyak yang suka, dan beberapa judul di album tersebut dilantunkan beberapa grup hadrah di berbagai daerah, terutama marak di Jawa Timur," jelas pria kelahiran 8 Oktober 1986 ini.

Salah satu lagu berjudul Sholatun Bissalamil Mubin, mulai dikenal masyarakat luas ketika pada tahun 2010, Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf, yang telah memiliki ribuan jamaah sering membawakan lagu tersebut di setiap momen shalawatan.

Shofa menceritakan perkenalannya dengan Habib Syech terjadi antara tahun 2001-2002. Habib Syech yang berasal dari Solo ini tak jarang menggelar shalawatan di Kota Kretek. 

"Dulu jamaahnya masih sedikit, belum ada yang mengenal, paling banyak jamaah yang hadir sekitar 300 orang," terangnya.

Habib Syech kemudian memilki ide untuk menggabungkan grup-grup hadrah di Kudus menjadi satu, dan diberi nama Ahbaabul Musthofa. Dengan bakat alami yang dimilikinya, Habib Syech kemudian menarik Shofa menjadi backing vokal utama.

"Ya saya tahu semua daerah di Indonesia, hingga keluar negeri, berkah shalawat bersama Habib Syech," tegasnya.

Pada tahun 2011, Shofa menerima telepon dari tim manajemen Haddad Alwi. Komunikasi itu berlangsung dengan pokok pembahasan mengenai perjanjian royalti untuk lagu Sholatun Bissalamil Mubin. Musisi kelahiran Banjarnegara, 13 Maret 1966 itu tertarik untuk memasukkan lagu tersebut dalam album Cinta Rosul.

"Itupun setelah mendapat izin dari Habib Syech, andai kata saat itu Habib Syech sebagai guru saya melarang untuk mendapat royalti, ya saya tidak akan teken," jelasnya.

Tak hanya Habib Syech dan Haddad Alwi, di tahun 2012, grup band Vertizone dari Yogyakarta juga mencover lagu ciptaan Shofa dengan judul yang sama. Menurut Shofa, lagu tersebut dibawakan dengan sangat baik, dan bisa diterima secara luas.

Puncak popularitas karya Shofa terjadi ketika lagu Ya Asyiqal Musthafa dibawakan ulang Sabyan. Untuk pertama kalinya ia bertemu personil Sabyan pada tahun 2018 saat manggung di Kudus. 

Beberapa waktu setelah pertemuan di bulan November 2018, pada pertengahan tahun 2019, tim manajemen Sabyan menyodorkan kontrak royalti pada setiap lagu yang  dibawakan, termasuk penandatanganan pemakaian lagu Ya Asyiqal di film Menjemput Mimpi yang sudah tayang sejak 27 Juni kemarin. 

"Saya akan terus mengajak siapapun untuk bershalawat, terutama para generasi milenial, karena dengan shalawat hidup kita akan nikmat dan selamat," pungkasnya. (Abraham Eboy/Zunus Muhammad)