Tokoh

Biografi Ibnu Katsir: Penulis Kitab Populer Tafsirul Quranil Azhim

Sel, 2 April 2024 | 21:45 WIB

Biografi Ibnu Katsir: Penulis Kitab Populer Tafsirul Quranil Azhim

Ibnu Katsir penulis kitab bopuler Tafsirul Quranil Azhim. (madina365.com)

Salah satu ulama yang tidak asing bagi para pegiat ilmu tafsir adalah Imam Ibnu Katsir. Ya, Ibnu Katsir merupakan salah satu ulama ahli tafsir yang sangat tersohor namanya. Ia merupakan salah satu ulama yang memiliki peran sangat penting di balik tersebarnya ilmu tafsir-tafsir Al-Quran hingga saat ini.
 

Pendapat dan gagasannya dalam tafsir Al-Quran mampu memberikan corak dan cara pandang yang mudah dan gampang untuk dipahami, sehingga siapa saja yang membaca tafsir karyanya akan mudah mengerti terhadap isi dan kandungan Al-Quran.
 

Nama Lengkap dan Kelahiran

Sebagaimana disebutkan dalam kitab ‘Umdatut Tafsir ‘anil Hafiz Ibni Katsir, ia bernama lengkap Imaduddin Abul Fida’ Ismail bin Umar bin Katsir bin Dau’ bin Katsir Al-Qursyi Ad-Dimisyqi As-Syafi’. Ia lahir pada tahun 701 Hijriah (ada juga yang mengatakan lahir pada tahun 700 H) di sebuah desa bernama Majdal, Suriah bagian selatan. Ibnu Katsir wafat pada bulan Sya’ban 774 H.
 

Masa Kecil

Ibnu Katsir kecil tumbuh sebagai sosok seorang anak yang memiliki nasib kurang beruntung dalam hidupnya. Ia tumbuh sebagai anak yatim, karena ayahnya, Syekh Al-Khatib Syihabuddin Abu Hafs bin Katsir wafat pada tahun 703 H, tepatnya ketika usia Ibnu Katsir menginjak dua tahun. Kemudian ia hidup bersama dengan ibu dan saudara-saudaranya.
 

Ayahnya merupakan seorang ulama ahli khutbah dan ahli fiqih pada masanya. Ia merupakan rujukan banyak orang ketika ada suatu problematika dalam hal-hal yang berkaitan dengan agama. Hanya saja, Ibnu Katsir kecil gagal mendapatkan didikan dan bimbingan dari sang ayah karena ia harus menghadap kepada Allah swt ketika usia putranya masih dua tahun. 
 

Kendati tumbuh sebagai sosok anak yatim, semangat dan kegigihannya untuk menjadi ahli ilmu tidak hilang. Wafatnya sang ayah tidak menjadi penghalang dan hambatan bagi Ibnu Katsir untuk terus semangat dalam menuntut ilmu pengetahuan. Tidak adanya suport dan semangat dari seorang ayah tak menjadi pencegah baginya untuk tumbuh sebagai sosok yang berilmu. 
 

Rihlah Intelektual

Sebagaimana telah disebutkan, Ibnu Katsir tumbuh di lingkungan keluarga yang agamis. Ayahnya seorang ulama dan ibunya merupakan wanita ahli ibadah yang sangat taat. Tidak hanya itu, ia juga memiliki sejumlah paman dari jalur ibu yang alim-alim, sehingga pendidikan awal yang ia tempuh adalah belajar langsung kepada pamannya.
 

Belajar kepada para paman yang alim, menjadikan Ibnu Katsir memahami banyak hal tentang ilmu pengetahuan. Ia tidak hanya paham satu term diskursus keilmuan saja, namun bisa menguasai dan mendalami banyak ilmu. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Ahmad Muhammad Syakir dalam kitab 'Umdatut Tafsir:
 

اِشْتَغَلَ بِالْعِلْمِ عِنْدَ أَخْوَالِهِ بَنِي عُقْبَة بِبَصْرَى، فَقَرَأَ الْبِدَايَةَ فِي مَذْهَبِ أَبِي حَنِيْفَةَ وَحَفِظَ جُمَلَ الزَّجَّاجِي وَعَنَى بِالنَّحْوِ وَالْعَرَبِيَّةِ وَاللُّغَةِ وَحَفِظَ أَشْعَارَ الْعَرَبِ
 

Artinya, “(Ibnu Katsir) menekuni ilmu pengetahuan kepada para pamannya, Bani Uqbah di Bashrah. Kemudian ia belajar kitab Al-Bidayah dalam mazhab Imam Abu Hanifah, hafal kitab Jumal (ilmu nahwu) karya Imam Az-Zajjaj, juga mendalami ilmu nahwu, bahasa Arab, dan bahasa lainnya. Ia juga menghafal syair-syair Arab.” (Ahmad Muhammad Syakir, 'Umdatut Tafsir ‘anil Hafiz Ibni Katsir, [Maktabah Darul Wafa], halaman 23).
 

Selain beberapa kitab di atas, di tempat tersebut Ibnu Katsir juga sangat giat membaca dan menghafal Al-Quran. Ia menyelesaikan hafalan Al-Quran ketika memasuki usia 11 tahun. Ia tidak hanya hafal, namun juga tahu terhadap semua bacaan-bacaan Al-Quran dengan mengikuti mazhab-mazhab ulama ahli qira’ah.
 

