Warta

Gus Dur Disebut Sebagai Jenderal Seni dan Kebudayaan

Sab, 2 Januari 2010 | 00:11 WIB

Jakarta, NU Online
Budayawan Radhar Panca Dahana mengatakan, Gus Dur tidak hanya di masa ia menjadi Presiden memberikan perhatian luas ke dunia seni dan kebudayaan, tapi sejak awal tahun 1980-an.

Di masa itu, dunia seni dan kebudayaan sebenarnya mendapatkan jenderal baru, yang dengan senjata kata-katanya, rajin memperjuangkan posisi seni dan kebudayaan dalam berbagai sektor hidupnya lainnya, yakni sosial, politik, ekonomi, agama.<>

Sebagai Ketua Dewan Kesenian Jakarta, Gus Dur lelaki berkaca mata tebal itu berperan kuat mengusik kesenian untuk tidak asyik sekaligus membusuk di dalam tempurung egoismenya sendiri.

Di masa ketika rezim pemerintahan mencengkeram kuat hampir semua kegiatan ekspresional, banyak bagian dari kerja kesenian termasuk kerja intelektualnyayang tiarap atau sekurang-kurangnya bersembunyi dalam retorika teoritis.

"Pola diskursus Gus Dur yang lugas, pedas, cerdas, dan humoris, seperti mitraliyur yang membongkar persembunyian dan membangkitkan semangat yang tiarap. Membuat seni yang tidur tetap terjaga. Sebagaimana Gus Dur tetap tanggap biar pun lelap," katanya seperti dikutip kompas.com.

Gus Dur adalah tokoh yang mengharamkan diskriminasi bahkan paternalisme yang dominatif. Akar liberatif yang membuatnya menjadi figur yang menerima dan diterima.

Dalam kesenian, menurut Radhar, Gus Dur adalah pintu yang tak berdaun. Di mana, kapan pun kita bisa datang berduyun. ā€Seperti saat tanpa kata, ia segera setuju memimpin Dewan Kehormatan Federasi Teater Indonesia. Lalu datang, terlibat, bekerja di dalamnya,ā€ demikian Radhar. (sam)