Warta JELANG KONGRES PMII

5 Kandidat Ketua Umum Adu Visi-Misi

Rab, 12 Maret 2008 | 10:55 WIB

Jakarta, NU Online
Lima hari lagi Kongres Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) digelar di Batam, Kepulauan Riau, 17-21 Maret mendatang. Suasana persaingan memperebutkan pengaruh pun mulai terasa.

Sebanyak 5 kandidat ketua umum melakukan debat dan mengadu visi-misi masing-masing tentang masa depan PMII, di Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Rabu (12/3). Mereka, antara lain, Moh. Hasanuddin Wahid, Muhammad Rodli Kaelani, Wardi Taufiq, Isfah Abdul Aziz dan Abdul Hakam Aqsho.<>

Dalam acara yang difasilitasi Pengurus Cabang PMII Jakarta Pusat itu dan dibuka Ketua PBNU Ahmad Bagdja itu, mengemuka satu wacana tentang upaya perbaikan pada proses pengkaderan. Mereka menilai, pengkaderan yang terjadi saat ini kurang maksimal, terutama pada upaya peningkatan dan pengembangan kemampuan atau keahlian kader.

“Kalau mencari kader PMII yang aktif di politik, banyak. Ada yang jadi bupati, walikota, gubernur atau anggota DPR. Tapi, mencari kader yang ahli teknologi, yang jadi pengusaha, yang ahli pertambangan, dan sebagainya, sangat susah,” terang Moh. Hasanuddin Wahid, kandidat yang dijagokan PC PMII Kota Malang, Jawa Timur.

Selain itu, kata Hasan, perlu diupayakan untuk menyesuaikan dan menyelaraskan gerakan PMII, yakni gerakan ‘jalanan’ dan gerakan pemikiran. “Sehingga, PMII tidak saja kritis terhadap keadaan, tetapi juga dapat mengubah keadaan itu sendiri,” pungkasnya.

Hal senada diungkapkan Muhammad Rodli Kaelani. Kandidat yang diusung PC PMII Manado, Sulawesi Utara, itu, mengungkapkan, saat ini PMII memerlukan strategi untuk menyambungkan nalar baca, nalar pikir dan nalar gerak kader. Menurutnya, hal itu penting dalam upaya menyesuaikan gerakan PMII dengan persoalan nyata yang dihadapi bangsa saat ini.

Abdul Hakam Aqsho, kandidat yang dijagokan PC PMII Purwokerto, Jawa Tengah, itu, mengungkapkan, PMII perlu memfasilitasi dalam pengembangan kemampuan dan keahlian kadernya di masing-masing bidang.

“Ada kader yang berminat di bidang politik, di bidang ekonomi, teknologi, dan sebagainya, PMII harus memfasilitasi. Tapi, semua kemampuan dan keahlian itu juga harus diimbangi dengan keahlian mengelola dan menata organisasi, atau keahlian organisatoris,” terang Hakam.

Sedikit berbeda dengan ketiganya, Isfah Abdul Aziz menjelaskan, keberadaan PMII tidak bisa dilepaskan dari NU meski telah menyatakan mandiri pada 1971. Karena itu, katanya, PMII harus menjadi bagian dari keluarga besar dan ideologi besar NU: Islam rahmatan lil alamni (Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam).


“PMII bukan milik partai politik mana pun dan tidak akan pernah menjadi bagi dari partai politik mana pun. Inilah makna dari independensi PMII itu,” jelas Aziz yang diusung PC PMII DI Yogyakarta itu.

Sebelumnya, disebutkan terdapat 8 nama yang masuk dalam bursa kandidat. Selain ke-5 nama tersebut, muncul pula nama Hendro yang dijagokan PC PMII Jember, Jatim. Lalu, ada nama Rouf Qusyairi dan Hadi ”Ade” Musa Said. Keduanya diusung PC PMII Jombang, Jatim. (rif)