Warta PERSIAPAN BERHAJI

Bekal Penataan Batin harus Mantap

NU Online  ·  Rabu, 6 Desember 2006 | 12:56 WIB

Jakarta, NU Online
Selain mempersiapkan diri secara materi dan fisik dalam pelaksanaan ibadah haji, seorang calon haji harus menata batinnya ketika menghadap rumah Allah di Makkah. “Selama melaksanakan ibadah haji, semua orang harus ikhlas, tanpa pamrih dan menanggalkan status sosialnya,” tandas Ketua PBNU KH Said Aqil Siroj kepada NU Online.

Dikatakannya ketika kita menjadi tamu Allah, seseorang harus suci secara lahir dan batin. “Allah maha suci, makanya kita harus mensucikan diri ketika menghadap,” tuturnya.

<>

Kang Said yang hampir tiap tahun mengantar rombongan jamaahnya berhaji tersebut menambahkan bahwa Makkah sendiri berasal dari kata makka yang memiliki arti melebur atau menghancurkan. “Kita harus menghilangkah hawa nafsu dan angkara murka dalam berhaji,” tegasnya.

Dalam prosesi haji tersebut, banyak sekali kejadian aneh yang kerap kali dialami oleh jamaah. Peristiwa tersebut biasanya mencerminkan perilaku kehidupannya sehari-hari. “Saya pernah bertemu dengan jamaah yang membawa pembantu, ee..malah pembantunya sakit dan ia yang malah harus melayaninya,” tuturnya.

Kejadian lain dialami oleh seorang perwira polisi. Saat menjelang thowaf polisi tersebut berkeringat dingin dan ketika ditanya, ia melihat uang lima ribuan berthowaf mengelilingi ka’bah.

Lulusan Universitas Ummul Quro Makkah tersebut bertutur bahwa di Makkah banyak tempat-tempat mustajabah yang raudhoh, sumur zam-zam dan lainnya yang memungkinkan jamaah berdoa. “Tempat ini sangat bagus untuk berdoa. Jika dikabulkan, maka memudahkan untuk menuju jalan Allah,” tuturnya.

Alumni Ponpes Lirboyo tersebut juga mengingatkan secara umum pelaksanaan haji berlangsung tertib, mulai dari thowaf, sai an lainnya kecuali ketika melempar jumrah. “Orang-orang cenderung beringas, nga tahu kenapa,” tanyanya. (mkf)