Warta

Fenomena Pengajian Remaja Jakarta

Sab, 3 Desember 2011 | 08:35 WIB

Jakarta, NU Online
Seperti halnya kemacetan, di Jakarta, masyarakat sudah terbiasa dengan berbagai konvoi. Mulai dari konvoi demonstrasi, konvoi suporter sepak bola, konvoi pejabat hingga konvoi anak-anak muda santri metropolitan. Konvoi jenis terakhir adalah konvoi santri Jakarta yang berangkat atau pulang dari pengajian. Rombongan para pemuda berkonvoi dengan mengunakan sepeda motor dan membawa bendera ini banyak melintas di jalan-jalan Jakarta, terutama pada malam hari.

Layaknya kelakuan anak muda pada umumnya, meski mengunakan atribut beribadah seperti baju muslim lengkap dengan kain sarung, dan jaket, namun pemuda ini tetap mengendarai motor dengan sedikit ugal-ugalan. Namun bukan itu yang menarik perhatian, puluhan pemuda ini rela menghadiri pengajian, disaat masih banyak remaja di Jakarta memilih menghabisi malam panjang di tempat-tempat hiburan malam.

<>

Hampir seluruh pemuda dalam kelompok tersebut dengan bangga memakai jaket hitam dengan tulisan besar "Majelis Rasulullah" pada bagian belakangnya. Ya, kelompok pemuda tersebut merupakan jamaah Majelis Rasulullah yang memang mempunyai anggota berusia muda terbanyak di Jakarta.

Melihat perjalanan Majelis Rasulullah, juga menarik untuk disimak. Siapa yang menduga, kelompok pengajian pimpinan Habieb Munzir Almusawa, yang kerap meramaikan jalan-jalan Ibukota dengan spanduk dan konvoi kendaraan anggotanya, dulu hanya mempunyai 5 orang anggota.

"Dulu Majelis Rasulullah tidak sebesar sekarang. Dulunya Majelis Rasulullah jamaahnya cuma lima orang dan mereka selalu setia mengikuti pimpinannya, Habieb Munzir Almusawa berdakwah hingga jamaah pecinta Nabi Muhammad SAW itu kini terus bertambah menjadi puluhan ribu," ujar Iwan (57), Jum'at (2/12).

Iwan yang merupakan pengurus Masjid Al-Munawar menceritakan, Habieb Munzier Al Musawa mulai berdakwah sejak tahun 1998 di Masjid Al Munawar yang terletak di kawasan Pancoran, setiap Senin malam. Tidak hanya di Masjid, ia juga melakukan dakwah mensyiarkan umat Muslim untuk mencintai Rasulnya ke masyarakat yakni dari rumah ke rumah hingga akhirnya terbentuklah nama Majelis Rasulullah.

Perlahan namun pasti, jumlah jamaah dari majelis ini semakin bertambah. Kharisma Habieb Munzier sebagai guru terus menarik orang-orang untuk datang dan mengikuti pengajian tersebut. Selain itu jamaah yang telah mengikuti kelompok pengajian ini juga membantu membesarkan Majelis Rasulullah, dengan mengajak teman-temannya untuk ikut dalam pengajian tersebut.

"Habieb memang memiliki kharisma yang tinggi sebagai guru, bahkan dari pengakuan jamaah yang ada, sekali ikut pengajian pasti akan kangen ikut lagi," ucapnya seperti dilansir inilah.com.

Hingga akhirnya Majelis Rasulullahmemiliki jadwal pengajian di empat masjid secara bergantian yaitu Masjid Al-Munawar (Pancoran), Masjid At-Taqwa (Pasar Minggu), Masjid At-Taubah (Rawajati) dan Ma'had Daarul Ishlah (Buncit).

"Pengajian sekaligus dakwah dilaksanakan rutin tiap Senin malam mulai pukul 20.00 WIB sampai pukul 23.00 WIB. Dan jamaah yang datang bisa mencapai puluhan ribu. Arus lalu lintas memang tersendat, tapi tidak ada ruas jalan yang kita tutup supaya para pengguna jalan masih bisa lewat," tambah Iwan.

Meski tiap Senin malam, ruas jalan di sekitar Masjid Al Munawar kerap mengalami kemacetan, namun dirinya tidak pernah mendengar adanya warga yang komplain. Pasalnya, tidak ada ruas jalan yang ditutup. "Sebagian warga sini juga banyak yang datang ke pengajian, jadi Alhamdulillah sampai sekarang belum ada yang komplain," katanya.

Majelis Rasulullah memang bisa disebut membawa tren baru di kalangan remaja Ibukota. Jika sebelumnya, kelompok-kelompok pengajian lebih dipandang sebagai kelompok-kelompok orang tua, Majelis Rasulullah hadir dengan sensasi baru. Setiap acara pengajian ini digelar, sebagian besar yang hadir adalah dari kalangan remaja. 



Redaktur : Syaifullah Amin