Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi tampaknya sungguh-sungguh dengan gagasannya tentang upaya penghapusan sistem pemilihan kepala daerah (pilkada) secara langsung. Pasalnya, pesta demokrasi lokal itu telah merusak moral politik bangsa Indonesia.
“Dan, warga NU yang merupakan massa terbesar di Indonesia kerap menjadi korbannya. Karena itu, Pilkada langsung sebaiknya dihapuskan saja,” ujar Hasyim pada peringatan Maulid Nabi dan Haul KH Musthofa ke-59 di Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah, Lamongan, Jawa Timur, Ahad (16/3) kemarin.<>
Ia kembali menjelaskan bahwa biaya politik yang harus dikeluarkan dalam pilkada itu tidaklah sedikit. Seorang peserta pilkada harus berani untuk menyediakan dana yang tak sedikit itu. ”Di Indonesia, kalau ingin jadi pejabat harus punya uang banyak. Setingkat provinsi Jatim saja, uang 350 milyar bisa habis,” katanya.
Pada acara yang dihadiri ribuan warga NU yang memadati halaman Pesantren pimpinan KH Nasrullah Baqir itu, Hasyim menyatakan kecewa atas ketidakmampuan warga NU menahan godaan politik praktis saat Pilkada. Akibatnya, di berbagai daerah, termasuk di Jawa Timur, kader NU banyak yang dipencundangi kader organisasi lain.
“Di Lamongan, karena orang NU gampang dibodohi dan mudah dibeli, kader NU selalu kalah dalam Pilkada. Kalau nggak bodoh, pasti kader NU bisa memimpin Lamongan,” ungkap Hasyim yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam, Malang, Jatim, itu.
Hasyim meminta kepada kalangan Nahdliyin (sebutan untuk warga NU) untuk bersatu membangun NU di tengah berbagai cobaan yang muncul, termasuk terkait pelaksanaan Pilkada langsung itu.
Menurutnya, jika warga NU bersatu, sebagian besar masalah bangsa akan selesai. Selain itu, posisi NU juga akan terhormat karena akan mampu meraih kesuksesan di berbagai bidang. ”Kalau warga NU mau bersatu dan berjuang untuk NU, kita akan meraih keberhasilan di dunia maupun akhirat,” terangnya.
Pada bagian lain, ia juga menekankan pentingnya penataan dan pengelolaan NU sebagai organisasi di tingkat pengurus ranting. Hal itu, salah satunya bisa dilakukan dengan menghidupkan kembali kegiatan yang telah menjadi ciri khas NU, seperti pengajian.
Tak kalah pentingnya, masjid dan musholla yang didirikan kalangan Nahdliyin harus dirawat dengan baik melalui kegiatan yang dilakukan terus menerus. Hal itu untuk menjaga aset-aset NU agar tak direbut kelompok lain. (rif/amh)
Terpopuler
1
LBH Ansor Terima Laporan PMI Terlantar Korban TPPO di Kamboja, Butuh Perlindungan dari Negara
2
Dukung Program Ketahanan Pangan, PWNU-HKTI Jabar Perkenalkan Teknologi Padi Empat Kali Panen
3
Menbud Fadli Zon Klaim Penulisan Ulang Sejarah Nasional Sedang Uji Publik
4
Guru Didenda Rp25 Juta, Ketum PBNU Soroti Minimnya Apresiasi dari Wali Murid
5
Gus Yahya Sampaikan Selamat kepada Juara Kaligrafi Internasional Asal Indonesia
6
Kurangi Ketergantungan Gadget, Menteri PPPA Ajak Anak Hidupkan Permainan Tradisional
Terkini
Lihat Semua