Warta PILGUB JATIM

Khofifah: Jatim Rindu Pemimpin Kader NU

Kam, 17 April 2008 | 05:26 WIB

Surabaya, NU Online
Calon Gubernur Jawa Timur yang diusung koalisi Jatim Bangkit, Khofifah Indar Parawansa, mengatakan, masyarakat di provinsi tersebut merindukan pemimpin dari kader Nahdlatul Ulama (NU). Ia mengatakan hal itu sesuai dengan pengamatannya selama ini, terutama setelah bersilaturrahim ke sejumlah daerah.

“Dari berbagai silaturrahim yang saya lakukan, ternyata mereka mengharapkan Jatim dipimpin kader NU, bukan sekadar orang NU. Saya rasa itulah gambaran bagaimana suara hati dari mereka yang sudah saya silaturrahmi,” ungkap Khofifah di Surabaya, Jatim, Rabu (16/4) kemarin.<>

Khofifah yang juga Ketua Umum Pengurus Pusat Muslimat NU menjelaskan, gambaran sementara tersebut belum bisa mewakili sepenuhnya masyarakat Jatim. Karena, silaturrahim yang dilakukan baru 15 persen sehingga masih perlu banyak lagi. “Bagi mereka yang belum didatangi, saya belum bisa memberikan gambaran,” tuturnya.

Mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan di era pemerintahan presiden Abdurrahman Wahid itu itu menegaskan, masyarakat Jatim juga harus bisa membedakan antara kader NU dan orang NU. Sebab, napas penghayatan suasana kebatinan dan perjuangan di lapisan warga NU yang sebagian besar berada di lapisan bawah sangat berbeda.

“Kalau kader NU itu minimal dia pernah menjabat posisi-posisi struktural NU,” imbuhnya.

Manurutnya, kader NU yang maju pada Pemilihan Gubernur pada Juli mendatang ada tiga orang, yakni, selain dirinya, juga Saifullah Yusuf (Cawagub koalisi PD-PAN) dan Ali Maschan Moesa (Cawagub Partai Golkar). Sedangkan Achmady (Cagub dari PKB) dikategorikan hanyalah orang NU, bukan kader NU.

Itulah salah satu alasan mengapa Khofifah yakin bakal merebut suara dari kalangan warga NU. Upayanya adalah dengan membangun komunikasi yang bagus dengan warga NU, sehingga diharapkan menjadi bagian untuk bisa mendekatkan hati mereka dan mau memberikan dukungan.

Ia menegaskan bahwa dirinya tidak melibatkan NU maupun organisasi di bawah NU. Menurutnya, Muslimat NU, Fatayat NU dan Gerakan Pemuda Ansor tidak terkait dukung-mendukung atau pencalonan. “Tapi, sebagai warga bangsa dan warga Jatim, tentu mereka punya aliansi politik pada Pileg atau afiliasi kandidat pada saat Pilkada dan Pilgub,” ujarnya.

Dan, lanjut Khofifah, masing-masing di antara mereka sudah sangat memahami mana yang dapat membawa masyarakat Jatim yang lebih berpengharapan. “Pilgub bukan hanya menjadi ajang pesta demokrasi, tapi bagaimana menjadi bagian upaya Jatim menjadi lebih berpengharapan,” cetusnya. (dtm/sbh/rif)