Warta

Ambil Risiko Terkecil, PBNU Minta Lumpur Lapindo Dibuang ke Laut

NU Online  ·  Selasa, 5 September 2006 | 13:04 WIB

Jakarta, NU Online
Kelambanan sikap pemerintah dalam penanganan bencana Lumpur Lapindo, di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, semakin membuat geregetan banyak pihak, tak terkecuali Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Pimpinan tertinggi organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia ini menuntut ketegasan sikap pemerintah untuk mengambil langkah yang berisiko kecil, yakni segera membuang lumpur berbahaya tersebut ke laut.

“Perlu ketegasan pemerintah. Kita memang tidak bisa mengambil tindakan yang tanpa resiko. Jadi, kita harus ambil langkah yang risikonya terkecil. Risiko yang terkecil, lumpur Lapindo harus dialirkan ke laut lewat Kali Porong,” kata Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi kepada NU Online usai bersilaturrahim dengan para petinggi Pimpinan Pusat (PP) Lembaga Dakwah (LD) NU di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Selasa (5/9).

<>

Menurut Hasyim, demikian panggilan akrab Pengasuh Pondok Pesantren Al Hikam, Malang, Jawa Timur ini, menyatakan, ketegasan sikap pemerintah itu penting mengingat bahaya yang lebih besar di depan mata sudah mengintai masyarakat sekitar. Apalagi sebentar lagi musim hujan akan segera tiba.

Oleh karenanya, Hasyim mendesak kepada pemerintah untuk sesegera mungkin mengambil pilihan terbaik dari yang terburuk, yakni mengalirkan lumpur tersebut ke laut. Menurutnya, langkah tersebut dinilai lebih berisiko kecil.

“Ini (pembuangan lumpur ke laut, red) nanti pasti akan berimbas pada petambak udang, dan sebagainya. Nah, itu nanti dihitung kerugiannya dan kemudian bisa dibayar. Sebab kalau tidak, orangnya yang berbahaya. Mahal mana orang sama udang?” terang mantan Ketua Pengurus Wilayah NU Jawa Timur ini.

Hasyim menyadari terganggunya ekosistem jika lumpur berbahaya tersebut dibuang ke laut. Namun demikian, katanya, langkah tersebut lebih kecil dampak negatifnya ketimbang langkah lainnya. “Mengganggu ekosistem, iya. Tapi itu kan lebih rendah bahayanya daripada menghabisi manusianya. Jadi, kita dihadapkan pada pilihan yang sama nggak enak. Kalau mau cari yang lurus, ya nggak ada,” terangnya. (rif)