Setelah Ibnu Katsir berhasil mendapatkan banyak cabang ilmu syariat dari pamannya, ia melanjutkan studi keilmuannya menuju kota Bashrah bagian timur. Di tempat tersebut ia mendalami ilmu fiqih mazhab Syafi’i kepada salah seorang ulama tersohor dalam kalangan mazhab Syafi’iyah, yaitu Imam An-Nawawi. Ia juga berguru kepada Imam Taqiyuddin Al-Fazari, Imam Burhanuddin Al-Fazari, dan Imam Kamaluddin ibnu Qadhi Syuhbah.

Di bawah bimbingan ulama tersohor tersebut, Ibnu Katsir berhasil mendapatkan banyak asupan ilmu keagamaan, bahkan berhasil menghafal kitab At-Tanbih karya Imam As-Syirazi. Hal ini sebagaimana dikatakan:
 

تَفَقَّهَ عَلىَ الشَّيْخَيْنِ: بُرْهَانِ الدِّيْنِ الْفَزَارِي وَكَمَالِ الدِّيْنِ ابْنِ قَاضِي شُهْبَة، وَحَفِظَ التَّنْبِيْهَ لِلشِّيْرَازِي فِي فُرُوْعِ الشَّافِعِيَّةِ وَمُخْتَصَرِ ابْنِ الْحَاجِبِ
 

Artinya, “(Ibnu Katsir) mendalami ilmu fiqih kepada dua guru, yaitu: Imam Burhanuddin Al-Fazari dan Kamaluddin ibnu Qadhi Syuhbah. Ia berhasil menghafal kitab At-Tanbih karangan Imam As-Syirazi, yang menjelaskan tentang cabang-cabang fiqih mazhab Syafi’iyah. Ia juga menghafal kitab Mukhtashar karangan Imam Ibnul Hajib.” (Ibnu Katsir, Muqaddimah Qashashul Anbiya’, [Darul Qalam], halaman 9).
 

Selain kepada beberapa ulama tersohor di atas, Ibnu Katsir juga berguru kepada ulama-ulama ternama lainnya. Di antaranya Imam Al-Hafiz Abul Hajjaj Al-Mazzi, Imam Ibnu Taimiyah, Imam Najmuddin Al-'Asqalani, Imam Abul Qasim Al-Azdari, Syamsuddin An-Nabilusi, Dhiyauddin An-Nahwi, Bahauddin Ibnu 'Asakir Ad-Dimisyqi, dan ulama-ulama ternama lainnya pada masanya.
 

Setelah rihlah panjang, akhirnya Ibnu Katsir berhasil mendapatkan banyak ilmu pengetahuan. Tidak hanya satu diskursus keilmuan saja, namun juga berhasil memahami banyak cabang ilmu agama. Karenanya, tidak heran jika para ulama di masa itu sangat segan dan hormat kepadanya. Hal itu tidak lain karena keluasan dan kedalaman ilmu yang ada pada dirinya.|
 

Karya-karya Ibnu Katsir

Ibnu Katsir merupakan ulama yang sangat produktif. Banyak karya yang telah ia tulis dan terus dibaca hingga saat ini. Yang paling populer adalah kitab Tafsir Al-Qur’anil Azhim, atau juga masyhur dengan nama Tafsir Ibnu Katsir. Berikut ini beberapa karya-karyanya:

  1. Tafsir Al-Qur’anil Azhim.
  2. Al-Ijtihad fi Thalabil Jihad.
  3. .Ahkamut Tanbih.
  4. .Al-Ahkamus Sughra fil Hadits.
  5. .Ikhtisharu 'Ulumil Hadits.
  6. Al-Bidayah wan Nihayah.
  7. At-Takmil fi Ma’rifatits Tsiqqat.
  8. Jami’ul Masanid.
  9. Thabaqatus Syafi’iyah.
  10. Thabaqatul 'Ulama; dan kitab-kitab lainnya.
 

Apresiasi Ulama

Menurut Imam As-Suyuthi dalam kitabnya Thabaqatul Huffazh, kealiman dan kesalehan sosok Imam Ibnu Katsir telah diakui para ulama baik di zamannya mau pun ulama sesudahnya. Imam Ad-Dzahabi mengatakan, Ibnu Katsir ialah seorang mufti (ahli fatwa), muhaddits (ahli hadits), ahli fiqih, ahli tafsir.
 

Imam Ibnu Hajar Al-'Asqalani mengatakan bahwa Ibnu Katsir adalah seorang yang disibukkan dengan hadits, menelaah matan-matan dan perawinya. Ingatan Ibnu Katsir sangat kuat, pandai membahas, kehidupannya dipenuhi dengan menulis kitab, dan setelah wafat manusia masih dapat mengambil manfaat yang sangat banyak dari karya-karya tulisnya.
 

Salah seorang muridnya, Syihabuddin bin Hajji mengatakan,:
 

“Beliau adalah orang yang paling kuat hafalannya tentang matan hadits yang pernah aku temui, dan paling mengetahui cacat hadits serta keadaan para perawinya. Para sahabat (teman Ibnu Katsir) dan gurunya pun mengakui hal tersebut. Ketika bersamanya, aku selalu mendapat manfaat (kebaikan) darinya.”
 

Demikian biografi singkat dan sejarah rihlah keilmuan Imam Ibnu Katsir mulai dari kecil hingga menjadi ulama tersohor yang disegani oleh para ulama pada masanya. Wallahu a’lam bisshawab.
 

Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur.